BerandaHits
Selasa, 2 Jun 2025 14:01

Microsoft dan Ironi Kecerdasan Buatan; Ketika Para 'Pencipta' Justru Kena PHK

Ilustrasi: Pemecatan 6.000 karyawan Microsoft diyakini salah satunya dilakukan sebagai upaya menggantikan tenaga manusia dengan teknologi AI. (Firstpost)

Pemecatan ribuan karyawan Microsoft, termasuk Direktur AI Gabriela de Queiroz, menyingkap ironi di balik kemajuan kecerdasan buatan yang mereka bangun.

Inibaru.id - Tak peduli sekeras apa pun kamu bekerja. Pada akhirnya, semua bisa berubah dalam sekejap. Kalimat itu ditulis Gabriela de Queiroz di akun LinkedIn-nya.

Kalimat yang singkat, tapi menggetarkan. Gabriela bukan nama sembarangan di dunia teknologi. Dia adalah Direktur bidang Kecerdasan Buatan (AI) di Microsoft; sebuah posisi yang nggak hanya prestisius, tapi juga strategis.

Dia terlibat dalam pengembangan sistem cerdas yang kini ditanamkan ke berbagai produk Microsoft. Namun semua itu seolah sirna begitu saja ketika surat pemutusan hubungan kerja (PHK) tiba-tiba datang tanpa aba-aba.

Gabriela adalah satu dari ribuan wajah yang kini nggak lagi menghuni koridor kantor raksasa teknologi itu. Sekitar 6.000 karyawan dipangkas dalam gelombang PHK Microsoft belum lama ini. Di antara mereka adalah tulang punggung divisi AI yang sejatinya tengah dielu-elukan sebagai wajah dan masa depan perusahaan.

Catatan Emosional Gabriela

Dalam catatan emosionalnya, Gabriela menulis bahwa dia bangun setiap hari dengan semangat untuk berkontribusi dan membuat perubahan; bekerja dengan keyakinan bahwa kehadirannya berdampak. Namun, pada akhirnya, seperti yang ditulisnya, “Saya hanyalah angka dalam laporan keuangan.”

Ironi ini begitu nyata. Ketika perusahaan sedang giat-giatnya memamerkan kecanggihan AI dan menjadikannya pusat dari segala inovasi, mulai dari Copilot, Bing AI, hingga integrasi teknologi GPT ke dalam sistem Windows dan Office, manusia-manusia di balik kecanggihan itu justru menjadi yang pertama tersingkir.

Gabriela bukan satu-satunya. Di berbagai lini, dari insinyur perangkat lunak, peneliti, pengembang model AI, hingga tenaga konten dan pemasaran, banyak yang menerima kabar PHK dengan cara yang nyaris seragam: senyap dan tanpa banyak penjelasan.

Sebagian dari mereka hanya diberi tahu melalui email, sementara yang lainnya ada yang hanya melalui panggilan video yang singkat, bahkan diklaim kurang dari lima menit.

Antara Inovasi dan Efisiensi

Ilustrasi: Pemecatan terhadap ribuan karyawan Microsoft disebut sebagai fase ketika manusia mulai kehilangan tempat di tengah kemunculan kecerdasan buatan. (Shutterstock via IPC)

Pemutusan kerja ini, menurut pernyataan resmi Microsoft, adalah bagian dari “penyesuaian strategis”. Namun, narasi efisiensi itu terasa timpang jika melihat gimana perusahaan tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan menggelontorkan dana miliaran dolar untuk mengembangkan produk dan layanan berbasis AI.

Pada 2023 saja, perusahaan ini mengumumkan investasi senilai 10 miliar dolar AS ke OpenAI serta memperluas infrastruktur Azure untuk menopang model-model generatif yang makin haus daya komputasi. Jika begini, adakah istilah yang lebih halus dari sebuah bentuk subtitusi tenaga manusia ke mesin?

Dalam laporan yang dirilis oleh Economic Times, pemecatan terhadap Gabriela dan timnya menjadi semacam simbol dari fase baru industri teknologi; yakni fase ketika manusia mulai kehilangan tempat di tengah kecepatan machine learning (ML).

Sementara Microsoft terus meluncurkan produk baru yang menjanjikan efisiensi tinggi dengan AI, ada manusia yang terpaksa harus menepi, tentu saja termasuk kehidupan yang dipertaruhkan dan mungkin keluarga yang harus berpikir ulang tentang rencana masa depan mereka.

Siapa yang Tersisih?

Perlu kamu tahu, pemangkasan ini nggak hanya menyasar tenaga pendukung atau staf lapis terbawah. Justru para pemimpin inovasi seperti Gabriela de Queiroz yang terdampak lebih dulu. Dia adalah pendiri R-Ladies, komunitas global bagi perempuan di bidang sains data.

Selama ini Gabriela dikenal sebagai sosok yang vokal terkait pentingnya etika dalam pengembangan AI; bahwa teknologi secerdas apa pun harus tetap berpihak pada kemanusiaan. Namun, di tengah euforia industri akan potensi kecerdasan buatan, bisa jadi suara Gabriela justru akan dianggap kurang relevan.

Alih-alih memastikan lompatan teknologi tetap sejalan dengan nilai-nilai humanis, dunia sepertinya lebih sibuk mengejar efisiensi dan produktivitas. Apa yang terjadi di Microsoft hanyalah salah satu dari banyak episode PHK massal di industri teknologi dalam dua tahun terakhir.

Amazon, Google, Meta, hingga Spotify, semuanya melakukan langkah serupa. Namun, pemecatan yang menyasar tokoh-tokoh AI justru menghadirkan ironi mendalam, bahwa mesin yang dulunya diciptakan untuk membantu manusia, kini justru menggantikan mereka.

Kita belum tahu apakah ini hanya fase transisi atau benar-benar akan menjadi awal dari tatanan baru. Namun, kita sudah tahu pasti bahwa nggak ada yang berhak mengklaim tempat atau selalu bertahan. Yang bisa kita lakukan hanya satu: bersiap! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: