Inibaru.id – Kalau kamu main ke tempat wisata Tamansari, Yogyakarta, pasti juga akan mampir ke Sumur Gumuling. O ya, meski namanya sumur, bangunan dengan arsitektur kombinasi Jawa dan Portugis ini ternyata dulunya adalah bagian dari sebuah masjid bawah tanah, lo. Seperti apa sih cerita dari bangunan ini?
Sumur Gumuling adalah salah satu bagian dari kompleks bangunan Tamansari yang dibangun pada abad ke-18 atau pada 1758. Inisiator pembangunannya adalah Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengkubuwana I.
Mengapa disebut sebagai sumur? Karena ada sebuah sumur dengan kedalaman 269 sentimeter dan diameter 80 sentimeter dengan struktur dinding bawah tanah yang terbuat dari bahan tanah liat dan dikenal dengan sebutan ‘jobong’. Konon, sumur ini memiliki hubungan langsung dengan Laut Selatan, lo. Tapi, hal ini masih belum bisa dibuktikan, Millens.
Lantas, di mana letak masjid bawah tanahnya? Kalau yang ini, wisatawan pasti sering melewatinya tapi nggak menyadarinya. Yap, lorong-lorong yang ada di dekat dengan Sumur Gumuling itulah masjid bawah tanah tersebut.
O ya, Kalau kamu cermati, lorong tersebut terdiri atas dua lantai. Lantai bawahnya diperuntukkan bagi jemaah perempuan, sementara yang atas untuk laki-laki. Meski bentuknya lorong, suasana pada masjid tersebut nggak pengap karena ada cukup banyak ventilasi di dinding-dindingnya.
Di bagian tengah bangunan berbentuk lingkaran, terdapat lima tangga yang ada di atas sebuah sumur. Lima tangga ini melambangkan Rukun Islam, Millens.
Pada bagian ujung lorong, terdapat area kecil yang melingkar dekat dengan lima tangga tersebut. Tempat itu dulunya adalah mimbar dakwah atau tempat imam memimpin salat.
Bentuk bangunan masjid yang berupa lingkaran inilah yang menginspirasi penamaan ‘gumuling’. Maklum, nama ‘gumuling’ dalam Bahasa Jawa berarti berputar di dalam lingkaran.
Popularitas Sumur Gumuling sebagai tempat ibadah mulai menyusut seiring dengan diresmikannya Masjid Gede Kauman paad 29 Mei 1773. Masjid yang berlokasi di dekat Alun-Alun Utara ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat, dan Kyai Wiryokusumo. Bangunan Masjid Gede Kauman yang lebih luas dan lokasinya yang lebih strategis membuat masjid ini lebih dijadikan pilihan warga untuk beribadah.
Untungnya, bangunan Sumur Gumuling masih tetap kokoh hingga sekarang. Meski nggak banyak orang tahu kisahnya saat menjadi masjid, setidaknya, lokasi ini masih ramai dikunjungi wisatawan dan mendapatkan perlindungan dari pemerintah karena masuk dalam cagar budaya.
Omong-omong, kamu pernah berkunjung ke Sumur Gumuling belum, Millens? (Arie Widodo/E05)