BerandaHits
Kamis, 19 Jun 2024 11:00

Jōhatsu, Cara Orang Jepang Memulai Hidup Baru

Fenomena Johatsu yang digambarkan dalam film 'One Million Yen Girl' (2008). (Twitter/GalanZJ1)

Pernah terpikir nggak kabur dari kehidupan sekarang dan memulai hidup baru di tempat yang nggak ada orang yang mengenalimu? Nah, hal ini benar-benar dilakukan ribuan orang Jepang setiap tahun. Namanya adalah fenomena Johatsu.

Inibaru.id – Pernah nonton One Million Yen Girl (2008) yang dibintangi Yu Aoi, belum, Millens? Film ini sedikit banyak membahas tentang fenomena Jōhatsu, fenomena orang-orang Jepang yang memilih lenyap dari kehidupan sebelumnya dan memulai hidup baru tanpa ada keterlibatan dari orang-orang yang dia kenal sebelumnya.

Dalam film tersebut, Yu Aoi memerankan Suzuko Sato yang selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya. Di setiap kota itu, dia bakal melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia, dari itu berjualan es serut, memetik buah persik, dan pekerjaan lainnya. Dia nggak lagi pulang ke rumah atau pun menghubungi orang tuanya.

Meski gambaran dalam film ini nggak benar-benar sesuai dengan fenomena Jōhatsu di mana pelakunya bahkan bisa benar-benar mengganti identitasnya, setidaknya sudah ada gambaran kan seperti apa sebenarnya fenomena ini?

Intinya, orang-orang yang melakukan Jōhatsu merasa nggak puas dengan kehidupannya, jadi korban KDRT dalam pernikahan, malu karena melakukan kesalahan fatal, mengalami masalah besar seperti terjerat utang dalam jumlah banyak, atau pengin memulai hidup baru tanpa ada campur tangan atau keterkaitan dengan satu pun orang yang dikenal sebelumnya, tapi mereka nggak pengin melakukan bunuh diri.

Pasalnya, jika bunuh diri, pihak keluarga bakal kerepotan melakukan pembersihan mayat dan lokasi bunuh diri. Intinya, mereka hanya pengin benar-benar lenyap tanpa jejak dan nggak merepotkan siapa pun lagi.

Pillihannya adalah bunuh diri, bekerja keras dan hidup tidak bahagia sampai mati, atau menghilang dan memulai hidup kembali. Pelaku Jōhatsu memilih opsi ketiga,” ungkap wartawan Time Adelstein terkait dengan fenomena ini sebagaimana dilansir dari Beautinesia, Selasa (15/3/2022).

Setidaknya ada 100 ribu orang per tahun yang melakukan Johatsu di Jepang. (Twitter/thalyonfilm)

Meski sudah mulai dilakukan pada dekade 1960-an, fenomena Jōhatsu mulai ngetren dilakukan pada 1990-an. Kala itu, ekonomi Jepang sempat kolaps dan banyak pekerja kantoran yang terlilit utang dalam jumlah sangat banyak sehingga memilih untuk kabur.

Hingga sekarang, rata-rata 100 ribu orang melakukan Jōhatsu untuk berbagai alasan. Uniknya, karena pelakunya cukup banyak, sampai ada bisnis yang membantu para pelaku Jōhatsu kabur dari kehidupan sebelumnya. Istilah bisnisnya adalah Yonige-ya. Biasanya, bisnis ini mematok biaya 50 ribu Yen-300 ribu Yen untuk membantu mereka menghilang tanpa jejak pada malam hari.

Banyak dari mereka yang berpindah-pindah kota dan menanggalkan identitasnya untuk melakukan pekerjaan apa saja asalkan bisa bertahan hidup. Ada juga yang memilih untuk tinggal di kawasan yang dilindungi Yakuza. Meski harus membayar untuk perlindungan itu, setidaknya mereka bisa memulai hidup kembali tanpa ada gangguan dan mencari penghasilan dengan tenang tanpa ada kekhawatiran untuk ditemukan atau dikenali orang lain.

Pihak kepolisian sendiri menyebut asalkan para pelaku Jōhatsu nggak melakukan tindakan kriminal atau mengalami kecelakaan, nggak akan mengganggu mereka. Hal inilah yang bikin mereka semakin sulit ditemukan.

Wah, di Indonesia, mengubah identitas bukan perkara yang mudah. Justru identitas yang disamarkan atau dihilangkan akan membuat repot polisi kita ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024