Inibaru.id – Di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Blora, kamu bakal bisa menemukan banyak sumur minyak tua. Meski terlihat seperti sumur minyak tradisional yang biasa, sumur-sumur minyak ini ternyata punya nilai sejarah tinggi karena merupakan peninggalan Belanda, lo.
Lokasi desa ini memang bukan di Kecamatan Cepu meski bersebelahan dengan kecamatan yang ada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini. Menariknya, Desa Ledok masuk dalam kawasan Blok Cepu yang meliputi sebagian wilayah Blora di Jawa Tengah dan Tuban serta Bojonegoro di Jawa Timur. Pantas saja kok bisa sampai ada sumur minyak, ya, di sana?
Lantas, kalau masuk Blok Cepu, kok penambangan minyak ini nggak dikelola langsung oleh Pertamina? Kalau ini, ada sejarahnya, Millens. Jadi ya, kali pertama ditemukan sumber minyak mentah di lokasi ini adalah pada 1890. Saat itu, penemunya adalah Adrian Stoop.
Sejumlah sumur dibangun di desa ini, namun kemudian sumur ini dianggap nggak lagi produktif oleh Pertamina. Akhirnya pada 1998 lalu, Koperasi Karyawan Pertamina Petra Karya atau Kokaptraya memberikan kontrak kerja sama terhadap kelompok masyarakat yang ada di sana untuk mengelola sumur minyak tersebut.
Jadi intinya sih, kelompok masyarakat ini diperbolehkan melakukan penambangan minyak di sumur-sumur minyak tua tersebut. Nantinya, Pertamina bakal memberikan kompensasi berdasarkan seberapa banyak minyak yang berhasil ditambang.
Menariknya, pada 2006 lalu, pihak penambang di Desa Ledok justru mampu menambang minyak di sekitar 90 persen sumur yang dulu dianggap Pertamina sudah nggak lagi diambil minyaknya. Awalnya, penambangan hanya sekitar 600 liter saja setiap hari. Namun, lama-kelamaan, penambangan bisa mencapai 30 ribu liter lo setiap harinya.
Biasanya sih, satu sumur dengan diameter 50 cm ini diurus oleh dua orang penambang. Mereka memakai sistem mekanik sederhana dengan kayu, katrol, besi panjang, dan alat yang mirip dengan gayung dari sling baja. Alat ini mempu bergerak karena dikaitkan dengan mesin truk diesel.
Kalau menurut PT Blora Petra Energi, sebenarnya di Desa Ledok ada 205 sumur minyak yang sudah berusia sangat lama. Pertamina hanya mengelola 9 sumur dari total 125 sumur yang masih dianggap produktif. Nah, dari pihak Pertamina sendiri, sumur-sumur yang mereka kelola ini bisa memproduksi 800 ribu liter per bulan atau kalau setahun sampai 9 juta liter.
Kalau soal pembagian keuntungan, pihak PT Blora Petra Energi mengaku hanya mendapatkan 5,7 persen. Sementara itu, para penambang minyak bisa mendapatkan 77 persen dan sisa 17,3 didapat oleh perkumpulan para penambang. Perhitungan ini berdasarkan harga per liter minyak yang ditambang, yakni Rp 4.100.
Wah, ternyata cerita tentang sumur minyak tua di Desa Ledok, Blora ini cukup menarik, ya Millens? (Sol, Det/IB09/E05)