Inibaru.id - Selain dikuburkan di permakaman, terdapat penanganan lain bagi jenazah korban Covid-19 di Semarang, yakni dikremasi. Saya pun menengok langsung bagaimana lokasi kremasi tersebut pada Selasa (14/4/2020).
Di Kota Semarang, lokasi kremasi jenazah ini ada di Krematorium Kedungmundu yang ada di Jalan Tandang, Kecamatan Tembalang. Untuk mencapai krematorium, harus melewati kompleks pemakaman Tionghoa dulu.
Sesampainya di krematorium, saya disambut oleh Hariyadi, Manajer dari Krematorium tersebut. Sekadar info, krematorium ini dikelola oleh Yayasan Pancaka Semarang. Hariyadi menjelaskan banyak perihal proses kremasi, khususnya pada jenazah Covid-19 yang harus ditangani secara khusus.
Ternyata, proses kremasi jenazah covid-19 nggak jauh beda dari jenazah pada umumnya. Hanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya, kalau biasanya jenazah dimasukkan ke dalam tungku pembakaran oleh petugas Krematorium Kedungmundu, jenazah Covid-19 harus dimasukkan oleh pihak rumah sakit.
“Sudah diimbau oleh dinas. Langsung dari rumah sakit saja,” ujar Hariyadi.
Krematorium Kedungmundu memiliki dua tungku pembakaran. Masing-masing tungku bisa menghasilkan api pembakaran dengan suhu 1.000 sampai 1.200 derajat Celcius. Sebagaimana jenazah virus corona yang dimakamkan, proses kremasi juga dilakukan bersama dengan petinya. Peti ini telah dilapisi dengan aluminium foil dan dipaku.
Saat jenazah dikremasi, pihak keluarganya ternyata nggak diperkenankan hadir. Tapi, memang kebetulan mayoritas jenazah tiba pada malam atau dini hari. Saat itu, hampir tidak ada aktivitas warga sehingga proses kremasi nggak bikin gaduh.
Menurut Hariyadi, proses kremasi bisa menjadi alternatif penanganan jenazah Covid-19 karena lebih praktis dan lebih cepat dibandingkan dengan dimakamkan. Proses kremasi juga bisa dilakukan dalam jangka waktu 4 jam pasca pasien meninggal dan tidak perlu menunggu proses penggalian makam terlebih dahulu.
“Tapi sesuai permintaan keluarga ya,” jelasnya. “Sejauh ini memang jenazah yang dikremasi memiliki identitas non-muslim,” tambah Hariyadi.
Jenazah yang telah dikremasi akan menjadi abu. Abu ini akan diambil oleh petugas krematorium dan disimpan di dalam kendil atau guci.
“Ambilnya nggak bisa langsung. Biasanya besoknya, bisa lusa atau seminggu,” ujar pria yang sudah 6 tahun bekerja sebagai petugas kremasi itu.
Sejauh ini, tercatat ada 20 jenazah dengan kasus covid-19 yang sudah dikremasi di Krematorium Kedungmundu.
“Intinya dalam kasus Covid. Perkara positif enggak, saya nggak begitu tahu,” tandasnya.
Kalau menurut kamu, proses kremasi bisa dijadikan opsi penanganan jenazah Covid-19 yang lebih baik atau nggak, nih Millens? (Audrian F/E07)