Inibaru.id – Kalau pergi kondangan atau sekadar membeli di penjual jajanan pasar, pasti bakal nemu sosis solo. Rasanya enak dan bentuknya mirip risol. Bisa dijadikan camilan namun beberapa orang menjadikannya lauk. Hanya, pernah terpikir nggak, mengapa nggak ada sosis di sosis solo?
Bicara soal sosis, yang terpikir tentu adalah daging olahan panjang yang bisa dimakan langsung dalam bentuk lonjoran atau dipotong-potong terlebih dahulu. Sosis bisa dimakan langsung atau dijadikan lauk. Mirip-mirip dengan sosis solo ya cara makannya.
Nah soal misteri mengapa nggak ada sosis di sosis solo, peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Murdijati Gardjito punya jawabannya, Millens. Kalau menurut Murdijati, sosis solo sebenarnya adalah penganan hasil akulturasi budaya barat. Ingat, kita ratusan tahun jadi kolonialisme sejumlah Bangsa Eropa, jadi pasti ada kuliner dari sana yang dibawa ke sini, juga, termasuk sosis.
“Sosis yang ini adalah hasil akulturasi dari dapur Eropa dan Solo,” ujr Murdijati, Senin (10/7/2021).
Kalau sosis yang aslinya dari Eropa adalah daging yang kemudian dibalut di dalam lembaran lemak atau usus, sosis solo justru dibuat dari daging sapi giling yang digulung dan kemudian dibalut di dalam telur dadar tipis. Pantes rasanya enak banget, ya?
Sejarah Munculnya Sosis Solo
Alasan kemunculan Sosis Solo terkait erat dengan kebijakan kolonial Hindia Belanda pada masa itu yang ingin menjaga hubungan baik dengan Raja Mataram Kuno. Salah satunya adalah dengan sering mengadakan acara makan bersama. Dari acara makan inilah, tersebar kabar kalau orang Belanda punya makanan enak bernama sosis.
“Orang Solo lalu pengin merasakan sosis orang Belanda,” ujar Murdijati.
Hanya, karena nggak punya bahan-bahannya dan belum tahu cara meraciknya. Dibuatlah sosis versi orang Solo sendiri. Selain itu, kabarnya dulu sosis khas Belanda juga ada campuran susunya. Nah, orang Solo memodifikasi hal ini dengan menambahkan merica, pala, serta bawang putih pada sosis solo.
Meski begitu, Dosen Sejarah dari Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Heri Priyatmoko punya versi lain soal sejarah sosis solo. Kalau menurut dia, sebenarnya sosis solo ini adalah hasil kreasi pengusaha makanan Tionghoa di Surakarta.
Jadi, dulu sosis ini dibuat dengan mengincar pasar para priyayi di Solo tatkala Nusantara masih di bawah kolonialisme Belanda. Hanya, karena rasanya enak, jajanan ini justru jadi semakin populer dan akhirnya kini dikenal sebagai penganan yang merakyat.
Wah menarik juga ya cerita soal sosis solo yang nggak ada sosisnya ini. Kamu suka nggak, Millens? (Kom/IB09/E05)