BerandaHits
Senin, 25 Okt 2020 18:00

Kisah Kumpulan Pose Telanjang Dada Istri Sukarno yang Diberedel Negara: Madame D Syuga

Naoko Nemoto yang lebih dikenal sebagai Ratna Sari Dewi pernah berpose setengah telanjang pada usia kepala lima. (Dok. Ratna Sari Dewi)

Indonesia dan Jepang pernah digegerkan dengan buku berisi pose telanjang dada istri Bung Karno, Ratna Sari Dewi. Meski jauh dari kesan porno, peredaran buku itu tetap dilarang karena status sang model, yaitu janda Presiden Pertama RI.

Inibaru.id – Kamu pernah membayangkan ada istri presiden negara ini berpose telanjang dada? Carilah Madame D Syuga! Di buku tersebut, istri Presiden Sukarno melakukannya. Perempuan yang dimaksud adalah Naoko Nemoto atau lebih dikenal sebagai Ratna Sari Dewi.

Madame D Syuga berarti "unggul dan molek". Dewi memang terkenal akan kecantikannya. Kabarnya, karena itulah Sang Proklamator RI tergila-gila pada perempuan Jepang tersebut.

Buku itu dirancang elegan dengan kertas kualitas terbaik berukuran 23 cm x 35 cm. Ada 6 lembar halaman yang digunakan sebagai kata pengantar. Sisanya, foto-foto Ratna Sari Dewi dalam berbagai pose.

Penerbit buku ini adalah Scholar Publisher's Inc, Tokyo. Sebanyak 150 ribu eksemplar dicetak pada edisi pertama.

Jelas saja peluncuran buku itu sempat meramaikan media massa Tokyo. Pasalnya, yang menjadi model bukan perempuan dari kalangan biasa. Dulu, dia sering dipanggil Madame Sukarno. Dengan buku itu, Dewi disebut membuat sensasi besar.

Sebuah koran di Jepang bahkan melukiskan buku itu dengan judul bombastis "kejutan terbesar abad ini". Sebuah majalah bahkan menjadikannya laporan utama berjudul "Telanjang pada Usia 53".

Apakah di Indonesia Syuga jadi berita besar? Tentu saja! Namun, Dewi berdalih, dia dan Sukarno senang berkesenian.

“Kami sering bergantian melukis. Saya melukis Bapak (Sukarno) dan Bapak melukis saya. Oleh karena itu, saya yakin, bila Bapak masih ada, dia pasti akan menikmati Syuga sebagai karya seni kelas tinggi," ujar Dewi dikutip dari Harian Kompas edisi 12 November 1993.

Dilarang Beredar

Meski peluncuran buku itu disertai embel-embel karya seni, Syuga dilarang beredar tiga pekan usai diluncurkan. November 1993, Kejaksaan Agung mengeluarkan larangan peredarannya. Buku tersebut dianggap mengandung pornografi dan dinilai bisa mencemarkan nama Presiden Sukarno.

“Dia istri Bung Karno, itu fakta. Dia tak mungkin melepaskan atribut sebagai janda mendiang Presiden Sukarno,” kata Suparman, juru bicara Kejaksaan Agung.

Clearing House Kejaksaan Agung, yang beranggotakan tim Kejaksaan, polisi, Departemen Penerangan, dan Departemen Pendidikan Nasional, cuma butuh waktu seminggu, jauh lebih cepat dari waktu biasanya.

“Karena cukup dilihat saja,” kata Suparman, “makanya bisa selesai seminggu.”

Dewi juga sempat datang ke Jakarta nggak lama setelah surat tersebut keluar. Dia berdalih bahwa bukunya hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan yang menyukai keindahan, bukan buat kaum lelaki.

Dewi juga keberatan jika bukunya dikaitkan dengan mendiang suaminya. Dia menegaskan buku tersebut menjadi tanggung jawab pribadinya.

“Ini ekspresi seni. Demi keindahan, apa pun diizinkan. Saya kira orang yang mencintai seni tak akan mencela buku saya,” kata Ratna Sari Dewi kepada Tempo, kala itu.

Dewi mengaku memilih semua orang yang terlibat dengan saksama. Penerbit, fotografer, perias wajah, bahkan asistennya, dia pilih hanya yang profesional.

Hal ini tampak pada angle-angle yang diambil sang fotografer, Hideki Fujii. Dia menjauhi kesan porno. Dia mengarahkan Dewi duduk di atas sofa tenun ikat, beralas sarung Bali merah dengan menghadap lukisan perang Ramayana.

Jelas, Dewi nggak mau jika buku tersebut dibandingkan dengan foto-foto di majalah Playboy dan Penthouse. Kalau menurutmu, berlebihan nggak sih kalau buku berbau body painting itu dilarang beredar, Millens? (detikX/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: