BerandaHits
Jumat, 10 Jul 2025 17:20

Lubang Ozon di Antarktika Mulai Pulih, Tanda Nyata Dunia Bisa Bersatu Atasi Krisis Lingkungan

Peneliti menemukan lapisan ozon kembali menebal. (via Eventkampus)

Setelah puluhan tahun menjadi ancaman global, lubang ozon di Antarktika kini menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Penelitian terbaru membuktikan bahwa kerja sama internasional mengekang zat perusak ozon telah membuahkan hasil nyata dan ini memberi harapan besar bagi masa depan lingkungan.

Inibaru.id - Lebih dari tiga dekade lalu, dunia dikejutkan oleh kabar menganganya lubang ozon di atas Antarktika. Kini, kabar menggembirakan datang dari belahan bumi selatan itu. Lubang ozon yang sempat mengkhawatirkan para ilmuwan dan aktivis lingkungan, kini mulai pulih. Bukan sekadar harapan, tapi hasil konkret dari kerja sama global.

Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature pada 5 Maret 2025, menunjukkan bahwa lapisan ozon di Antarktika mengalami pemulihan yang signifikan. Salah satu otak di balik penelitian ini adalah Profesor Susan Solomon, Guru Besar Studi Lingkungan dan Kimia dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Dalam pernyataannya, Solomon menegaskan bahwa pemulihan ini bisa dikatakan dengan tingkat keyakinan 95 persen. "Itu luar biasa. Dan itu menunjukkan kita benar-benar dapat memecahkan masalah lingkungan," ujarnya, dikutip dari laman resmi MIT.

Sebagai informasi, lubang ozon pertama kali ditemukan pada 1985. Saat itu, para ilmuwan menyadari bahwa lapisan pelindung Bumi dari sinar ultraviolet ini menipis drastis setiap kali Antarktika memasuki musim semi. Dampaknya nggak main-main, lo. Sinar UV yang langsung menyentuh permukaan Bumi dapat menyebabkan kanker kulit, katarak, dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia, juga ekosistem.

Solomon bukan nama baru dalam upaya melawan krisis ozon. Pada 1986, dia bersama tim dari NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) turun langsung ke Antarktika dan mengonfirmasi penyebab kerusakan ozon: klorofluorokarbon (CFC). Bahan kimia yang saat itu umum digunakan dalam kulkas dan AC ini terbukti merusak ozon ketika mencapai lapisan stratosfer.

Hasil riset tersebut memicu tindakan global. Hanya satu tahun setelahnya, pada 1987, negara-negara di dunia menandatangani Protokol Montreal, yang melarang penggunaan CFC. Itu menjadi salah satu tonggak sejarah kerja sama lingkungan paling sukses sepanjang masa.

Lapisan es di Antartika juga dilaporkan menebal. (via Kompas)

Namun, butuh waktu lama untuk melihat hasilnya. Baru pada 2016, tanda-tanda penyusutan lubang ozon mulai terlihat, meski masih bersifat kualitatif. Penelitian terbaru inilah yang akhirnya membuktikan secara kuantitatif bahwa pemulihan ini memang nyata, dan utamanya disebabkan oleh pembatasan zat perusak ozon.

Solomon dan tim menggunakan metode fingerprinting yang dikembangkan oleh peraih Nobel Fisika Klaus Hasselmann untuk menganalisis data satelit dari 2005 hingga sekarang. Mereka menemukan bahwa “sidik jari” pemulihan ozon semakin kuat dari tahun ke tahun. Pada 2018, pola itu terlihat sangat jelas, menandakan bahwa upaya global memang membuahkan hasil.

Jika tren ini terus berlangsung, Solomon memperkirakan bahwa sekitar tahun 2035, lubang ozon di Antarktika akan benar-benar tertutup. Nggak ada lagi penipisan. Nggak ada lagi alarm bahaya dari stratosfer.

Cerita ini bukan hanya soal keberhasilan ilmiah. Ini adalah bukti bahwa dunia bisa berubah, selama ada niat, kerja sama, dan kebijakan yang berpihak pada bumi. Dalam dunia yang kerap terasa pesimis akan perubahan iklim dan krisis lingkungan, pemulihan ozon menjadi secercah harapan. Jika dulu kita bisa bersama melindungi langit, hari ini dan esok, mengapa nggak untuk laut, tanah, dan udara yang lain?

Sudah saatnya nih kita belajar dari langit, dan mulai bertindak untuk bumi, Millens! (Siti Zumrokhatun/E05).

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: