Inibaru.id - Mansplaining adalah istilah yang semakin dikenal dalam beberapa tahun terakhir sebagai cara untuk menggambarkan bentuk komunikasi khusus yang terjadi ketika seorang lelaki menjelaskan sesuatu kepada seorang perempuan dengan cara merendahkan atau meremehkan, seringkali dengan asumsi bahwa perempuan tersebut kurang pengetahuan tentang subjek yang dibicarakan.
Ini adalah perilaku yang dapat membuat frustasi, meremehkan, dan mempertahankan ketidaksetaraan gender dalam percakapan.
Nah, biar makin mengerti, simak yuk pembahasan berikut ini.
Memahami Mansplaining
Mansplaining sering terjadi dalam berbagai situasi, mulai dari percakapan di tempat kerja hingga interaksi santai.
Hal ini dapat muncul ketika seorang perempuan diinterupsi, diucapkan dengan keras, atau diabaikan dalam percakapan, dan ini nggak hanya tentang konten yang dibicarakan, tetapi juga asumsi bahwa lelaki tersebut tahu lebih baik.
Mengapa Perempuan Harus Benci Mansplaining?
1. Mengurangi Kredibilitas Perempuan
Mansplaining dapat meruntuhkan kredibilitas dan keahlian seorang perempuan, yang menyebabkan rasa frustrasi dan keraguan diri.
2. Memelihara Stereotip Gender
Perilaku ini memelihara stereotip gender dengan asumsi bahwa lelaki adalah figur otoritas, sementara perempuan adalah penerima pasif dari pengetahuan.
3. Menghambat Dialog Produktif
Mansplaining dapat menghambat diskusi yang produktif karena menghentikan pertukaran ide dan pembelajaran yang sejati.
Lakukan Ini Saat Kena Mansplaining
1. Tingkatkan Kesadaran
Langkah pertama dalam mengatasi mansplaining adalah meningkatkan kesadaran tentangnya. Baik pria maupun wanita harus sadar akan perilaku ini dan dampaknya.
2. Komunikasi Terbuka
Dorong komunikasi terbuka dan hormat. Semua orang harus diberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran dan ide mereka tanpa interupsi.
3. Menginterupsi Interupsi
Jika kamu mengalami mansplaining, interupsi dengan sopan namun tegas dan sampaikan perspektifmu.
4. Pendidikan dan Refleksi
Fostering budaya pembelajaran dan refleksi. Baik pria maupun wanita dapat mengedukasi diri tentang bias gender dan merenungkan kecenderungan komunikasi mereka sendiri.
5. Menciptakan Ruang Inklusif
Di lingkungan profesional, ciptakan ruang inklusif di mana semua suara dihargai dan didengar. Tetapkan pedoman untuk dialog yang menghormati.
Mansplaining adalah perilaku dalam percakapan yang mencerminkan ketidaksetaraan gender yang lebih luas dalam masyarakat.
Untuk mengatasi itu melibatkan tantangan terhadap stereotip yang sudah terakar dan mempromosikan kesetaraan dalam semua aspek kehidupan.
Dengan memahami mansplaining dan berupaya untuk mengeliminasi itu, kita bisa bergerak menuju percakapan yang lebih menghormati dan seimbang yang bermanfaat bagi semua orang. (Siti Zumrokhatun/E05)