BerandaKulinary
Selasa, 23 Sep 2024 17:00

Alternatif Sarapan Sehat 'Rendah Gula' di Kudus, Sego Aking Godhong Jati

Sego aking yang dicampur kelapa parut menjadi menu sarapan yang nikmat berpadu dengan urap pedo, telur dadar, dan sambal. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Dengan indeks glikemik yang rendah, Sego Aking Godhong Jati di Kudus ini bisa menjadi alternatif sarapan sehat yang cocok untuk penderita diabetes.

Inibaru.id - Nasi putih termasuk karbohidrat yang sebaiknya dihindari pengidap diabetes melitus karena memiliki indeks glikemik yang cukup tinggi. Sebaliknya, nasi kering atau yang biasa disebut "aking" justru dianjurkan untuk mereka.

Sayangnya, banyak orang salah mengartikan nasi kering sebagai bahan makanan yang nggak layak dikonsumsi manusia karena berasal dari makanan sisa yang dijemur agar nggak basi. Alhasil, aking lebih banyak berakhir sebagai pakan ternak.

Padahal, selain baik untuk pengidap diabetes, pengolahan yang benar juga bisa membuat nasi kering sebagai hidangan yang menggugah selera. lo. Salah satunya adalah yang saya temukan di Kabupaten Kudus beberapa waktu lalu.

Namanya adalah Sego Aking Godhong Jati. Berlokasi tepat di depan Kantor Persatuan Perusahaan Rokok Kudus (PRPK), Jalan Veteran, Desa Glantengan, Kecamatan Kota, olahan nasi kering ini dimiliki oleh Amida Ulfa Fauziah, yang berjualan di atas bak motor roda tiga yang diparkir di pinggir jalan.

Makanan Rendah Gula

Nasi aking sebelum dicampur dengan kelapa parut. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Sebelum bicara perihal sego aking ini, ada baiknya kita sedikit membahas tentang indeks glikemik. Indeks Glikemik (IG) merupakan angka yang menunjukkan seberapa cepat makanan meningkatkan kadar gula darah, dengan skor tertinggi 100. Nah, nasi putih ada di angka 73, yang tergolong tinggi.

Namun, retrogradasi pati (pembentukan kembali struktur kristal pada pati akibat penyimpanan atau pendinginan) yang terjadi pada nasi aking membuatnya memiliki IG yang lebih rendah. Ini membuatnya cocok untuk orang yang pengin memperbaiki kontrol gula darah, sensitivitas insulin, dan profil lipid.

Nah, buat kamu yang belum terbiasa tapi merasa penasaran dengan nasi aking, boleh banget mampir ke lapak milik Amida Ulfa Fauziah di Kudus. Saat saya temui, dia mengaku baru berjualan pada 2021 lalu. Namun begitu, dari sekilas mengamati, saya bisa tahu bahwa tempat ini banyak peminat.

“Kalau peminat, kebanyakan dari Kudus, tapi ada yang dari luar kota seperti Jepara dan Semarang juga," tutur Amida sembari melayani pembeli. "Ada pelanggan dari Jepara, (rumahnya) dekat pantai, setelah belanja kadang mampir sini. Sudah langganan."

Berawal dari Kelangkaan

Sego Aking Godhong Jati dijual di atas bak sepeda motor roda tiga di pinggir Jalan Veteran Kudus. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Menurut saya, sego aking ini cocok banget menjadi alternatif makanan rendah gula murah meriah yang sepertinya jarang ditemukan di Kota Kretek. Amida bercerita, ihwal mula dirinya mendirikan usaha ini juga karena kesulitannya menemukan makanan untuk penderita diabetes di kotanya.

“Dulu, saya pernah kesusahan cari nasi aking, padahal butuh untuk ibu yang punya riwayat diabetes,” kenangnya. "Dari keresahan itu, saya kepikiran jualan ini (nasi aking) sebagai menu sarapan. Penyajiannya, nasi dikukus, lalu dicampur kelapa parut. Jualannya pakai daun jati (sebagai alas)."

Dalam sehari, dia kini mampu menjual puluhan porsi nasi aking yang dibanderol mulai dari Rp4.000 hingga Rp7.000, tergantung lauk yang dipilih. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sehari-hari Amida membutuhkan sekitar tujuh kilogram nasi.

"Bikinnya rada ribet sih, karena sebelum dimasak, aking harus direndam dulu seharian. Nasi ditanak pakai dandang, karena kalau pakai magicom kadang gagal," kata dia. "Hasil akhirnya tetap lembut, kok. Biasanya, paling laku (dimakan) pakai jengkol. Jarang-jarang, lo, ada menu sarapan pakai jengkol!"

Saya sepakat! Untuk menu sarapan, menurut saya porsinya sudah pas, harganya nyaman di kantong, dan rasanya ramah di lidah. Cobain, kuy! (Alfia Ainun Nikmah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024