BerandaHits
Jumat, 19 Jan 2023 18:02

Penghentian Liga 2 Berdampak Buruk pada Pembinaan Pemain Muda

Siswa SSB Terang Bangsa U-14 sedang berlatih sepak bola. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Salah satu dampak paling terasa dihentikannya kompetisi Liga 2 dan 3 yaitu menghambat proses pembinaan pemain muda. Padahal mereka adalah ujung tombak sepak bola Indonesia pada masa mendatang.

Inibaru.id - Genta Alparedo dan Irfan Jauhari adalah dua pesepak bola yang belakangan kerap disebut pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong. Keduanya adalah pemain tim Liga 2 yang sejak 2021 telah menjadi bagian penting dari skuad Garuda Muda di ajang internasional.

Menyaksikan para talenta muda yang terus bermunculan ini, kita tentu lega karena regenerasi di Timnas agaknya nggak akan mati. Sayangnya, keputusan Exco PSSI menghentikan Liga 2 dan Liga 3 membuyarkan semuanya, karena di kedua liga itulah para pemain muda biasanya ditemukan.

Maka, nggak mengherankan kalau gelombang amarah tersulut di mana-mana. Nggak hanya kerugian materi yang besar, penghentian kompetisi kasta kedua dan ketiga ini pada 12 Januari lalu tersebut juga berpotensi merusak ekosistem pembinaan pemain usia muda di Tanah Air.

Hal ini sebagaimana diungkapkan pengamat sepak bola asal Solo, Ronald Seger Prabowo. Dari lubuk hati terdalam, lelaki 33 tahun ini mengaku menyesalkan keputusan Exco PSSI. Menurutnya, seharusnya federasi bisa berpikir jernih dan nggak menghambat pembinaan para pemain muda.

"Liga 3 punya regulasi hanya memainkan lima pemain senior, sisanya harus di pemain U-23. Tanpa kompetisi, pembinaan kita macet, dong? Terus, bakat mereka mau dipakai di mana?" geram Seger saat dihubungi Inibaru.id, belum lama ini.

Mana Komitmen untuk Pemain Muda?

Salah satu potret meriahnya dukungan suporter The Jack Mania saat Persija Jakarta bertanding. (Foto: Muhammad Iqbal Ichsan)

Seger mengingatkan, federasi seharusnya punya komitmen untuk membina pemain muda, karena seretnya prestasi timnas nggak lepas dari pembinaan yang setengah hati itu.

"Padahal para pemain muda itu ujung tombak yang akan jadi andalan pada masa yang akan datang!" tegas Ketua Seksi Wartawan Olahraga (Siwo) PWI Surakarta ini.

Kalaupun masalahnya ada pada fasilitas tim Liga 2 dan 3 yang kurang mumpuni, Seger menyarankan, federasi bisa melanjutkan liga dengan menggunakan sistem terpusat. Kalau nggak punya dana, PT LIB yang bertindak sebagai operator liga bisa mengupayakannya alih-alih menghentikan kompetisi.

"PT LIB harus gerak cari sponsor, toh memang sudah tugas dia. Saya pikir, kalau teman-teman di Liga 2, semangat untuk bergotong royong agar kompetisi tetap jalan pasti ada, kok!" imbuhnya.

Membunuh Karier Pemain

Salah satu potret tim Puskas 21 FC. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Perlu kamu tahu, penghentian kompetisi Liga 2 dan Liga 3 telah berimbas pada kelangsungan hidup banyak orang, terutama para pemain. Keputusan ini membuat mimpi mereka yang merintis karier sebagai pesepak bola profesional pun terpaksa dikubur dalam-dalam.

Pemain klub Safin Pati yang berkompetisi di Liga 3 Regional Jawa Tengah Viga Fatah Arianto mengaku terkena imbas dari keputusan sepihak Exco PSSI tersebut. Usianya sudah menginjak 22 tahun. Artinya, kesempatannya untuk mencari pengalaman bermain kian menipis.

"Bagi saya, ini sebuah kerugian waktu. Kalau tidak ada kompetisi, kami sulit cari pengalaman untuk menambah jam terbang," ujar pemuda murah senyum tersebut kepada Inibaru.id baru-baru ini.

Viga mengungkapkan, setahun terakhir telah menjadi tahun yang cukup berat bagi kariernya di dunia sepak bola, apalagi setelah Tragedi Kanjuruhan. Sejak kejadian yang memakan banyak korban itu meletus, dia menambahkan, jadwal kompetisi jadi nggak jelas.

"Kalau hanya latihan, gimana bisa meningkatkan kemampuan dan mental? Program pelatih juga jadi berantakan kalau kompetisi nggak jelas seperti ini," tutupnya dengan nada melirih.

Huft, kalau terus begini, kayaknya kita jangan ngomong muluk-muluk tentang prestasi dulu, deh! Mending bahas managemen kompetisi dan regenerasi pemain dulu kali, ya? (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024