BerandaKulinary
Selasa, 9 Mei 2022 13:00

Cerita Satu-satunya Produsen Kompyang, Burger Khas Jawa yang Tersisa di Solo

Kompyang, burger khas Jawa jajanan dari Solo. (Diahdidi.com)

Burger khas Jawa alias kompyang dikenal luas sebagai jajanan yang diburu dari Solo. Tapi, kamu tahu nggak kalau produsennya di kota tersebut tinggal satu? Begini ceritanya agar tetap bisa eksis mengelola jajanan tradisional ini.

Inibaru.id – Salah satu jajanan khas Solo yang cukup legendaris adalah kompyang. Karena bentuknya mirip burger, banyak yang menyebutnya dengan burger khas Jawa. Sayangnya, di Solo, produsen dari jajanan ini tinggal satu orang, Millens.

Namanya adalah Hari Haryono. Laki-laki berusia 52 tahun ini mengaku meneruskan usaha penganan mendiang ibunya yang terinspirasi dari jajanan Tionghoa.

“Sekitar tahun 1960 sampai 1970 banyak yang buat kompyang di sekitar Solo. Tapi mulai 1975 tinggal ibu saya yang membuat kompyang sampai sekarang. Saya meneruskan dari tahun 2010,” cerita Hari, Rabu (20/4/2022).

Sebenarnya, bukan ibu Hari yang memulai usaha ini, melainkan pamannya. Tapi, karena kesulitan dana, pada akhirnya usaha ini diambil-alih oleh sang ibu. Menariknya, Hari sebelumnya juga nggak berniat untuk meneruskan usaha ini karena sebelumnya bekerja kantoran. Tapi, karena orang tuanya meminta dan bisnis ini masih menghasilkan, Hari pun akhirnya mantap banting setir melanjutkan usaha yang berlokasi di Kampung Penjalang, Gandekan, Solo, ini.

Masih Memakai Cara Tradisional

Kalau menurut penjelasannya, alasan mengapa tinggal Hari yang memproduksi kompyang adalah penganan ini hanya bisa dimasak dengan cara tradisional, tepatnya dengan tungku berukuran besar berbahan bakar kayu. Jadi, kompyang nggak bisa dimasak dengan oven, Millens. Tapi, berkat cara tradisional ini pula, kompyang produksi Hari jadi eksis hingga sekarang karena menghasilkan rasa dan tekstur yang berbeda dengan ‘burger’ produksi pabrik roti.

Hari Haryono, produsen kompyang satu-satunya di Solo. (Betanews/Khalim Mahfur)

“Justru kenapa kita masih tradisional tapi bisa eksis, justru karena manual itu, karena kita pakai tungku. Kalau kita pakai oven nanti jadinya sama dengan yang lain, keringnya beda” jelasnya.

Omong-omong ya, kompyang sebenarnya memang memiliki bahan yang sama dengan roti pada umumnya. Adonan kompyang pun tinggal dipotong manual dengan tangan dan kemudian dimasukkan ke dalam tungku besar yang sudah panas.

Yang menarik, adonan ini ditempelkan di dinding bagian dalam tungku, mirip dengan pembuatan nopia khas Banyumas, Millens. Satu hal yang pasti, panas di dalam tungku harus benar-benar dijaga. Karena itu, kayu yang dibakar pada tungku tersebut harus terus dikipasi. Tungku juga harus terus diputar agar kompyang bisa matang dengan merata.

Kompyang buatan tempat usaha Hari biasanya dipasarkan pagi hari di kawasan Kampung Pecinan Solo. Dia sengaja membuatnya sejak tengah malam karena kompyang biasanya dikonsumsi saat pagi hari.

“Kompyang ini memang menu pagi. Kalau dibuat sore udah nggak krispi, ini makanya kenapa kok malam (pembuatannya),” jelas Hari.

Oya, harga kompyang yang berasal dari tempat usaha Hari per bijinya Rp 1.250 sampai Rp 1.500. Cukup murah ya, Millens. Hm, jadi tertarik deh merasakan langsung kompyang khas Solo, ya? (Bet/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: