BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 14 Sep 2021 13:05

Bertahun-tahun Kelola Bank Sampah di Kota Semarang, Ika Yudha: Belum Lega!

Kelola bank sampah di Kota Semarang, Ika Yudha bersama kerajinan dari sampahnya. (Inibaru.id/ Bayu N)

Perubahan nggak terjadi dalam sekejap mata. Inilah yang dialami Ika Yudha. Bertahun-tahun kelola bank sampah di Kota Semarang, dia mengaku hingga kini belum lega karena masih banyak sampah berserakan di lingkungannya.

Inibaru.id - Presiden ke-44 AS Barack Obama pernah mengatakan, sebuah perubahan bisa terjadi karena seorang biasa melakukan tindakan yang luar biasa. Kalimat tersebut mungkin cocok untuk Ika Yudha, perempuan biasa yang terus berupaya menumbuhkan kepedulian masyarakat pada lingkungan.

Hampir sedekade dia telah membangun bank sampah di rumahnya, Jalan Cokrokembang No 11, Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Ihwal mula berdiri, harapan Ika sederhana: masyarakat mau mengumpulkan sampah untuk "dibuang" di tempat yang tepat.

Tentu saja ini bukanlah perjuangan yang mudah, mengingat masih banyak masyarakat yang bebal dan sulit diedukasi. Bahkan, selama perjalanannya mendirikan bank sampah yang dia namai Bank Sampah Resik Becik (BSRB), ada saja hal-hal yang membuatnya mengurut dada.

“Dulu pernah ada orang bawa sampah plastik lumayan banyak. Pas tahu kalau satu kilogram dihargai seribu rupiah, orangnya langsung getun (kecewa),” cerita Ika di teras rumahnya yang dipenuhi sampah yang telah disortir. Dia kemudian terkekeh.

Orientasi yang Salah, Ekspektasi yang Keliru

Spanduk di depan rumah Ika Yudha

Kendati sudah bertahun-tahun menjadi pengepul sampah, Ika mengaku masih sering mengalami kendala. Salah satunya adalah orientasi masyarakat yang hampir selalu fokus ke arah ekonomi. Beberapa orang mengumpulkan sampah semata-mata untuk menukarnya dengan uang.

"Padahal tujuan utama saya bukan itu," tegas perempuan berjilbab tersebut. "Ada orientasi yang salah dan ekspektasi yang keliru."

Tujuannya mendirikan bank sampah di wilayah Krobokan bukan semata sebagai ladang bisnis yang melulu bicara keuntungan. Jauh lebih dalam dari itu, tujuan utamanya membuat BSRB adalah untuk menyadarkan warga bahwa masih ada banyak cara untuk mengelola sampah agar bermanfaat.

“Ya, namanya sampah. Nggak terpakai. Memang, uangnya nggak banyak, tapi seenggaknya sampah-sampah ini jelas juntrungan-nya ,” ujar Ika.

Menggandeng Masyarakat Sekitar

Kumpulan sampah botol di BSRB. (Inibaru.id/ Bayu N)

Sejak pertama didirikan, BSRB adalah semacam UMKM yang didirikan Ika untuk menampung berbagai macam sampah sekaligus menciptakan kreasi-kreasi unik dari barang-barang nggak terpakai tersebut, untuk kemudian menjualnya.

Dalam menjalankan aksi baiknya itu, dia juga menggandeng masyarakat sekitar, yang diperlakukan laiknya karyawan. Para karyawan yang ini bertugas mengelola sampah, mulai dari melakukan penyortiran hingga pembuatan kerajinan dari sampah-sampah tersebut.

Sementara, untuk mendapatkan sampah, Ika memulainya dengan mengimbau warga setempat melalui sosialisasi secara berkala. Hal ini sudah dilakukannya sejak BSRB resmi berdiri pada 15 Januari 2012 hingga sekarang.

Untuk menggerakkan warga, beberapa hal yang dilakukan Ika di antaranya melakukan edukasi di tengah rapat warga, mengadakan pelatihan membuat kerajinan dari sampah, hingga menjadi pembicara di seminar-seminar. Berbagai cara dilakukannya demi tercipta lingkungan yang lebih bersih.

Belum Bisa Bernapas Lega

Berbagai plakat BSRB di dalam rak yang bersebelahan dengan tumpukan kardus bekas. (Inibaru.id/ Bayu N)

Ika memang kentara sekali sangat mencintai lingkungan. Di rumahnya, kamu bisa menemukan berbagai barang bekas yang dikumpulkan. Pada satu sudut rumah, beragam tas, pouch, dan hiasan meja hasil daur ulang juga terpajang di etalase, suit stand, dan wire grid. Semuanya terbuat dari sampah.

Dia memang punya mimpi besar untuk mengenyahkan sampah di sekitar lingkungannya. Mimpi itu belum kesampaian, kendati Ika terlihat telah memaksimalkan segala upaya dengan bank sampah ciptaannya selama bertahun-tahun. Inilah yang membuatnya belum bisa bernapas lega.

Melihat kondisi lingkungannya yang belum bersih dan dia juga mengaku masih kerap menemukan sampah berserakan di berbagai sudut, perempuan murah senyum ini merasa masih banyak yang harus diupayakan.

“Cukup miris kalau lihat masih banyak sampah di jalanan. Tapi, saya berusaha terus ikhtiar saja, sambil mikir inovasi-inovasi lain yang bisa menarik perhatian warga,” ucapnya pelan, tapi optimistis.

Bahkan, untuk orang yang mendedikasikan bertahun-tahun hidupnya demi perbaikan lingkungan, Ika masih merasa belum cukup. Kamu yang kerjanya mager dan sering abai dengan sampah di sekitarmu, apa nggak malu, tuh? Ha-ha.(Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024