BerandaHits
Rabu, 23 Sep 2025 09:01

Kasus Keracunan MBG Terus Bermunculan, Sejumlah Pihak Serukan Evaluasi Total

Kasus keracunan akibat program MBG di sejumlah menembus angka 5 ribu kasus. (Kompas/Bagus Puji Panuntun)

Tingginya kasus keracunan akibat program makan bergizi gratis (MBG) membuat banyak orang tua khawatir. Sejumlah pihak juga menyarankan pemerintah segera menghentikan sementara program ini dan melakukan evaluasi menyeluruh.

Inibaru.id – Siti mengaku khawatir dengan banyaknya kasus keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah belakangan ini. Alasannya sederhana, sekolah tempat anaknya belajar di Kabupaten Semarang mulai mendapatkan program tersebut dalam sebulan belakangan. Dia nggak pengin anaknya juga mengalami nasib yang serupa.

“Namanya juga orang tua, pasti nggak pengin anaknya sakit kan? Apalagi di berita terlihat ada yang sampai muntah-muntah, kejang, dan masuk RS. Jelas saya khawatir,” ucap Siti yang kini selalu membawakan wadah bekal kosong ke anaknya sebagai wadah penganan yang nggak dimakan di sekolah, Selasa (23/9/2025).

“Saya sudah pesan ke dia kalau memang nggak yakin sama makanannya, masukkan saja di wadah, lalu bawa pulang,” lanjutnya.

Kekhawatiran Siti wajar adanya. Sudah ada laporan tentang adanya 5.626 kasus keracunan yang disebabkan oleh program MBG dari berbagai daerah di Tanah Air. Bahkan, data yang cukup banyak tersebut diperkirakan lebih kecil dari jumlah aslinya.

Dugaan penyebab dari kasus ini pun beragam. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X bahkan sampai menduga kalau jeda yang panjang antara waktu memasak makanan dengan kapan MBG disajikan jadi penyebabnya.

“Mungkin masaknya jam setengah 2 pagi. Kalau begitu, sayurnya di pagi sudah layu. Ini harus diperhitungkan,” ungkapnya menyoroti kasus keracunan MBG sebagaimana dinukil dari Kumparan, Jumat (19/9).

Selain proses memasak, proses distribusi makanan MBG dituding jadi penyebab tingginya kasus keracunan belakangan ini. (Kompas/Jody)

Di sisi lain, CEO Center for Indonesia’s Strategic Development Initiative (CISDI) Diah Saminarsih menyoroti proses distribusi MBG juga ikut jadi penyebab tingginya kasus keracunan akibat program ini.

“Program MBG ini dilaksanakan terburu-buru banget, makanya kualitas tata kelola penyediaannya, sampai distribusi makanannya jadi nggak tertata,” tuding Diah sebagaimana dinukil dari BBCIndonesia, Minggu (21/9).

Nggak cuma soal makanan yang nggak higienis, di banyak tempat, makanan yang disajikan bahkan bisa dikatakan nggak sehat. Sejumlah makanan berjenis ultra-processed food, susu tinggi gula, atau camilan nggak sehat malah yang disajikan. Ini tentu melenceng dari nama programnya yang memiliki embel-embel makanan bergizi, bukan?

Memang, anak yang mengalami keracunan langsung dilarikan ke rumah sakit dan dirawat. Tapi, tetap saja, hal ini menimbulkan kerugian besar bagi anak-anak tersebut, hingga orang tuanya. Selain jadi jatuh sakit, mereka jadi nggak bisa belajar untuk sementara waktu, dan bisa saja mengalami trauma akibat hal ini. Makanya, CISDI pun menyarankan program ini sebaiknya dihentikan sementara dan dievaluasi secara menyeluruh.

“Kalau pemerintah bersikukuh terus menjalankan MBG tanpa evaluasi total, khawatirnya kasus keracunan akibat MBG bakal terus terjadi. Kesehatan anak-anak jelas terancam,” sarannya.

Setali tiga uang, orang tua seperti Siti pun menyarankan hal serupa. Dia bahkan mengaku sedang mengumpulkan sejumlah rekan orang tua murid lainnya di grup WhatsApp untuk meminta pihak sekolah menghentikan program tersebut untuk sementara.

“Ya saya mencoba di tempat di mana anak saya sekolah dulu. Kalau jumlah orang yang mau bikin petisi menghentikan program ini untuk sementara di sekolah sudah cukup banyak, tentu bakal kami ajukan. Yang khawatir dengan hal ini bukan cuma saya seorang,” pungkasnya.

Yap, kasus MBG yang cukup banyak ini sebaiknya jadi perhatian banyak orang karena tentu saja mengancam kesehatan anak-anak yang seharusnya tetap fit saat belajar di sekolah. Semoga saja ya, pemerintah benar-benar mengevaluasinya secara menyeluruh. (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: