BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 28 Mar 2019 17:00

Semangat Kopi Semawis dalam Melestarikan Budaya Tionghoa di Kota Semarang

Peresmian Pasar Imlek Semawis 2019 oleh Kopi Semawis dan pejabat daerah. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Sebuah tradisi nggak lahir serta-merta. Butuh inisiasi dan konsistensi. Pun Kopi Semawis yang konsisten menggelar Pasar Malam Semawis dan Pasar Imlek Semawis. Nggak cuma itu, citra kumuh kawasan Pecinan juga luntur berkat ide cemerlang organisasi ini.

Inibaru.id – Kalau kamu tinggal di Semarang kamu pasti sudah pernah mendengar Pasar Malam Semawis yang digelar di Pecinan Semarang. Pasar ini hanya dibuka saat akhir minggu di kawasan Pecinan. Di sini kamu bisa memuaskan hasrat kulinermu. Sebagian besar kuliner yang dijual memang khas Tionghoa, Millens.

Suasana di sana bakal lebih meriah saat Imlek tiba. Pasalnya, kamu nggak cuma bisa menikmati aneka penganan khas Imlek, tapi juga bisa menyaksikan berbagai pertunjukan seni seperti wayang potehi dan Barongsai. Saking meriahnya, acara ini selalu dinanti masyarakat saat Imlek tiba.

Meski keseruan Pasar Imlek Semawis sudah usai, masih ada kok hal yang bisa dikulik. Contohnya siapa di balik adanya pasar ini. Lahirnya Pasar Imlek Semawis nggak lepas dari sebuah organisasi bernama Kopi Semawis yang bekerjasama dengan Pemkot Semarang.

Para pengunjung lalu lalang saat Pasar Imlek Semawis berlangsung. (Inibaru.id/ Sitha Afril)

“Awal mula penyelenggaraan Pasar Imlek ini pada tahun 2004. Jadi, tahun ini adalah tahun ke-15 dari penyelenggaraan Pasar Imlek di kawasan Semawis,” ungkap Johan, salah satu anggota Kopi Semawis pada Inibaru.id saat penyelanggaraan Pasar Imlek Semawis, Minggu (3/2).

Kopi Semawis yang terbentuk sejak 2003 silam. Nama ini merupakan akronim dari Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata. Selain itu, nama ini memiliki makna filosofis yang mendalam, lo. Kata kopi diartikan sebagai jenis minuman berkafein yang dipercaya mampu menahan rasa kantuk dan menjadikan tubuh bugar. Sedangkan semawis merupakan sinonim dari nama Semarang dalam Bahasa Jawa Alus yang digunakan pada tahun 1940-an.

Jika dimaknai secara utuh, Kopi Semawis adalah sebuah pengharapan agar masyarakat, khususnya wisatawan dapat menikmati Kota Semarang lebih lama serta nyaman.

Bahkan bisa dibilang, komunitas ini merupakan garda dari bangkitnya perekonomian masyarakat di sekitar Pecinan dengan adanya pasar malam rutin di tiap weekend. Para anggota komunitas ini memiliki semangat yang tinggi untuk melestarikan kebudayaan Tionghoa.

Seni pertunjukan Barongsai yang selalu ditunggu pengunjung Pasar Imlek Semawis. (Inibaru.id/ Sitha Afril)

"Kami ingin menjembatani komunikasi antara masyarakat keturunan Tionghoa dengan masyarakat di luar etnis Tionghoa di Semarang lewat sentuhan kuliner. Jadi nggak heran jika anggota organisasi ini multietnis dan agama. Bukan hanya Konghucu," ungkap Hidayat Pranandya, Pengurus Harian Kopi Semawis, Jumat (15/2).

FYI, sebelum tahun 2000-an, kawasan Pecinan merupakan pemukiman dan pusat bisnis warga keturunan Tionghoa yang dikenal bising dan kumuh. Tapi sekarang, kawasan ini telah menjadi salah satu sudut kota yang wajib dikunjungi para wisatawan. Soalnya, selain menjadi pusat kuliner, kamu juga bisa belajar budaya dari masyarakat Tionghoa yang ada di sana. Mantul, kan?

Satu hal yang bisa saya pelajari adalah ketepatan mengorganisir masyarakat akan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Buktinya ada pada semangat Kopi Semawis yang berhasil merubah citra kawasan Pecinan menjadi objek wisata kuliner dan "markas" terselenggaranya Pasar Imlek sebagai festival tahunan yang ciamik! (Sitha Afril/E05)

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: