BerandaInspirasi Indonesia
Sabtu, 5 Feb 2021 16:37

Sulianti Saroso, Pengendalian Wabah, dan Program KB di Indonesia

Sulianti Saroso, dokter yang nggak pernah suntik pasiennya. (Indonesia.go.id/Dok Keluarga)

Dedikasi tanpa hentinya tak perlu dipertanyakan lagi. Sulianti Saroso namanya, memilih menjadi peneliti alih-alih dokter praktik. Dua hal yang ditinggalkannya untuk negeri ini, yakni RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso dan program KB yang masih dipakai hingga kini.

Inibaru.id – Pengamat kebijakan kesehatan dari Australia National University Terence H Hull dalam buku People, Population, and Policy in Indonesia menuliskan, penuh semangat dia meminta pemerintah mendukung penggunaan kontrasepsi melalui sistem kesehatan masyarakat.

Terence tengah menceritakan tentang Sulianti Saroso. Sosok yang diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit di Jakarta ini memang spesial. Di Tanah Air, sekurangnya dia dikenal untuk dua hal: Keluarga Berencana (KB) dan Pencegahan, Pemberantasan, dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M).

Belakangan, nama Sulianti Saroso banyak dicari orang lantaran rumah sakit yang menyandang namanya, yakni Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof Dr Sulianti Saroso menjadi salah satu rujukan pasien Covid-19 di Indonesia. Dia dikenal sebagai ahli wabah dan nggak pernah menyuntik pasien.

RSPI Sulianti Saroso di Jakarta. (Propanraya)

Kendati menyandang gelar dokter, perempuan yang akrab disapa Sul itu enggan menjadi dokter praktik. Dia lebih tertarik menjadi peneliti atau, sejak menjadi bagian dari kementerian kesehatan di Indonesia, menjadi pembuat kebijakan.

Dedikasi perempuan asal Karangasem, Bali, ini untuk negeri ini memang nggak perlu dipertanyakan. Sejak remaja, perempuan kelahiran 10 Mei 1917 tersebut turut aktif bergerilya dari Tambun, Gresik, Demak, hingga Yogyakarta, untuk hal yang paling dikuasainya, yakni mengusahakan obat-obatan.

Sul bergabung dengan Kementerian Kesehatan pada 1951. Kemudian, pada 1967 dia menjabat sebagai Direktur Jenderal P4M. Selama menjabat posisi tersebut, salah satu pencapaiannya adalah meyakinkan WHO bahwa Indonesia telah terbebas dari penyakit cacar yang kala itu tengah melanda dunia.

Pada 1975, Sul diangkat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan dan pensiun pada akhir 1978. Setelahnya, mantan Presiden Majelis Kesehatan Dunia 1973 itu menjadi staf ahli Menteri Kesehatan.

Pendidikan Seks dan Alat Kontrasepsi

Program KB yang diadopsi dari Sulianti Saroso. (Tirto/Antara Foto/Arif Firmansyah)

Pada 1970-an, Sulianti yang juga berperan sebagai konsultan WHO merancang program pengendalian angka kelahiran dengan Keluarga Berencana (KB). Baginya, program ini penting karena berkaitan erat dengan kelahiran tak terkendali, kemiskinan dan malnutrisi, serta kesehatan ibu dan anak.

Namun, kala itu kampanye program KB yang dilakukan masih dianggap sebagai hal yang kontroversial karena berhubungan dengan pendidikan seksual serta penggunaan alat kontrasepsi. Alhasil, alumnus Geneeskundige Hoge School Batavia pada 1942 itu pun ditegur kemenkes.

Nggak patah arang, Sulianti mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK). Nggak sedikit klinik swasta di berbagai kota besar di Indonesia belajar dari yayasan tersebut, kemudian mengadopsi program KB.

Perlahan, ide Sulianti terkait cara mengendalikan penyakit menular, menjaga kesehatan ibu dan anak, serta angka kelahiran, dengan KB pun diadopsi pemerintah. WHO bahkan memuji konsep yang dibuat perempuan bernama lengkap Julie Sulianti Saroso itu.

Sulianti Saroso. (Tempo)

Sayang, hingga meninggal pada 29 April 1991, dia konon nggak pernah terlibat dalam program KB pemerintah yang dieksekusi oleh BKKBN.

Dedikasi Sulianti untuk Indonesia tentu saja nggak perlu diragukan lagi. Kendati mungkin nggak pernah menyuntik atau membuat resep untuk para pasiennya, dia adalah dokter yang telah menyelamatkan banyak orang. Maka, berterima kasihlah padanya, Millens! (Ind/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: