BerandaIndie Mania
Jumat, 19 Sep 2019 14:00

Lama Terkungkung dalam Problematika Peran Ganda, Sudah Saatnya Pelukis Perempuan Unjuk Gigi

Woponco sering menggelar workshop melukis. (Doc. Wopanco)

Peran kaum lelaki yang mendominasi juga ikut mempengaruhi karier perempuan dalam bidang seni termasuk melukis. Meski punya bakat, mereka nggak punya banyak "tempat".

Inibaru.id – Bagi Ratri Cipto Hening, ketua Woman Painter Community (Wopanco), pelukis perempuan itu hebat. Pelukis perempuan pasti pola pikirnya berbeda. Dia berani medobrak dan mengorbankan beberapa hal. Pelukis perempuan juga sangat potensial, meski kadang mereka terhambat karena multi-peran dalam keluarga. Ini membuat mereka nggak bisa bebas berekspresi seperti laki-laki. Meski begitu, para pelukis di Wopanco tetap semangat berkarya.

“Soalnya mereka bisa dapat kepercayaan diri menghasilkan sesuatu meski nggak banyak. Percaya diri itu selalu bikin berkreasi, selain memang dia sukanya di situ. Karyanya bagus-bagus sih. Beda kalau laki-laki yang konsep, kalau kita kadang larinya ada yang craft,” ujarnya.

Produk craft berupa pouch lukis karya Ratri. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Kendala utama dari pelukis perempuan terutama terletak pada skill. Bukan berarti produk yang dihasilkan buruk ya. Namun, karya tersebut masih bisa ditingkatkan menjadi sesuatu yang matang dan lebih punya nilai. Sebab orisinalitas kadang masih belum dipikirkan dan masih bermodelkan ATM, Amati Tiru Modifikasi.

“Di taraf tertentu belum bisa mewakili zaman. Artinya kalau saya lihat lukisan sendiri dan teman-teman, beberapa udah ada yang konsepnya bagus. Tapi rata-rata arahnya craft. Kalau yang Wopanco. Ke depan arah Wopanco lebih kuat dalam konsepnya, lebih kuat dalam skill-nya, lebih punya greget lah karya kita itu,” kata Ratri.

Dia menceritakan lagi sebab terkungkungnya perempuan, karya yang dihasilkan belum maksimal. Belum bisa sebebas dan setotal laki-laki baik dari segi ide maupun waktu. Meski setiap pelukis memiliki idealismenya sendiri-sendiri. 

Salah satu nama dari anggota Wopanco lainnya adalah Nur Aida. Perempuan yang juga ibu rumah tangga ini berpendapat, pelukis perempuan nggak kalah hebat sama laki-laki. Perempuan memiliki karakteristiknya sendiri, seperti goresannya lebih kelihatan feminin. Berbeda dengan goresan pelukis laki-laki yang tegas.

Lukisan watering colour karya anggota Wopanco. (Inibaru.id/ Isma Swastningrum)

Aida menceritakan pengalamannya ketika membuat mural bersama teman-temannya sekelasnya di SMP 40 Semarang. Dia dan teman-temannya yang semuanya perempuan berhasil membuat kelas lain terheran-heran.

“Katanya jarang ada wanita bikin mural. Dan yang bikin puas, karya kita dinobatkan jadi yang terbaik, sekelas dapat hadiah jalan-jalan ke museum,” kenang perempuan yang mengidolakan pelukis Affandi dan Basuki Abdullah ini.

Memang sudah saatnya diskriminasi pada perempuan segera diakhiri dalam semua bidang ya, Millens. Setuju dengan hal itu, Havid Anshori seorang seniman muda mengatakan pelukis perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama. “Kalau pelukis perempuan sih bagus-bagus aja. Aku biasa aja, sama mandangnya sama pelukis laki-laki,” katanya.

Baginya, pelukis perempuan lebih ekspresif dan itulah yang menjadi nilai plus. Havid berpendapat, diskriminasi terhadap pelukis perempuan tergantung kondisi masyarakat saat ini. “Ya, sebenarnya kan tergantung masyarakatnya ya, masih patriarkis apa nggak gitu kan ya,” ungkap pelukis beraliran abstrak ini. 

O ya, Havid mengatakan media sosial bisa banget menjadi sarana mempopulerkan karya para pelukis perempuan yang selama ini tenggelam. Jadi bisa unjuk gigi ya. Semoga nggak lagi ada diskriminasi terhadap perempuan ya. (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: