Inibaru.id - Pentas Keroncong yang digelar di TBRS pada Rabu (18/9) malam lalu menjadi satu penanda eksistensi seni keroncong di Kota Semarang. Meski pentas serupa sudah sering digelar, namun acara malam itu terasa berbeda. Pasalnya acara tersebut didukung oleh Pemerintah Kota Semarang.
Dalam kemeriahan pentas, saya berbincang dengan Adji Muskha yang merupakan Ketua Himpunan Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) Jawa Tengah. Laki-laki yang selama 60 tahun bergelut dalam dunia keroncong ini mengaku senang dengan geliat kebudayaan di Kota Semarang.
“Bangga sekali, melihat perkembangan keroncong saat ini,” jawabnya saat saya menyinggung tentang ketertarikan anak muda yang turut memainkan keroncong. “Keroncong itu bisa ngremboko (berkembang). Sehingga pelestarian ada dari generasi ke generasi,” tambahnya.
Dia juga merasa nggak masalah jika banyak lagu kekinian yang dimainkan dengan musik keroncong. “Boleh saja, yang penting nggak meninggalkan pakem karena musik bersifat universal,” kata Adji. Dalam permainan keroncong ada lima komponen alat musik yang nggak bisa ditinggalkkan yaitu bass, cello, gitar, cuk dan cak (kentrung), flute, dan biola. “Tidak boleh berubah komponennya,” tambahnya.
Adji mengaku nggak masalah jika lagu kekinian dimainkan dengan musik keroncong. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)
Laki-laki yang bermain keroncong mulai dari remaja ini juga menyadari seni selalu mengalami perubahan di setiap era. Namun dia selalu menekankan agar pemain dan penikmatnya selalu tahu sejarah dan pakemnya. Nggak heran, Adji sering mengisi pelatihan keroncong.
Adji juga mengaku paling bersemangat jika ada anak muda yang ingin belajar keroncong. Dia juga berharap sekolah di Kota Semarang mau mengajarkan musik keroncong.
Hal senada juga disampaikan seniman Imam Subagyo yang duduk manis dari awal hingga akhir acara tersebut. Menurutnya, Pemerintah Kota Semarang harus lebih sering memberikan panggung kepada para seniman. “Seniman itu nggak punya duit. Kalau dikasih panggung kan enak. Kita tinggal naik,” katanya tanpa melepaskan pandangannya dari panggung.
Imam yang juga sering membawakan geguritan di radio ini mengapresiasi kerja keras pemerintah kota yang sudah bekerja keras menaikkan tradisi dan budaya di Kota Semarang. “Ini yang akan menghidupkan Kota Semarang. Sekarang bukan main perkembangannya. Keroncong, wayang kulit, sastra, banyak kegiatan dan budaya yang muncul (kembali) di Semarang,” pungkasnya.
Gimana kalau kamu sendiri Millens? Lebih suka mendengarkan atau tertarik belajar memainkan musik keroncong nih? (Zulfa Anisah/E05)