BerandaHits
Kamis, 4 Mar 2020 13:54

Memupuk Kebanggaan Berbahasa Jawa Butuh Gerakan yang Kreatif dan Masif

Seorang ibu yang sedang mengajarkan bahasa Jawa pada anaknya. (Inibaru.id/ Dyana Ulfach)

Masa depan 718 bahasa daerah di Indonesia ada di tangan para penuturnya. Meski bahasa Jawa memiliki penutur terbanyak di Indonesia, bagaimana dengan regenerasi penuturnya?

Inibaru.id – Keberlanjutan sebuah bahasa bergantung pada sikap para penuturnya. Transmisi bahasa Jawa dari generasi ke generasi adalah upaya penyelamatan bahasa yang di dalamnya kental dengan keluhuran dan norma-norma.

Sebatas narasi nguri-uri budaya nggak cukup untuk melestarikan bahasa Jawa. Langkah kongkret tentunya lebih penting. Masyarakat dwibahasa (Jawa-Indonesia) bisa bergerak bersama untuk menyelamatkan bahasa Jawa. Tentunya dengan cara-cara yang sistematis.

Nggak rumit kok, Millens. Di zaman yang serba digital seperti sekarang, kamu bisa memanfaatkan media sosial dan teknologi informasi lainnya sebagai lahan empuk untuk menyemarakkan bahasa Jawa.

Nggak dimungkiri kalau sekarang ini orang malah lebih sering hidup di maya dari pada di dunia nyata. Nah, ini kesempatan emas untuk mendominasi bahasa Jawa di ranah publik. Minimal kamu berani dan bangga membuat caption di Instagram menggunakan kutipan-kutipan bahasa Jawa yang romantis dan filosofis. He-he

Bisa juga menjamah ke platform digital seperti youtube dan podcast. Dengan pengemasan konten yang menarik, perlahan stigma bahasa Jawa sebagai bahasa milik masyarakat kelas menengah ke bawah akan terhapus.

Nggak harus muluk-muluk kok isi kontennya. Bahkan kamu bisa memulainya dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko. Ini akan menunjukkan bahwa bahasa Jawa itu sebenarnya mudah.

Persamaan makna kata dalam Bahasa Jawa. (Inibaru.id/ Dyana Ulfach)

Tapi tentu saja ini nggak cukup. Selain harus kreatif dan selaras dengan perkembangan zaman, gerakan pelestarian bahasa Jawa juga harus masif. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah sentral. Ini karena aspek pemerolehan bahasa juga nggak bisa dipisahkan dari upaya pemertahanan bahasa.

“Saya pikir upaya pertama untuk menggalakkan bahasa Jawa itu ya dari orang tua,” tutur Dhoni Zustiyantoro, Dosen Bahasa dan Sastra Jawa Unnes.

Meski demikian, peran dari instansi pendidikan juga tetap berpengaruh. Provinsi Jawa tengah bisa dibilang beruntung karena setiap satuan pendidikan kini sudah diwajibkan untuk memberikan pengajaran Bahasa Jawa. Tapi upaya ini belum maksimal karena intensitasnya masih sangat sedikit.

Masyarakat atau komunitas juga punya peran penting dalam pemertahanan bahasa. Ini bisa dilakukan dengan membudayakan berbahasa Jawa dalam setiap pertemuan-pertemuan kecil di RT atau RW. Seperti yang digalakkan oleh Siswanto, aktivis budaya di Kampung Jawi, Sukorejo, Gunungpati, Semarang. Sejak awal, prinsip “kanthi budaya urip bakal tumata” dia tanamkan kepada masyarakat Kampung Jawi.

Peran pemerintah sebenarnya juga punya dampak yang cukup signifikan. Tapi, kalau kata Siswanto, “Pemerintah tidak akan mengubah wilayah kalau wilayah itu tidak mau berubah.”

Sebagai kaum muda, kamu punya ide apa nih Millens buat melestarikan bahasa Jawa? (Dyana Ulfach/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024