BerandaHits
Minggu, 14 Mei 2022 10:14

Lama Menjajah, Kok Bahasa Belanda Seperti Hilang Jejaknya di Indonesia?

Bahasa Belanda seperti hilang jejaknya di Indonesia. (Grid/Freepik)

Ratusan tahun Belanda menjajah Indonesia, tapi, hanya sedikit orang yang fasih berbahasa Belanda di sini. Hal ini tentu aneh mengingat negara bekas jajahan Spanyol, Portugis, atau Prancis memakai bahasa negara penjajahnya hingga sekarang. Apa alasannya, ya?

Inibaru.id – Perdebatan mengenai seberapa lama Belanda menjajah Indonesia memang masih terjadi hingga kini. Tapi, pengaruh masa kolonialnya memang sangat terasa di berbagai bidang. Tapi, ada satu hal yang mengganjal, jika memang Belanda bisa menjajah Indonesia sampai ratusan tahun, kok Bahasa Belanda seperti hilang jejaknya di Indonesia?

Bangunan-bangunan dengan nama Belanda memang masih bisa kamu temukan di Indonesia. Kata-kata serapan dari Bahasa Belanda yang kita ucapkan sehari-hari juga ada banyak. Tapi, hanya sedikit orang yang benar-benar bisa berbahasa Belanda. Memang, ada sejumlah lansia yang masih bisa melafalkannya, tapi jumlah mereka sangat sedikit dan kemampuan ini sama sekali nggak diturunkan ke anak cucunya.

Peneliti dari Belanda Kees Groeneboer ternyata pernah menulis keanehan ini dalam buku berjudul Weg Tot Het Westen, Het Nederlands vor Indie 1600-2950. Dalam tulisan tersebut, disebutkan kalau Bahasa Belanda jarang dipakai sehari-hari di Indonesia.

Meskipun pada abad ke-18 sudah ada kurikulum pendidikan Bahasa Belanda, realitanya pengajaran itu hanya ditujukan pada orang-orang Eropa,” tulis Groeneboer.

Pendidikan di masa Hindia Belanda bagi masyarakat pribumi awalnya hanya diberikan kepada kaum elite Kristen. Bahkan, pengantar pelajaran menggunakan Bahasa Melayu. Sampai abad ke-19, tetap hanya orang-orang Eropa di Hindia Belanda yang mendapatkan pendidikan Bahasa Belanda. Andaipun ada orang pribumi, biasanya yang mendapatkannya adalah orang Indo atau keturunan Belanda-Jawa.

Orang-orang Indo ini kemudian hanya menganggap Bahasa Belanda sebagai bahasa di sekolah. Di rumah, mereka memakai Bahasa Melayu atau Bahasa Jawa. Meski pada 1850 kalangan priyayi atau bangsawan pribumi mendapatkan pendidikan, tetap saja Bahasa Belanda nggak populer.

Hanya segelintir pribumi yang mendapatkan pendidikan Bahasa Belanda di masa penjajahan. (Wikimedia Commons)

Menurut sejarawan Galih Pranata dalam artikel "Meski Lama Menjajah, Mengapa Bahasa Belanda Tetap Tak Dikenal?" Menyebut Belanda menganggap bahaya jika sampai pribumi menguasai Bahasa Belanda.

Mereka membatasi Bahasa Belanda agar tidak dipahami, apalagi dikuasai oleh orang pribumi,” tulis Galih.

Pada 1900-an, sekitar 2 persen dari total warga pribumi yang mengenal Bahasa Belanda. Sayangnya, pengenalan Bahasa Belanda ini juga ditujukan untuk politik memecah belah alias devide et impera.

Orang Indonesia –Kristen (dari Suku Ambon, Manado, China Kristen, dan lain-lain), menjadi lebih Belanda dari orang Indonesia lainnya (karena mengenal Bahasa Belanda),” tulis G L Clientuar di Indische Identiteit als dynamisch begrip.

Untungnya, politik pecah belah dengan bahasa ini dikalahkan oleh tekad untuk bersatu dan merdeka para pemuda di Indonesia. Pada 1928, diputuskan kalau Bahasa Indonesia yang merupakan turunan dari Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Setelah itu, Indonesia merdeka dan Bahasa Belanda pun seperti benar-benar nggak dipakai lagi di Tanah Air.

Hm, kamu masih punya keluarga berusia lanjut yang bisa berbahasa Belanda, nggak, Millens? Kalau iya, bisa jadi dulu keluargamu adalah kalangan elit di masa kolonial. Haha. (Gnfi/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: