BerandaHits
Rabu, 1 Nov 2022 11:24

Tragedi Itaewon, Kenapa Berdesak-desakan Sebabkan Orang Meninggal?

Ilutrasi: Serangan jantung atau henti jantung bisa menyerang orang segala usia termasuk anak muda seperti yang telah terjadi di Itaewon, Korea Selatan. (Anlene)

Sebanyak 154 orang yang kebanyakan adalah anak muda meninggal karena berdesak-desakan di Itaewon, Korea Selatan. Kabarnya penyebab mereka sampai bisa kehilangan nyawa adalah karena henti jantung. Apa itu henti jantung?

Inibaru.id - Dalam targedi di Itaewon, ratusan anak muda meninggal dunia karena berdesak-desakan di jalan yang sempit. Kabarnya, mereka nggak terselamatkan sebab mengalami henti jantung dalam situasi yang kaos (cheos) tersebut.

Dari kejadian ini, kita semakin tahu bahwa henti jantung atau serangan jantung bisa dialami oleh anak muda dengan usia di bawah 20-an. Kira-kira bagaimana penjelasannya ya?

Dokter spesialis jantung Rumah Sakit Siloam Vito Anggarino Damay menjelaskan, siapa saja bisa terkena henti jantung, termasuk anak muda. Dalam dunia kedokteran, henti jantung ini dikenal dengan istilah cardiac arrest.

“Cardiac arrest bisa dialami siapa saja, terutama saat di tempat yang ramai, himpit-himpitan dan nggak ada oksigen. Aliran darah jadi terganggu, makanya bisa terkena henti jantung,” kata Vito, dikutip dari CNN Indonesia, Minggu (30/10/2022).

Di tempat ramai dengan kadar oksigen minim, orang yang ngak memiliki riwayat henti jantung pun bisa terkena penyakit ini, Millens. Itu karena pasokan ke tubuh berkurang atau nggak ada sama sekali.

Ilustrasi: Berdesak-desakan saat konser musik atau demontrasi bisa membuat orang sulit bernafas, panik, dan akhirnya mengalami henti jantung. (AP/Jamaal Ellis)

Kondisi tersebut dinamakan kompresi asfiksia. Kompresi asfiksia adalah keadaan seseorang nggak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Biasanya kondisi ini terjadi jika kamu berada di tengah keramaian seperti demontrasi dan konser musik. Kompresi asfiksia juga bisa terjadi saat kamu mengalami serangan panik.

“Dalam kasus Itaewon itu kan berdesak-desakan. Orang ribuan masuk ke satu jalan yang sama, dan jalannya kecil. Jadi sulit bernapas, oksigen nggak ada. Maka terjadilah yang namanya kompresi asfiksia,” jelas dokter yang kerap menjadi pembicara dan moderator acara kesehatan itu.

Seseorang dalam kondisi seperti itu berada dalam kondisi berhimpitan, sehingga dada sulit mengembang. Padahal kita tahu, untuk bernapas dada perlu mengembang dan mengempis.

“Nah, ini nggak bisa. Dada orang kegencet depan belakang. Mau napas nggak bisa karena depan kegencet, belakang kegencet,” katanya menyinggung soal kejadian di Itaewon.

Pingsan Berdiri

Ilustrasi: CPR atau cardiopulmonary resuscitation merupakan tindakan pertolongan darurat bagi orang yang mengalami serangan jantung. (Icryptonian)

Ketika hal tersebut terjadi, orang akan kehilangan kesadaran atau pingsan. Namun, pingsan yang mereka alami bukan pingsan biasa, tapi pingsan berdiri.

Umumnya, orang pingsan akan berbaring hingga darah bisa kembali mengalir lancar. Tapi, ketika seseorang pingsan berdiri dalam keadaan tergencet, maka aliran darah ke otak tetap nggak lancar.

“Akibatnya, hanya dalam waktu beberapa menit saja seseorang bisa mati. Nah, ini namanya henti jantung atau cardiac arrest,” jelas Vito.

“Orang mungkin akan bilang, ‘saya bisa tahan napas satu menit, dua menit’. Tapi kalau dalam keadaan ramai, nggak ada oksigen, pasti muncul kepanikan. Ini juga memperburuk kondisi tubuh dalam mendapat oksigen,” tambah dokter kelahiran Kupang, NTT itu.

Wah, berdesak-desakan akibatnya bisa seserius itu ya, Millens? So, mulai sekarang sebisa mungkin hindari kerumuman yang padat banget ya!

Kalau kamu menjumpai orang mengalami henti jantung di keramaian, segera tarik keluar dia dari kerumunan itu. Setelah berhasil keluar, segera beri tindakan pertolongan pertama berupa CPR, ya! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: