BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 14 Agu 2025 09:01

Kisah Juliana, Sarjana Pertama dari Suku Anak Dalam Jambi

Juliana saat wisuda dari Universitas Muhammadiyah Jambi. (Muhammadiyah/Aan Ardianto)

Usai jadi sarjana pertama dari Suku Anak Dalam Jambi, Juliana kini berusaha untuk memperkenalkan produk ikan asap khas Suku Anak Dalam.

Inibaru.id - Di tengah hutan lebat Jambi, terdapat satu kisah inspiratif yang membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib. Juliana, seorang perempuan berusia 23 tahun, kini tercatat sebagai sarjana pertama dari Suku Anak Dalam (SAD), atau yang lebih dikenal dengan sebutan Orang Rimba.

Gelar sarjana itu ia raih pada 9 September 2024 setelah menuntaskan 8 semester masa studi S1 Kehutanan di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Jambi (UM Jambi).

Perjalanan Juliana tidaklah mudah. Sebagai perempuan dari komunitas yang dikenal dengan tradisi hidup nomaden dan dekat dengan alam, keputusan untuk melanjutkan pendidikan hingga tingkat universitas adalah pilihan berani yang tidak banyak didukung oleh lingkungan sekitarnya.

Sebenarnya, sejak di bangku SMP, keluarga besarnya sempat berharap ia langsung menikah dan tidak perlu melanjutkan sekolah. Namun, berkat dukungan orang tua yang mengutamakan pendidikan, Juliana berhasil menembus batasan-batasan tersebut.

“Kalau saya gagal, adik-adik saya nanti tidak akan berani kuliah. Perempuan dari kelompok kami juga akan selalu takut kuliah. Situasinya tidak akan berubah. Maka itu saya ingin membuktikan bahwa perempuan SAD juga bisa kuliah,” ujar Juliana sebagaimana dinukil dari situs Muhammadiyah, September 2024.

Dengan tekad kuat, Juliana memutuskan untuk mengejar cita-citanya di Fakultas Kehutanan, Universitas Muhammadiyah Jambi. Bagi Juliana, memilih jurusan ini bukan berarti ia ingin menanggalkan adat istiadatnya. Justru, ia melihat ilmu kehutanan sebagai cara untuk melestarikan tradisi dan menjaga kelestarian hutan yang menjadi bagian dari warisan budaya Suku Anak Dalam.

“Saya kuliah bukan untuk melawan adat, tapi untuk menjaga adat kami dengan ilmu,” kata Juliana.

Juliana saat bersama dengan komunitasnya dari Suku Anak Dalam. (Rri/Rizki Amalia)

Tantangan terbesar baginya adalah beradaptasi dengan kehidupan kota yang jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam yang dikenal sangat dekat dengan alam dan jauh dari ingar-bingar kota. Selama perkuliahan, ia juga sering menghadapi pandangan skeptis dari sesama komunitasnya yang meragukan pentingnya pendidikan tinggi bagi orang rimba.

“Pendidikan tinggi percuma saja kalau nantinya nggak dapat pekerjaan tetap,” ungkap Juliana tentang komentar-komentar miring yang datang kepadanya. Namun, ia tetap teguh pada prinsipnya, bertekad untuk membuktikan bahwa gelar sarjana bukan hanya sekadar formalitas, melainkan sebuah perubahan yang bisa menginspirasi generasi selanjutnya.

Setelah berhasil meraih gelar sarjana, Juliana kembali ke tempat tinggalnya di Desa Dwi Karya Bhakti, Kabupaten Bungo, Jambi. Namun, perjalanannya masih jauh dari kata selesai. Juliana kini mengalihkan fokus pada upaya melestarikan tradisi kuliner Suku Anak Dalam, yakni pengolahan ikan asap.

Bersama beberapa perempuan dari komunitasnya, Juliana membentuk kelompok Mina Hasop Eluk yang memproduksi ikan asap. Dengan izin BPOM dan sertifikasi halal yang sedang diurus, produk ikan asap tersebut mulai merambah pasar lokal, bahkan sudah dijual di pameran-pameran yang diadakan pemerintah.

"Ke depan, kami berharap produk ikan asap ini bisa menembus minimarket atau toko oleh-oleh khas Jambi," tutur Juliana.

Tentu saja, tantangannya bukan hanya soal penjualan, promosi, atau produksi, tetapi juga tentang bagaimana cara menghilangkan stigma negatif terkait kebersihan dan kualitas yang masih melekat pada produk-produk hasil olahan masyarakat Suku Anak Dalam.

Kini, Juliana tidak hanya menjadi sarjana pertama dari Suku Anak Dalam, tetapi juga pemimpin bagi generasi muda komunitasnya yang ingin melangkah lebih jauh. Dengan semangat dan keyakinan, Juliana membuktikan bahwa pendidikan dapat mengubah hidup, bahkan di tengah keterbatasan. Semoga kisahnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang, tak peduli apa pun latar belakang kita. Setuju, Gez! (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: