BerandaHits
Minggu, 16 Apr 2022 03:02

Kopi Turki dan Diskusi Hangat tentang Teknologi Terkini di Santrendelik

Bertempat di Santrendelik Semarang, Afif Zunaidi (kiri), Eko Prasetyo (tengah), dan Ikhwan Syaefulloh (kanan) berdiskusi tentang perkembangan teknologi digital pada Kamis (14/4/2022). (Inibaru.id/ Galih PL)

Menjelang berbuka, Santrendelik menggelar diskusi hangat tentang teknologi digital terkini bersama Telkomsel. Bertajuk 'Ngopi Padang Pasir', obrolan pada Kamis (14/4/2022) petang itu diakhiri dengan menikmati kopi Turki bersama.

Inibaru.id – Kenceng (wajan besar) tembaga berisi pasir sudah disusun di depan kompleks Santrendelik ketika saya tiba pada Kamis (14/4/2022) sore. Di bawahnya, bara api kecil sudah dinyalakan, meski bagian atasnya masih ditutup papan lebar lantaran hujan belum juga berhenti.

Sepelemparan tombak dari kenceng yang sedianya akan digunakan untuk membuat “kopi padang pasir” itu, Eko Prasetyo, Ikhwan Syaefulloh, dan Afif Zunaidi tengah asyik menyoal perkembangan teknologi digital di tengah pendopo. Ketiganya dikelilingi 50-an anak muda dari pelbagai komunitas di Kota Semarang.

Agaknya nggak ada yang peduli dengan hujan dadakan yang masih cukup lebat di luar. Saya pun memilih segera duduk di sisi kanan pendopo, bergabung dengan peserta lain. Suasana menjadi kian hangat dengan obrolan ringan tapi bergizi yang dilontarkan ketiganya.

Oya, perlu kamu tahu, Eko adalah General Manager Networking Service Assurance Telkomsel Jateng & DIY. Sementara, Ikhwan dikenal sebagai pengusaha di bidang branding dan digital marketing. Adapun Afif, sang inisiator acara, merupakan adviser Santrendelik yang juga bekerja sebagai Manager Network Operation Support (NOS) di Telkomsel.

Ketiganya dipertemukan dalam Ngopi Padang Pasir, jagongan santai lintas profesi yang rutin digelar Santrendelik, pesantren kontemporer yang bernaung di bawah Yayasan Santrendelik. Bermarkas di Jalan Kalialang Lama, Gunungpati, Kota Semarang, Santrendelik rutin menggelar kajian Islam yang dikemas dengan cara yang modern dan mengasyikkan, salah satunya Ngopi Padang Pasir.

Nah, kegiatan dengan jargon nggolek padange pikir (mencari terangnya pikiran)" kali ini mengangkat tema tentang perkembangan teknologi digital, khususnya penggunaan internet di tengah-tengah masyarakat, bekerja sama dengan Telkomsel.

Bilah Bermata Dua

GM Networking Service Assurance Telkomsel Jateng & DIY Eko Prasetyo tengah memaparkan tentang kebutuhan internet bagi masyarakat modern. (Inibaru.id/ Galih PL)

Ikhwan yang merupakan salah seorang pendiri Santrendelik mengawali obrolan dengan membidik perkembangan internet di kalangan anak muda, mulai dari bisnis hingga kebutuhan individu. Menurut lelaki jenaka tersebut, internet ibarat bilah bermata dua.

“Internet bisa sangat berguna, meski punya sisi negatif juga,” bukanya. “Saya agak lupa, tapi saya pernah membaca satu fakta yang mengatakan bahwa tiap hari ada ribuan konten senonoh yang diunggah di internet.”

Jadi, dia melanjutkan, sangat sulit mengesampingkan fakta bahwa internet memiliki dampak negatif yang lumayan besar bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang nggak bisa mengontrol diri.

Menanggapi hal tersebut, Eko yang sehari-hari berkutat dengan jaringan internet pun tersenyum simpul. Sembari mengambil mik yang disodorkan panitia, dia menganggukkan kepalanya seraya kembali tersenyum.

Diskusi 'Ngopi Padang Pasir' di Santrendelik berlangsung hangat, Kamis (14/4/2022). (Inibaru.id/ Galih PL)

“Semua itu tergantung siapa yang memakainya. Internet bisa jadi buruk, bisa juga berdampak positif,” sambut Eko, yang kemudian mengatakan bahwa menjadi tugas Telkomsel untuk mengedukasi masyarakat terkait hal itu, alih-alih sekadar menyediakan jaringan yang memadai.

Menurut dia, penting bagi para pengguna internet untuk mengerti bahwa internet bisa memberikan banyak manfaat, agar nggak melulu dilihat dari sisi negatifnya. Pada era digital seperti sekarang ini, imbuhnya, internet sudah nggak mungkin dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.

“Untuk beli tiket kereta, misalnya, berapa banyak yang datang langsung ke loket? Sedikit banget! Yang ada, kita buka aplikasi, pilih tiket, hingga transaksi pembayaran via jaringan internet,” paparnya, yang segera disambut tepuk tangan peserta.

Kopi Turki dan Angkringan

<i>Türk kahvesi </i>atau Kopi Turki menjadi salah satu magnet dalam diskusi Ngopi Padang Pasir yang digelar Santrendelik bekerja sama dengan Telkomsel, Kamis (14/4/2022) sore. (Inibaru.id/ Galih PL)

Kegiatan yang dimulai pukul 16.30 WIB itu pun terus bergulir meriah. Menjelang berbuka puasa, diskusi bahkan kian mengasyikkan dengan beberapa pertanyaan yang dilancarkan peserta; dari yang berbobot hingga yang mengundang gelak tawa. Sementara, hujan sudah benar-benar reda di luar.

Sayang, obrolan mengasyikkan itu terpaksa dihentikan lantaran tinggal tersisa sekitar lima menit menuju azan Magrib. Di luar pendopo, semerbak aroma kopi sudah tercium. Kopi padang pasir yang menjadi menu utama berbuka tersebut agaknya sudah mulai disiapkan.

Disebut kopi padang pasir karena minuman legam itu dimasak di atas pasir panas. Pasir diletakkan di atas wajan, lalu dipanaskan di atas tungku. Kemudian, ibrik atau bejana tembaga berisi air, bubuk kopi, dan rempah-rempah diletakkan sedikit terbenam di atas pasir panas hingga mendidih.

Metode tersebut diperkenalkan kali pertama oleh orang Turki. Konon, cara ini sudah dikenal sejak Kekaisaran Ottoman berkuasa. Selain di atas pasir, Türk kahvesi atau kopi Turki juga biasa dimasak memakai ibrik yang diletakkan di atas arang.

Angkringan menjadi menu buka puasa istimewa dalam diskusi 'Ngopi Padang Pasir' yang digelar Santrendelik, Kamis (14/4/2022) sore.

Cara unik menyajikan kopi ini pun tentu saja segera disambut antusias oleh semua peserta, termasuk saya. Menemani kopi padang pasir, panitia juga menyediakan angkringan lengkap dengan nasi kucing dan berbagai camilannya. Sederhana, tapi begitu terasa istimewa.

Setelah berbuka dan salat Magrib berjemaah, Ngopi Padang Pasir pun ditutup dengan berfoto bersama. Kepada saya, Eko mengatakan kemungkinan dirinya bakal membuat acara lanjutan yang akan digelar secara berkala.

“Melihat antusiasme ini, mungkin kami bakal membuatnya triwulan sekali,” pungkasnya.

Ya, ya, acara yang memang layak diulang! Kendati dikemas dengan sederhana dan sempat tertunda lantaran hujan turun secara tiba-tiba, Ngopi Padang Pasir nyatanya tetap menjadi gravitasi bagi banyak orang. Jadi, memang perlu diagendakan lagi. Sepakat, Millens? (Galih PL/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024