Inibaru.id – Berdasarkan data yang diungkap Daryono BMKG di akun Twitternya pada Sabtu (23/3/2024) pukul 9.58 WIB, terungkap bahwa gempa Tuban yang terjadi di Laut Jawa, tepatnya di dekat dengan Pulau Bawean sudah berlangsung sampai 158 kali. Dari ratusan gempa dengan kekuatan berbeda-beda itu, ada dua gempa utama yang cukup kuat terjadi pada Jumat (22/3) pukul 11.22 WIB dan 15.52 WIB.
Kekuatan gempa yang terjadi pada pukul 15.52 WIB adalah yang terbesar, yaitu M 6.5 di kedalaman 10 kilometer. Karena cukup dangkal, wajar jika guncangan dirasakan di Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, hingga ke Jakarta.
Tapi, yang cukup aneh, nggak lama setelah gempa tersebut muncul, baby volcano Bledug Cangkring yang ada di Desa Grabagan, Kecamatan Kradenan, Grobogan, Jawa Tengah, bergolak. Lumpur tersembur dengan deras dari permukaan bumi di lokasi tersebut pada Jumat (22/3) sore.
Kalau menurut Kepala Desa Grabagan Eko Setyawan, warga setempat nggak heran dengan fenomena ini yang kerap muncul tatkala ada gempa besar terjadi di lokasi lainnya. Sebagai contoh, saat gempa Jogja menerjang pada Mei 2006, Bledug Cangkring juga menyemburkan lumpur. Bahkan, durasinya jauh lebih lama dan semburannya jauh lebih deras dibandingkan dengan yang terjadi kemarin.
“Sejak pukul 16.00 WIB muntahan lumpurnya keluar. Hal ini biasa terjadi kalau ada gempa besar. Soalnya tempat ini seperti mangkuk yang berisi lumpur. Jadi kalau digoyang-goyang pasti tumpah,” ungkap Eko sebagaimana dilansir dari Kompas, Sabtu (23/3).
Yang pasti, pada pukul 21.00 WIB, semburan lumpur yang meluber sampai jarak 100 meter dengan kedalaman kurang lebih 15 sentimeter akhirnya berhenti. Warga sudah berencana membersihkan area bekas limpasan lumpur di pekarangan rumah warga secara bergotong royong pada hari ini.
Meski bukan hal aneh, warga Grabagan ternyata percaya kalau sampai Bledug Cangkring menyemburkan lumpur, bakal ada bencana buruk di Indonesia. Pasalnya, fenomena ini cukup jarang terjadi, Millens.
“Ini kepercayaan warga setempat sih kalau sampai keluar lumpur, pertanda bakal ada bencana besar di tempat lain. Semoga saja semua baik-baik saja,” ujar warga lainnya, Budi Aji.
Asal kamu tahu, Bledug Cangkring berlokasi kurang lebih 2 kilometer dari Bledug Kuwu yang jauh lebih populer. Yang pasti, dua tempat tersebut sering terjadi fenomena letupan lumpur yang disertai dengan keluarnya asap putih dari dalam tanah.
Meski sama-sama menyemburkan lumpur, sejumlah pakar memastikan kalau baby volcano Bledug Cangring beda dengan mud volcano di Sidoarjo. Pasalnya, suhu kamar dari baby volcano hanya 30 sampai 32 derajat Celsius, sementara di Sidoarjo sampai 100 derajat Celcius. Yang pasti, hal ini menandakan bahwa di kawasan tersebut ada minyak dan gas.
Hm, cukup unik ya fenomena keluarnya lumpur setelah gempa Tuban di Bledug Cangkring ini? Semoga saja kepercayaan warga setempat bahwa akan ada bencana lebih besar nggak benar-benar terjadi ya, Millens! (Arie Widodo/E10)
