BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 19 Mei 2020 14:30

Corona Jadi Momen Tepat Pemuda Gribig Kudus Terapkan Genchi Jikatsu

Para pemuda D’Mojodadi’s tengah menyiapkan media untuk penyemaian bibit sayuran yang akan dibagi ke masyarakat nantinya. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Pandemi corona membuat kondisi saat ini menjadi serba sulit. Guna menghadapi kondisi saat ini, salah satu organisasi pemuda D’Mojodadi’s membuat trobosan kegiatan baru untuk mewujudkan program ketahanan pangan bagi warga Desa Gribig. Nama aksi tersebut adalah Genchi Jikatsu. <br>

Inibaru.id – Beberapa di antara kamu pasti merasa asing dengan istilah Genchi Jikatsu. Apa sih Genchi Jikatsu itu? Itu yang saya rasakan ketika kali pertama mendengar program kerja organisasi D’Mojodadi’s ini.

Pada Rabu (13/5), saya berkesempatan untuk mencari tahu lebih dalam mengenai program Genchi Jikatsu. Taufik, pembina D’Mojodadi’s sekaligus pencetus ide, bercerita mengenai awal mula program kemandirian pangan ini tercetuskan.

Genchi Jikatsu diadopsi dari kebijakan politik ekonomi Jepang pada masa akhir perang yang artinya mencukupi kebutuhan sendiri.

Melihat kondisi saat ini, Taufik mengaku jika dia terinspirasi dari sistem perekonomian autarki yang pernah diterapkan oleh beberapa negara, salah satunya Jepang. Sistem ekonomi ini mewajibkan setiap daerah di suatu negara untuk mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.

Menurut Taufik, Genchi Jikatsu merupakan salah satu upaya untuk membuat masyarakat sadar mengenai ketahanan pangan. Apalagi nggak ada yang tahu sampai kapan pandemi ini akan berlangsung. Diharapkan dengan adanya kemandirian pangan, beban masyarakat lebih ringan.

Anggota D'Mojodadi's memperlihatkan bibit yang akan digunakan untuk mendukung program Genchi Jikatsu. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

“Sekarang sih semua masih murah, tapi dua sampai tiga bulan kemudian kan nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi, jika situasi ekonomi masih seperti ini,” ujar Taufik.

Dalam aplikasinya, D’Mojodadi’s menjadi organiasasi penggerak yang menyelaraskan diri dengan visi misi Kepala Desa Gribig saat ini untuk menyejahterakan masyarakat.

“Kalau menyejahterakan masyarakat kan masih dalam bentuk teori yang perlu dijabarkan. Bagaimana sih wujud dari menyejahterakan masyrakat itu? Nah, salah satunya dengan kemandirian pangan ini,” katanya.

Kegiatan penyemaian bibit juga telah dilakukan oleh D’Mojodadi’s, untuk mendukung program Genchi Jikatsu. Rencananya setelah bibit tersebut tumbuh, akan dibagikan kepada masyarakat.

Taufik berharap, Genchi Jikatsu ini akan menjadi kegiatan serempak yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan lahan sempit di masing-masing pekarangan rumah.

Anggota Gerakan Pemuda Emas D’Mojodadi’s. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Kemandirian sendiri termasuk ke dalam 8 karakter pemuda D’Mojodadi’s. Bersamaan dengan karakter lain seperti, Idiologi yang selamat dan moralitas yang kuat, Ibadah yang benar, Fisik yang kuat, Wawasan yang luas, Memaksimalkan waktu, Rapi dalam berorganisasi serta Bermanfaat bagi sesama.

Tetapi bentuk nyata dari karakter kemandirian itu baru bisa diaplikasikan bertepatan dengan adanya pandemi. “Pas kebetulan saja ini ada pandemi, jadi ada momen untuk mengaplikasikan,” ujar Taufik.

Taufik juga berpendapat bahwa pelaksanaan konsep sebelum ada kasus hanya lah sebuah teori. Jadi, adanya kasus pandemi ini menjadi kesempatan untuk melakukan kegiatan yang nyata.

Program lain yang disiapkan oleh Gerakan Pemuda Emas D’Mojodadi’s untuk mencukupi kebutuhan sendiri meliputi Budikdamber (Budidaya Ikan dalam Ember), budidaya Toga (Tanaman Obat Keluarga), budidaya buah yang nantinya akan menjadi kawasan desa tematik di Desa Gribig.

Jadi nggak sabar nih menantikan program Gerakan Pemuda Emas D’Mojodadi’s lainnya. Kalau kelompok pemuda di desamu punya agenda keren apa nih, Millens? (Rafida Azzundhani/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024