BerandaInspirasi Indonesia
Kamis, 14 Jun 2023 14:11

Sukses Bisnis Sangrai Kopi dengan Mesin Buatan Sendiri

Mesin roasting kopi rakitan Muttaqin yang digunakan dari tahun 2018 hingga sekarang. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Dengan menggunakan mesin roasting buatan sendiri, lelaki asal Pati Jawa tengah ini sukses raup puluhan juta per bulan dari usaha sangrai kopi atau coffee roastery miliknya.

Inibaru.id - Srang-sreng, srang-sreng, bising suara mesin penyangrai kopi makin jelas terdengar ketika saya melangkahkan kaki di Kopi Jowo Pati, tempat penyangrai kopi yang berlokasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati.

Sore itu, saya berniat meroasting kopi mentah yang dibawa dari rumah. Memasuki tempat penyangrai kopi, seorang coffee roaster terlihat sibuk memeriksa biji-biji kopi kecoklatan yang baru saja keluar dari mesin roasting berkapasitas 25 kilogram tersebut.

Aroma kopi terpanggang yang sangat khas itu pun mengudara memenuhi coffee roastery yang sudah ada sejak 2014 lalu. Seketika saya dejavu. Aroma kopi sangrai yang tercium ini mengajak saya berwisata masa lalu ketika dulu menemani nenek menyangrai kopi secara manual hingga berjam-jam lamanya.

Namun, di coffee roastery milik Muttaqin ini, hanya perlu waktu 30 menit hingga 1 jam untuk mengubah biji kopi mentah menjadi biji kopi matang yang siap digiling menjadi bubuk kopi bercita rasa nikmat.

Proses roasting kopi yang dilakukan di mesin roasting kapasitas 25 kilogram. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Muttaqin, pemilik coffe roastery yang saya sambangi belum lama ini, memang sudah bisa dikatakan expert dalam dunia perkopian, salah satunya di bidang roasting kopi. Bahkan, dua mesin roasting yang saya lihat itu merupakan buatan Muttaqin sendiri.

“Dua mesin roasting dengan kapasitas 10 dan 25 kilogram ini saya buat pada 2018 dan masih saya gunakan hingga sekarang,” terang Muttaqin.

Lelaki yang juga merupakan prosesor kopi dan barista trainer itu sebenarnya sudah mendesain mesin roasting sendiri sejak 2014. Hingga pada 2016, dia mendapat mesin roasting dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) dengan kapasitas 25 kilogram yang harganya 120 jutaan rupiah.

“Saya mencoba mempelajari karakter dan kelebihan mesin roasting dari Puslitkoka itu. Kemudian, saya coba buat mesin roasting sendiri semirip itu,” tuturnya.

Harga Terjangkau

Seorang coffee roaster tengah mengecek tingkat kematangan kopi yang tengah diroasting. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Selain digunakan sendiri di coffee roastery-nya, mesin sangrai kopi buatan Muttaqin sudah laku dijual ke beberapa tempat. Walaupun dibanderol dengan harga yang murah, mesin sangrai kopi buatan Muttaqin ini mampu bersaing di pasaran.

“Saya jual murah saja mesin roasting saya, yakni Rp30 juta untuk kapasitas 10 kilogram. Kalau harga mesin di pasaran masih 45-65 jutaan (rupiah), lo,” jelas Muttaqin.

Dia mengaku juga tengah menyelesaikan mesin roasting dengan tenaga surya. Tujuannya, agar lebih hemat listrik dan bisa digunakan di luar ruangan, misal di kebun kopi.

Kopi mentah yang akan diroasting dimasukkan lewat cerobong besar di bagian atas mesin. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Coffee roastery milik Muttaqin memang selalu kebanjiran konsumen tiap harinya. Sore itu saja, sudah banyak antrean kopi yang akan diroasting. Mulai dari wilayah sekitar Kecamatan Gunungwungkal hingga daerah perkotaan di Pati, semua berbondong-bondong meroasting di Kopi Jowo Pati.

“Saya mematok biaya roasting ini sangat murah, karena emang saya nggak ambisi mencari pendapatan. Satu kilonya itu Rp9.000, sudah termasuk roasting dan giling,” papar Muttaqin.

Setiap harinya, coffee roastery ini bisa menyangrai hingga 250 kilogram biji kopi mentah (green bean), lo. Jika dikalikan dengan biaya roasting dan gilingnya, omzet yang dihasilkan Muttaqin bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulan.

Meski biaya roasting di sini sangat terjangkau, kualitas hasil roastingannya nggak perlu diragukan lagi, karena ditangani langsung oleh coffee roaster dengan jam terbang tinggi.

Terbukti, hasil roastingan kopi saya setelah menunggu kurang lebih satu jam itu memang mantap. Jadi nggak sabar deh untuk cepat-cepat pulang ke rumah dan menyeduh kopi bubuk yang sudah jadi ini.(Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024