BerandaHits
Minggu, 15 Jul 2023 18:15

Sistem Zonasi PPDB Sekolah Bemasalah, P2G: Evaluasi Total!

Sistem Zonasi PPDB sekolah tahun ini bermasalah. (Medcom/Octavianus Dwi Sutrisno)

Penerimaan peserta didik baru (PPDB) sekolah negeri tahun ini masih tetap memakai sistem zonasi. Masalahnya, banyak praktik kecurangan yang membuatnya jadi sangat kacau dan nggak adil.

Inibaru.id – Dalam beberapa hari belakangan, media sosial di Indonesia dipenuhi dengan protes dari orang tua siswa yang merasa sistem zonasi yang diterapkan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah-sekolah Indonesia bermasalah. Saking besarnya masalah sistem yang sudah dipakai sejak 2017 itu, banyak pihak yang mengeluarkan kritik, termasuk dari para pendidik.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) bahkan secara terang-terangan meminta Kemendikbudristek melakukan evaluasi total atas kebijakan ini karena justru merugikan banyak orang, khususnya siswa-siswa berprestasi atau yang berasal dari kalangan tidak mampu yang justru kesulitan masuk ke sekolah negeri.

“Kami P2G menilai PPDB kini sudah melenceng jauh dari relnya. Kemendikbudristek sebaiknya melakukan evaluasi menyeluruh," ucap Koordinator Nasional P2G Satriawan Salim sebagaimana dilansir dari Kompas, Senin (10/7/2023).

Lantas, apa saja sih berbagai hal yang dipermasalahkan dalam PPDB sistem zonasi yang terjadi pada tahun ini? Berikut adalah beberapa di antaranya.

1.       Pindahnya Domisili Murid Baru

Kalau yang ini sudah jadi rahasia umum. Banyak murid baru yang dititipkan di kartu keluarga (KK) keluarga, rekan, atau pihak lain yang tinggal di dekat sekolah. Saking banyaknya orang yang melakukan hal ini, murid yang sebenarnya berasal dari lingkungan dekat dengan sekolah tersebut justru nggak lolos.

“Masih banyak orang tua menganggap sebuah sekolah lebih favorit dari sekolah lainnya. Mereka lalu mengincar sekolah tersebut dengan memindahkan domisili anaknya ke keluarga dengan KK yang dekat dengan lokasi sekolah,” cerita Salim.

Dampaknya fatal, banyak murid yang berasal dari kalangan nggak mampu justru tidak bisa masuk sekolah di lokasi yang seharusnya dekat dengan rumahnya. Padahal, dengan jarak lokasi yang dekat, mereka seharusnya nggak lagi kesulitan memikirkan biaya tansportasi ke rumahnya.

“Kalau begitu, sistem zonasi justru gagal mengakomodasi mereka. Seharusnya sistem ini memprioritaskan anak miskin di zona dekat dengan sekolah negeri tersebut,” keluh Salim.

2.       Muncul Praktik Pungli

Sistem zonasi justru membuat praktik kecurangan bermunculan. (Medcom/Antara/Galih Pradipta)

P2G juga menuding sistem zonasi memunculkan praktik pungli di sejumlah sekolah. Kasus ini terjadi di beberapa daerah seperti Bengkulu, Depok, Bandung, Tangerang, hingga Bali.

“Modusnya menitipkan nama siswa agar bisa masuk ke sekolah tertentu atas nama pejabat. Ini curang namanya,” kata salim.

3.       Kuota Siswa Baru Nggak Merata

Sistem zonasi membuat banyak sekolah negeri, khususnya yang ada di kawasan perkotaan kelebihan calon peserta didik baru. Karena daya tampungnya sedikit, pada akhirnya banyak murid baru yang nggak diterima. Pada akhirnya, mereka yang nggak diterima tersebut mau nggak mau harus belajar di sekolah swasta yang lebih mahal.

Ironisnya, praktik kecurangan yang terjadi pada sistem zonasi ini juga membuat banyak sekolah negeri yang dianggap nggak favorit jadi kekurangan murid baru. Sebagai contoh, ada 12 SMP negeri di Jepara, Jawa Tengah yang masih kekurangan murid baru.

Semoga saja sistem zonasi dalam penerimaan murid baru di sekolah segera dievaluasi agar nggak lagi bermasalah sebagaimana yang terjadi pada tahun ini, ya, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024