BerandaHits
Rabu, 12 Nov 2024 16:01

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

Peran ayah dalam mendidik anak sangat diperlukan. (Pixabay/Sarahbarnier3140)

Saatnya ayah terlibat aktif dalam pengasuhan tanpa mewariskan nilai-nilai patriarki, agar anak tumbuh menjadi pribadi yang adil, empati, dan menghargai kesetaraan.

Inibaru.id - Dalam dunia modern yang terus berubah, peran ayah dalam mendidik anak telah menjadi topik yang semakin penting. Tidak hanya sebatas pencari nafkah, seorang ayah kini diharapkan turut serta dalam proses tumbuh kembang anak, termasuk aspek emosional, sosial, dan kognitif. Namun, sering kali dalam pengasuhan, masih terselip pandangan patriarki yang menekankan peran ayah sebagai figur otoritatif dan dominan.

Untuk mendidik anak dengan cara yang lebih inklusif dan adil, ayah perlu menghindari warisan patriarki yang berpotensi membentuk pandangan negatif tentang peran gender dan kekuasaan.

Mengapa Penting bagi Ayah untuk Terlibat dalam Pendidikan Anak?

Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sangat penting karena dapat memberikan keseimbangan dalam kehidupan anak. Studi menunjukkan bahwa ayah yang terlibat memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan kognitif, emosi, serta kemampuan sosial anak. Mereka memberikan sudut pandang yang berbeda dari ibu, yang membantu anak melihat dunia dengan perspektif lebih luas dan menghargai perbedaan.

Saat ayah terlibat aktif, anak cenderung memiliki tingkat percaya diri yang lebih baik dan mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih kuat. Namun, keterlibatan ini perlu dilakukan tanpa adanya pendekatan patriarkal yang justru mengekang dan membatasi anak dalam menjalani kehidupan yang seimbang.

Menghindari Warisan Patriarki dalam Pengasuhan

Jangan teruskan budaya patriarki pada anak. (via Klikdokter)

Patriarki cenderung mengajarkan bahwa laki-laki harus menjadi sosok yang kuat, dominan, dan tidak menunjukkan kerentanan, sementara perempuan diasumsikan lebih lemah dan membutuhkan perlindungan. Dalam konteks pengasuhan, hal ini dapat membentuk pemikiran bahwa anak laki-laki harus bersikap keras dan tidak boleh menunjukkan emosi, sedangkan anak perempuan seolah dibatasi dalam perannya.

Menghindari warisan ini penting karena konsep patriarki bisa berdampak buruk bagi anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Misalnya, anak laki-laki yang diajari untuk “nggak boleh menangis” atau selalu menjadi “pelindung” mungkin kesulitan mengekspresikan emosi secara sehat. Di sisi lain, anak perempuan yang tidak didorong untuk percaya diri atau mengambil peran penting dalam hidupnya mungkin merasa kurang memiliki kekuatan untuk berpendapat atau berkarya.

Bagaimana Ayah Bisa Mengambil Peran Tanpa Mewariskan Patriarki?

1. Memberikan Contoh yang Seimbang

Ayah bisa menunjukkan contoh bahwa laki-laki juga dapat memperlihatkan kerentanan dan peduli pada orang lain tanpa harus menjadi sosok yang dominan. Menunjukkan bahwa laki-laki bisa berempati dan bekerjasama di rumah akan mengajarkan anak pentingnya kesetaraan dalam hubungan.

2. Mendorong Ekspresi Emosi yang Sehat

Ajarkan anak laki-laki dan perempuan bahwa mereka bebas mengekspresikan perasaan tanpa merasa bersalah atau malu. Ayah yang nggak segan mengakui dan menunjukkan emosinya dapat membantu anak merasa nyaman berbicara tentang perasaan mereka.

3. Menghargai Pilihan Anak

Biarkan anak laki-laki dan perempuan memilih hal yang mereka sukai tanpa paksaan stereotip gender. Jika anak laki-laki ingin bermain boneka atau anak perempuan tertarik pada olahraga berat, dukunglah pilihan mereka tanpa menghakimi. Ini akan membantu mereka merasa dihargai dan dipahami.

4. Menjadi Pendengar yang Baik

Sebagai orang tua, ayah perlu menjadi pendengar yang baik dan memberikan perhatian penuh saat anak berbicara. Ini menunjukkan bahwa ayah menghargai pendapat anak, sekaligus mengajarkan bahwa komunikasi dua arah penting dalam membangun hubungan yang sehat.

5. Mengambil Peran dalam Pekerjaan Rumah Tangga

Menunjukkan pada anak bahwa ayah bisa memasak, membersihkan rumah, atau mengurus pekerjaan rumah tangga tanpa malu adalah contoh nyata bahwa kesetaraan bukan sekadar teori. Hal ini membentuk persepsi anak bahwa tanggung jawab di rumah bukan hanya peran ibu atau perempuan.

Manfaat Mengambil Peran Tanpa Patriarki bagi Anak

Pengasuhan tanpa patriarki menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan menghargai orang lain. Anak yang dibesarkan dengan cara ini lebih terbuka terhadap perbedaan, mampu membangun hubungan yang setara, dan memiliki pemahaman lebih baik tentang nilai-nilai kesetaraan. Mereka cenderung menjadi individu yang menghargai hak dan pilihan orang lain, serta mampu melihat kesetaraan gender sebagai hal yang normal dalam kehidupan sehari-hari.

Mengubah pola asuh yang bebas dari patriarki bukan hal mudah, terutama jika ayah tumbuh dalam lingkungan yang sangat kental dengan nilai-nilai tradisional tersebut. Namun, dengan kesadaran dan upaya yang konsisten, ayah bisa menjadi agen perubahan dalam keluarga, menciptakan pengasuhan yang lebih sehat dan berimbang.

Dengan mengedepankan pola asuh yang bebas dari patriarki, ayah tidak hanya mendidik anak dengan kasih sayang dan pemahaman, tetapi juga membantu membangun generasi baru yang lebih terbuka, adil, dan toleran. Mari, sebagai ayah, mengambil peran aktif tanpa perlu terjebak dalam warisan patriarki yang sudah saatnya ditinggalkan. Selamat Hari Ayah Sedunia ya, Millens. Mari jadikan dunia lebih menyenangkan tanpa patriarki. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024