BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 1 Jun 2023 08:00

Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang, Tempat Preman Bertaubat

Potret depan Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Selalu ada kesempatan untuk bertaubat dan berbuat baik bagi siapa saja. Pondok Pesantren Istighfar Tombo Ati Semarang yang terletak di Kampung Perbalan, Semarang Utara jadi saksi nyata banyak mantan preman yang masih memiliki niat tulus untuk lebih dekat dengan Tuhannya.

Inibaru.id - Di sisi utara Kota Semarang terdapat Pondok Pesantren (Ponpes) yang cukup menarik. Namanya Ponpes Istighfar Tombo Ati. Mayoritas santri di sana adalah mantan preman atau orang-orang yang pernah berurusan dengan kasus kriminal.

Menjelang terbenamnya matahari, saya berkesempatan menengok Ponpes Istighfar Tombo Ati yang terletak di Kampung Perbalan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara. Puluhan santri berbaju hitam bertuliskan "Pejuang Akhirat" terlihat duduk melingkar di sebuah ruang pertemuan.

Rupanya mereka tengah khusyuk mengikuti acara akhirusannah. Santri yang didominasi bapak-bapak tersebut ternyata orang-orang yang dulu terjun di dunia hitam. Namun, mereka kini sudah bertaubat.

Pendiri Ponpes Istighfar Tombo Ati, KH Muhammad Khuswanto membangun ponpes tersebut pada tahun 2004, bermula dari rasa prihatin lantaran masyarakat di kampungnya banyak yang berurusan dengan kriminal.

"Sebetulnya angan-angan saya nggak banyak. Saya bikin ponpes ini untuk tempat teman-teman kumpul. Tapi yang menjurus ke kegiatan positif. Hanya itu saja visi utamanya dulu," ucap lelaki yang akrab disapa Gus Tanto pada Inibaru.id.

Ornamen Naga

Akhirusannah merupakan salah satu kegiatan rutin yang diadakan Ponpes Istighfar Tombo Ati. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Selain santri yang mayoritas mantan preman, keunikan lain dari ponpes Istigfar Tombo Ati adalah ornamen pada bangunannya. Di dinding bangunan pondok saya melihat ada patung naga terpotong antara kepala dan tubuhnya. Bahkan, bagian usus naga tersebut nampak beruraian.

"Naga itu kan bukan hewan sesungguhnya, ada orang yang mendefinisikan naga itu rajanya ular dan superhebat. Sama kayak manusia kalau punya kekuatan kadang merasa adi kuasa dan lupa diri. Makanya saya potong, agar manusia jangan sombong," kata Gus Tanto.

Diakuinya santri-santrinya dulu merupakan tukang todong, begal, jambret, pengedar narkoba sampai ada yang terlibat kasus pembunuhan. Meski demikian, Gus Tanto nggak pernah memandang mereka sebagai pribadi yang buruk. Dirinya percaya sewaktu-waktu mereka akan kembali ke jalan yang benar.

"Kategori preman itu ada tiga macam. Pertama, preman rumah tangga yakni karena ada dusta di antara suami istri. Kedua, preman berdasi, bermula ada tuntutan keluarga yang tinggi sehingga mengharuskan orang korupsi. Terakhir, preman jalanan yang nggak tahu aturan. Mereka kurang kasih sayang dari orang tuanya," terang Gus Tanto.

Pendekatan dengan Para Preman

Santri Ponpes Istighfar Tombo Ati mayoritas mantan preman di Kota Semarang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Kepada saya, Gus Tanto menceritakan bagaimana dulu Kampung Perbalan dikenal sebagai gudangnya preman. Angka kriminalitas di tahun 1990 ke bawah sangat tinggi. Apalagi orang-orang disana memegang prinsip "siapa yang kuat, dia yang menang". Prinsip tersebut membuat orang-orang disana sesuka hati melakukan penindasan dan berbuat onar.

Singkat cerita, Gus Tanto memutuskan terjun langsung menyisir Pasar Johar, Terminal Terboyo dan daerah-daerah lainnya di Kota Semarang yang dikenal sebagai sarang penyamun. Selain mencari makna hidup, tujuan Gus Tanto melakukan itu karena ingin mencari tau penyebab orang-orang yang terjun di dunia hitam.

"Pendekatan yang saya lakukan dengan para preman yaitu dengan berteman biasa. Tanpa mendikte, menggurui maupun mengklaim kalau kamu tuh berandalan," ungkap Gus Tanto.

Selama bergaul dengan preman, dia berusaha memberikan contoh yang baik. Dia juga nggak ingin memaksa orang untuk salat.

"Di terminal sewaktu dzuhur, saya selalu bilang 'friend, sebentar ya tak izin dulu (untuk salat)'. Lama-kelamaan kadang mereka ada yang nitip salam dan ada yang ikut juga," papar Gus Tanto.

Nggak hanya itu, ketika Gus Tanto mengadakan yasinan, dia nggak pernah marah walau terdapat beberapa preman yang mengikuti yasinan malah mabuk-mabukkan.

"Saya biarkan, nanti juga mereka malu sendiri dan berhenti mabuk," tukas Gus Tanto.

Walau santrinya silih berganti, Gus Tanto selalu berpesan kepada mereka untuk berbuat baik. Kepada para santrinya dia meyakinkan bahwa Al-Qur'an sudah menerangkan, kesalahan sekecil apapun kebaikan akan tetap dibalas dengan kebaikan, pun dengan keburukan.

Senang sekali saya bisa berbincang dengan pemilik ponpes Istigfar Tombo Ati ini. Dia mengajarkan kepada kita semua untuk bergaul dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang memiliki masa lalu kelam. Sebab pada dasarnya manusia di hadapan Tuhan mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi lebih baik. (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024