BerandaInspirasi Indonesia
Kamis, 17 Agu 2022 17:58

Kisah Peci Sjarbaini yang Lebih Populer Dikenal Sebagai Peci Sukarno

Peci hitam, identik dengan Sukarno dan kini dipakai pejabat Tanah Air. (Grid/Moh Habib Asyhad)

Sukarno adalah orang yang mempelopori penggunaan peci bagi para pejabat negara. Tapi, kamu pernah mendengar cerita tentang peci Sukarno, belum?

Inibaru.id – Salah satu ciri khas dari penampilan Presiden Sukarno adalah peci hitam. Tutup kepala itu seperti nggak pernah lepas dari kesan wibawa sang Proklamator itu. Tapi, kamu tahu nggak kalau salah satu dari sekian banyak peci Sukarno berasal dari jenama Peci Sjarbaini?

Sukarno sering dianggap sebagai pelopor penggunaan peci hitam bagi pejabat-pejabat Tanah Air. Cerita tentang pecinya bahkan sudah muncul sejak rapat Jong Java yang diadakan di Surabaya pada Juni 1921. Soekarno yang saat itu masih berusia 20 tahun bersikukuh memakai peci meski kawan-kawannya nggak mau memakai tutup kepala karena dianggap meniru orang barat.

Soekarno saat itu punya pendapat lain. Menurutnya, peci yang saat itu sering dipakai orang Melayu cocok untuk dijadikan simbol perjuangan rakyat Indonesia.

Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka,” ucap Soekarno sebagaimana tercantum di buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams.

Peci Sjarbaini Jadi Favorit Sukarno

Balik lagi ke Peci Sjarbaini ya, Millens. Jenama ini dirintis oleh almarhum Haji Sjarbaini dari Kapeh Panji, Bukittinggi, Sumatra Barat. Kali pertama bisnis pembuatan peci ini dirintis pada tahun 1927.

Awalnya, bisnis peci rumahan ini hanya sesuai pesanan saja. Jadi, kalau ada yang memesan, barulah Haji Sjarbaini membuatkannya sesuai dengan ukuran kepala sang pemesan.

Tapi, lambat laun pecinya semakin populer karena kualitasnya yang sangat bagus. Dulu, banyak orang Jepang dan Belanda yang juga memesannya, lo.

Sukarno selalu memesan peci kepada Sjarbaini untuk melengkapi penampilannya. (MerahPutih)

“Jujur saya nggak begitu mengerti mengapa peci merek H. Sjarbaini begitu laris di mata pejabat,” cerita menantu Sjarbaini, Gusmanelly yang kini meneruskan usaha pembuatan peci tersebut di Pasar Atas, Bukittingi, Senin (22/2/2016).

Satu hal yang pasti, jenama peci H. Sjarbaini langsung populer begitu Sukarno memakainya. Banyak pejabat lain yang kemudian ikut memesannya.

“Peci Sjarbaini dipesan Sukarno tahun 1956. Sejak saat itu, model yang dibeli Sukarno, yang ada undakan di atas itu, masih disebut model BK, singkatan dari Bung Karno,” lanjut pria paruh baya tersebut.

Saking seringnya Sukarno memesan peci ini, H. Sjarbaini sampai hapal dengan ukuran kepala presiden pertama RI itu. Yap, ukuran pecinya ternyata adalah nomor sembilan, Millens.

Sampai Sekarang Masih Sering Dipesan Pejabat

Nggak hanya pejabat masa Orde Lama yang memesan peci Sjarbaini. Pejabat di masa yang lebih baru seperti Suharto, Gamawan Fauzi, SBY, dan lainnya juga memesan peci tersebut.

Kabarnya sih, selain sudah kadung populer di mata pejabat, peci yang terbuat dari bahan beludru dan jahitan yang pas di kepala ini sangat nyaman dipakai di kepala. Jadi, para pejabat yang sering memakainya untuk berbagai keperluan pun merasa puas.

Harga peci Sjarbaini memang lebih mahal ketimbang peci pada umumnya. Maklum, proses pembuatannya masih handmade. Untuk yang kelas standar, harganya mencapai Rp 150 ribu. Adapula peci yang dihargai Rp 850 ribu. Kebayang kan seperti apa kualitasnya kalau harganya semahal itu?

Kalau kamu penyuka peci seperti apa, Millens? Yang mahal, berkualitas, dan vibes-nya seperti pejabat atau kualitas oke dengan harga terjangkau? (Val,Kom/IB09/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024