Inibaru.id - Aneka kerajinan alat musik keroncong terpampang di teras rumah Bambang Wisnu Setiaji di Jalan Sanggung Raya, Nomor 181, Kelurahan Jatingaleh, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Selain alat musik keroncong seperti ukulele, cak, selo, bas, dan biola, peralatan tukang macam gergaji listrik, amplas, cat warna, tang juga terlihat menghiasi teras rumah lelaki yang akrab disapa Bambang tersebut.
Ya, Bambang merupakan seorang pengrajin alat musik keroncong. Dia sudah menggeluti profesinya tersebut sejak tahun 1996.
"Awalnya saya pengin belajar main biola. Karena nggak mampu beli, saya kemudian berpikir gimana caranya bisa main. Akhirnya saya inisiatif untuk bikin sendiri," kata Bambang saat ditemui Inibaru.id.
Dari situlah Bambang menemukan jati dirinya sebagai pemain biola sekaligus pengrajin alat musik keroncong, jenis musik peninggalan bangsa Portugis di Indonesia. Hebatnya, Bambang memiliki keahlian itu dengan cara mengamati dan meniru.
"Dari dulu sampai sekarang buat alat musik keroncong kalau ada pesanan saja. Orang-orang kayak sudah tau saya bisa bikin alat musik keroncong," ucap Bambang.
Dari Kayu Berkualitas
Dalam perjumpaannya dengan Inibaru.id, lelaki yang kini berprofesi sebagai satpam di salah satu Universitas Semarang itu menelaskan secara singkat bagaimana cara membuat alat musik keroncong. Kamu penasaran kan bagaimana tahapan-tahapannya?
"Pertama itu pemotongan kayu, pembentukan pola, pengamplasan, dan pemasangan seluruh bagian. Setelah body jadi semua, lalu pemasangan neck atau leher gitar. Terakhir itu untuk pengecatan," ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan kayu-kayu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alat musik keroncong menggunakan kayu berkualitas seperti kayu mahoni, nangka, dan jati Belanda.
Untuk menciptakan satu alat musik, senggaknya Bambang membutuhkan waktu sekitar sepuluh hari. Sebuah waktu yang cukup untuk bisa menghasilkan alat musik keroncong yang berkualitas. Nah, ukulele merupakan alat musik yang paling laris. Bambang mengaku, dalam satu bulan, dia bisa dapat sepuluh pesanan ukulele.
Harga dari karya-karyanya itu bervariasi ya, Millens. Semua bergantung pada ukuran serta kerumitan.
"Alat cuk dan cak dijual dengan harga mulai dari Rp350-800 ribu. Sedangkan bass dijual dengan harga Rp5 jutaan," beber Bambang.
Ya, kualitas lat musik bikinannya sudah nggak diragukan lagi dan telah menyebar ke hampir seluruh daerah di Indonesia, lo. Bahkan, lelaki yang sudah 27 tahun memproduksi alat musik keroncong itu pernah mengirim karyanya ke luar negeri.
"Rembang, Tidore, Papua, Kudus, Demak, Jepara, Ungaran dan daerah lainnya. Kalau terjauh pernah di kirim ke Malaysia tahun 1999," ungkapnya dengan bangga.
Tolak Ajakan Mengajar di Malaysia
Keahlian Bambang dalam memainkan sekaligus membuat alat musik keroncong menyita perhatian seorang kawannya yang mengajar di Malaysia. Bambang pernah diajak ke Negeri Jiran untuk mengenalkan musik keroncong. Alih-alih menerima, Bambang justru menolak. Dia lebih senang memilih berkarir di Indonesia.
"Pernah diajak ke Malaysia oleh teman saya yang sering memesan alat musik keroncong. Tapi saya tolak," kenangnya.
Kini di usianya yang sudah menginjak setengah abad, Bambang berusaha melestarikan musik keroncong yang mulai redup tergerus zaman lewat Komunitas Pelaku Keroncong Semarang (KPKS). Di komunitas itu, Bambang secara rutin mengadakan pertemuan dengan anggota untuk belajar bareng. Dia juga pelan-pelan mengenalkan musik keroncong ke anak-anak muda.
"Kalau ada yang mau belajar, kita arahkan untuk memainkan lagu-lagu musik modern dulu. Kamu senangnya apa? Pop atau dangdut? Setelah itu mereka baru bisa perlahan-lahan kita dorong untuk memainkan lagu-lagu keroncong yang asli," tandas Bambang.
Nah, jika kamu tertarik dan pengin bisa memainkan musik keroncong, bisa bertandang ke rumah Bambang nih, Millens. Waktunya adalah setiap Senin minggu kedua, ya. Di sana akan ada beberapa orang yang sama-sama ingin belajar mengenal lebih dekat dengan genre musik yang diusung maestro kenamaan Gesang, Waldjinah, dan Hetty Koes Endang itu. Menarik, bukan? (Fitroh Nurikhsan/E10)