Inibaru.id – Kalau kamu main ke Bromo, pasti bakal sering melihat warga Suku Tengger. Mereka punya ciri khas, Millens. Karena suhu udara di sana cukup dingin, mereka memakai jaket. Hanya, meski sudah memakai jaket, pasti ada sarung yang mereka pakai baik itu hanya disampirkan di bahu, atau dipakai layaknya selimut. Mengapa mereka melakukannya, ya?
Sebenarnya, sarung sudah jadi ciri khas orang Indonesia, khususnya yang sudah berusia tua. Sarung dipakai layaknya pengganti celana panjang dan bisa dipakai di acara-acara resmi. Hanya, bagi orang Suku Tengger, sarung seperti jadi pakaian yang harus dipakai sepanjang waktu.
Oya, didesa-desa tempat Suku Tengger berada terletak di dataran tinggi, tepatnya di sekitar 2 ribuan meter di atas permukaan laut (mdpl). Jadi, wajar kalau suhu udara di sana cenderung sejuk. Di sana, meski matahari sangat terang di tengah hari, rasanya nggak begitu terik. Kalau di pagi atau malam hari, suhunya sangat dingin dan bisa menusuk tulang, apalagi bagi para wisatawan yang aslinya berasal dari dataran rendah.
Suhu dingin jadi salah satu alasan mengapa warga Suku Tengger. Namun, menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Argosari, Kecamatan Sanduro, Lumajang, Jawa Timur Budiyanto, sarung sebenarnya punya banyak fungsi bagi keseharian warga Suku Tengger.
“Sarung ini saya pikir jadi identitas. Sarung ini jadi harga diri. Sarung ini juga jadi tren,” ungkap Budiyanto.
Saat merantau untuk kuliah, Budiyanto mengaku sempat meninggalkan kebiasaan memakai sarung. Dia hanya memakai jaket untuk menjaga tubuhnya tetap banyak. Nah, ternyata, hal ini membuatnya jadi obrolan sesama warga Suku Tengger.
Dia dianggap meninggalkan ciri khas Suku Tengger dan bahkan seperti malu jadi orang Tengger. Sejak saat itulah dia sadar kalau sarung lebih dari sekadar penghangat tubuh bagi Suku Tengger.
Ada banyak cara memakai sarung Suku Tengger. Contohlah, ada yang disebut Lampin dan dipakai kaum laki-laki saat bekerja. Ada juga cara penggunaan sarung saat bersantai atau saat melindungi tubuh saat kabut turun di gunung.
Kalau perempuan, sarung bisa dipakai di kanan atau kiri bahu dengan simpul Kekaweng. Contohlah, kalau simpulnya di bahu kanan, yang memakai adalah perempuan yang belum menikah namun sudah ada pacar atau calon suami, Millens.
Nah, mengingat sarung bukanlah asli Indonesia, apa yang dikenakan sarung sebelum pakaian khas Timur Tengah mereka kenal? Nah, di zaman dulu, yang dipakai adalah kain.
Omong-omong ya, Millens, Suku Tengger ini nggak hanya ditemukan di wilayah Lumajang, ya. Kamu juga bisa menemui mereka di Probolinggo serta Pasuruan. Tahu ciri khas mereka, kan? Yap, sarung yang jadi kebanggaan dan identitasnya. (Kom/IB09/E05)