BerandaHits
Selasa, 24 Okt 2022 09:00

Mengapa Obat Sirop Dulu Aman Sekarang Dianggap Berbahaya?

Obat sirop jadi kontroversi usai kasus gagal ginjal misterius merebak di Indonesia. (Liputan6/MedicalNewsToday)

Kasus gagal ginjal misterius yang sudah membuat ratusan anak meninggal membuat banyak orang khawatir membeli obat sirop. Padahal, dulu obat sirop sering dijadikan solusi bagi kesembuhan anak. Mengapa obat sirop yang dulu dianggap aman tiba-tiba dianggap berbahaya?

Inibaru.id – Meski belum bisa dipastikan terkait dengan kasus gagal ginjal misterius yang membuat ratusan anak meninggal, keberadaan obat sirop belakangan menjadi kontroversi bagi masyarakat. Apalagi semenjak pemerintah mengumumkan sejumlah jenama obat sirop tercemar Etilen Glikol (EG) yang berbahaya.

Temuan ini pun menjadi ironi mengingat selama puluhan tahun, obat sirop dijadikan solusi bagi banyak orang untuk menyembuhkan penyakit, khususnya bagi anak-anak. Dengan adanya obat sirop yang manis, anak nggak akan kesulitan untuk mengonsumsi obat saat sakit.

Kasus yang muncul belakangan ini membuat banyak orang tua mengalami dilema. Mereka kesulitan memilih obat terbaik untuk anak, sekaligus khawatir jika obat-obatan tersebut menyebabkan efek samping bagi buah hatinya.

Jika selama ini obat sirop aman untuk dikonsumsi, mengapa hanya dalam waktu yang singat berubah menjadi obat yang kontroversial? Ahli farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Profesor Dr Zullies Ikawati punya pendapat terkait hal ini.

“Jika dulu aman-aman saja, mengapa sekarang ada masalah? Mungkin salah satunya adalah sumber bahan baku (untuk dijadikan obat) yang berubah,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Detik, Sabtu (22/10/2022).

Dia pun menjelaskan jika sumber bahan baku obat belum tentu berasal dari dalam negeri. Terkadang, bahan-bahan ini juga didapatkan dari luar negeri dan belum tentu selalu berasal dari satu negara.

‘Misalnya yang dulu dari China, sekarang dari India. Misalnya ya. Tapi sekali lagi ini dugaan, harus dikonfirmasi dulu ke industri farmasi,” lanjutnya.

Permasalahan dalam Proses Produksi

Ada sejumlah kemungkinan yang membuat obat sirop tercemar bahan berbahaya. (orbitindonesia)

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebut adanya kemungkinan lain, yaitu terdapat permasalahan proses produksi pada satu batch obat. FYI, batch atau kita sering menyebutnya sebagai "bets" ini adalah satu siklus pembuatan obat-obatan tertentu.

“Dalam hal proses produksi kan setiap produk itu diproduksi setiap batch, makanya ada nomor batch. Bisa saja dalam satu batch ada masalah dalam proses produksi tapi pada batch sebelumnya tidak ada karena sudah sesuai standar,” jelas Nadia sebagaimana dilansir dari Kompas, (23/10/2022).

Meski begitu, mengingat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sudah menyebut lima obat sirup dipastikan tercemar Etilen Glikol dalam jumlah yang melebihi batas aman, bisa dipastikan nggak terjadi kesalahan hanya dalam satu batch produksi.

Hal inilah yang kemudian menjadi sorotan epidemiolog yang berasal dari Griffith University Australia tersebut. Dia mempertanyakan pengawasan mutu produksi obat-obatan di Indonesia.

“Kita harus telusuri mengapa bisa menurun pengawasan mutu di era pandemi? Apakah karena kebutuhan obat begitu banyak sehingga lolos, atau terjadi penurunan mutu yang potensi misalnya dugaan memanfaatkan situasi. Ini adalah dugaan yang harus diklarifikasi,” ucapnya, dilansir dari Detik, Kamis (20/10/2022).

Satu hal yang pasti, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan bahwa dugaan terbesar dari kasus gagal ginjal misterius pada anak-anak adalah senyawa kimia seperti Etilen Glikol, Dietilen Glikol, dan Etilen Glikol Butyl Ether yang mencemari obat-obat sirop.

“Terbukti di anak ada. Jadi darah anak-anak terbukti mengandung senyawa ini. Kita sudah ambil biopsi rusaknya ginjal konsisten akibat senyawa ini,” ucapnya

Hm, penelitian masih dilakukan untuk mencari tahu penyebab pasti dari kasus gagal ginjal misterius di Indonesia. Untuk sementara, obat sirop memang sebaiknya kita hindari dulu deh, Millens. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024