BerandaHits
Sabtu, 10 Nov 2023 15:57

Pahlawan Nasional Ratu Kalinyamat: Sang Perintis Antikolonialisme dari Jepara

Ilustrasi: Perwujudan Ratu Kalinyamat dan pasukannya dalam Kirab Hari Jadi Jepara. (Jatengprov)

Ditetapkan hari ini, Ratu Kalinyamat yang dianggap sebagai perintis antikolonialisme asal Jepara tersebut resmi diberi gelar Pahlawan Nasional.

Inibaru.id – Pemerintah Republik Indonesia akhirnya menetapkan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional pada peringatan Hari Pahlawan, Jumat (10/11/2023). Gelar tersebut diberikan bersama Ida Dewa Agung Jambe, Bataha Santiago, M Tabrani, KH Abdul Chalim, dan KH Ahmad Hanafiah.

Hal ini tentu menjadi kegembiraan tersendiri bagi masyarakat Kota Ukir. Sebab, penguasa Jepara abad ke-16 tersebut adalah legenda setempat yang kisah kepahlawanannya terus dituturkan secara turun-temurun hingga sekarang, sebagaimana diungkapkan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat.

Dia memang tahu betul akan hal tersebut. Sedikit informasi, Lestari, atau yang lebih akrab disapa Rerie, adalah inisiator pengumpulan bukti empiris sejarah kepahlawanan Ratu Kalinyamat sejak 2018. Melalui Yayasan Dharma Bakti Lestari yang dibinanya, dia mempertemukan akademisi, praktisi, sejarawan, dan pemerintah daerah untuk bersama-sama mengajukan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional.

“Setelah dua kali mengalami penolakan, akhirnya kami berhasil. Proses panjang ini tidak mudah,” tutur Rerie selepas menggelar ziarah ke makam Ratu Kalinyamat di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Selasa (7/11). “Ini adalah kemenangan masyarakat Jepara!”

Simbol Kekuatan Perempuan

Ratu Kalinyamat adalah simbol kekuatan perempuan pada abad ke-16. (Tagar/Padhang Pranoto)

Sebagai Pahlawan Nasional, nama Ratu Kalinyamat kini bersanding dengan pejuang emansipasi perempuan RA Kartini dan anggota Tiga Serangkai dr Cipto Mangunkusumo, dua sosok dari Jepara yang sudah lebih dulu menyandang gelar kehormatan tersebut.

Rerie mengakui, perjuangan untuk mengajukan Ratu Jepara sebagai pahlawan nasional bukanlah pekerjaan mudah. Pengajuan ini, lanjutnya, sudah dimulai sejak 2007, tapi ditolak. Pada 2022, dengan seluruh kelengkapan bukti yang ada, pengajuan dilakukan lagi, tapi baru bisa terwujud tahun ini.

Rerie berharap, penetapan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional tahun ini jadi momentum bagi para perempuan untuk bangkit. Menurutnya, sepak terjangnya sebagai pejuang anti-kolonialisme akan meninspirasi perempuan Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan di Tanah Air.

“Ratu Kalinyamat adalah perempuan pertama dari Jepara yang mengibarkan ‘bendera’ antikolonialisme di Nusantara. Seharusnya ini menjadi inspirasi bagi para perempuan di negeri ini untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan pada era yang merdeka ini,” tegas politikus Partai Nasdem tersebut.

Ratu Berpengaruh dan Kaya Raya

Ilustrasi: Ratu Kalinyamat adalah legenda masyarakat Jepara yang telah dituturkan secara turun-temurun hingga sekarang. (Nujepara)

Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat mendapat julukan sebagai Rainha de Japora, Senhora Poderosa e Rica atau “Ratu Jepara, perempuan kaya yang sangat berkuasa. Gelar ini tentu bukan sekadar isapan jempol. Selama berkuasa pada 1549-1579, dia menjadikan Jepara sebagai poros kekuatan maritim terbesar di Asia Tenggara.

Menurut Tome Pires dalam buku Suma Oriental, yang dinukil dari Laporan Hasil Penelitian Empiris Ratu Kalinyamat terbitan Yayasan Dharma Bakti Lestari, Jepara adalah kota pesisir dengan pelabuan besar yang telah menjadi pusat lalu lintas perdagangan rempah dan hasil bumi sejak 1470.

Pengaruh itu kian kentara setelah Jepara dipimpin anak dari Raja Demak Sultan Trenggana ini. Pires menggambarkan, kondisinya semakin baik dan Jepara berubah menjadi pusat perdagangan yang bahkan lebih bagus dari Demak, Bangka, Lawe, dan Tanjung Pura.

Selain karena pengaruhnya yang luas, kemasyuran Ratu Kalinyamat juga nggak lepas dari kemampuan finansial Jepara yang baik, yang di antaranya ditopang oleh bisnis ekspor beras dan jual beli rempah-rempah; serta hubungan bilateral yang baik dengan kerajaan Islam lain di Nusantara.

Menjadi Pahlawan Nasional

Penyematan gelar Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan, Jumat (10/11/2023). (Detik/Eva Safitri)

Menurut laporan dari Yayasan Dharma Bakti Lestari, kekayaan negara yang melimpah semasa Ratu Kalinyamat berkuasa sebagian besar ditujukan untuk membangun kekuatan militer, khususnya armada laut, guna memerangi kolonialisme Portugis yang melakukan monopoli perdagangan dan diskriminasi pajak.

Sumber dari Portugis mencatat, perempuan bernama asli Retna Kencana ini pernah menyerang Portugis sebanyak tiga kali, yakni pada 1551, 1568, dan 1574, dengan mengirimkan 300 kapal, termasuk 80 jung, dan 15.000 pasukan.

Kegigihan Ratu Kalinyamat yang visioner dalam memerangi kolonialisme, nggak hanya untuk Jepara, tapi juga simpul-simpul aliansi yang termasuk di dalamnya Aceh, Johor, dan Maluku, menjadikannya layak menerima gelar Pahlawan Nasional.

Rerie meyakini, Ratu Kalinyamat telah memenuhi peryaratan untuk memperoleh gelar ini, sebagaimana diatur dalam Pasal 26 UU No 20/2009 terkait Gelar Pahlawan Nasional, termasuk di dalamnya nggak pernah menyerah untuk melakukan perjuangan yang berdampak secara nasional.

“Perjuangan Ratu Kalinyamat dengan semangat kebangsaan yang tinggi telah melahirkan gagasan besar dan pencapaian luar biasa untuk masyarakat luas. Pencapaian ini membuatnya pantas menerima gelar kepahlawanan tersebut,” tandas Rerie.

Melihat betapa luasnya dampak positif yang diberikan Ratu Kalinyamat, bukanlah hal mengada-ada kalau kita menyematkan gelar Pahlawan Nasional kepada istri dari Sultan Hadlirin ini. Semoga sang perintis anti-kolonialisme ini terus menginspirasi kita, ya! (Siti Khatijah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024