BerandaHits
Selasa, 27 Mei 2019 12:23

<em>Ngabuburit</em> Bermanfaat dengan Belajar Bareng Soal Spiritualitas dan Intelektualitas

<em>Ngabuburit</em> Bermanfaat dengan Belajar Bareng Soal Spiritualitas dan Intelektualitas

Belajar Bareng kali ini nggak hanya menghadirkan tokoh agamawan tapi juga budayawan. (Inibaru.id/ Audrian F)

Spiritualitas dan intelektualitas diangkat menjadi tema belajar bareng pada Rabu, (5/25). Dengan pemateri tersohor serta disiplin ilmu yang berbeda, kira-kira apa saja yang dibahas?

Inibaru.id - Remaja Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) mengadakan acara rutin Sinau Bareng yang dilaksanakan di lapangan parkir Masjid Agung Jawa Tengah pada Rabu (23/4) sore.

Dalam acara tersebut hadir tokoh-tokoh tersohor dari Kota Semarang seperti Saroni Asikin, Guspar Wong serta Noe Letto. Selain itu acara ini juga dimeriahkan oleh alunan musik merdu dari Wakijo lan Sedulur.

Dalam diskusi yang dihadiri oleh puluhan peserta itu, tema yang diusung adalah spiritualitas dan intelektualitas yang harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Ketiga pemateri menyampaikan narasi penting sesuai ranah ilmunya masing-masing.

Guspar Wong (kiri) dan Saroni Asikin (kanan), pemateri acara Belajar Bareng. (Inibaru.id/ Audrian F)

Saroni Asikin, menyinggung pola dakwah di zaman sekarang. Kini secara mudah orang disebut sebagai ustaz. Hal itu juga ditengarai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi yang membuat orang mudah meraih referensi agama di dunia maya. Namun sayang hal itu nggak dibarengi dengan pemahaman secara mendalam. Alhasil di lain sisi terjadi juga banyak ajaran yang menyimpang.

Redaktur Suara Merdeka yang juga sebagai Dosen Jurnalistik di Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut sampai membuat pengajaran khusus di mata kuliahnya. “Dalam kuliah Jurnalistik saya, semua mahasiswa, saya selalu menanamkan pada surat Al-Hujurat ayat 6. Di situ sudah termaktub banyak tentang bagaimana dalam menyebarkan berita,” ujar Saroni. “Kalau sekadar nulis berita, semua orang yang barusan bisa nulis saja bisa. Namun nggak semua orang memahami bagaimana nulis sesuai kode etik,” tambahnya.

Saroni menganjurkan untuk mencotoh adab yang dijalankan Wali Songo. Dari mulai cara berdakwahnya yang sabar hingga perilakunya dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dari situ seseorang jadi nggak sembarangan dalam menyebarkan berita khususnya berita tentang agama. Semua orang perlu pemahaman tabayyun yang jernih. Lebih lanjut dia berharap obrolan tersebut nggak hanya berhenti di forum.

Lain lagi dengan Noe Letto, Millens. Dia berkata kalau seseorang kadang terlalu cepat menilai orang namun belum memahaminya terlalu dalam. Itulah yang disebut dengan kognitif bias. Penilaian yang terlalu cepat juga mudah menimbulkan rasa iri. “Jadikan hal tersebut sebagai inspirasi untuk belajar, bukan malah menyinyir apalagi sampai benci. Semua punya jalan masing-masing,” tandasnya.

Dia juga menambahkan supaya setiap langkah yang seseorang ambil harus didasari dengan rasa tanggung jawab. Jangan pakai nafsu atau mimpi. Sebab jika menggunakan nafsu, kamu akan berhenti jika nafsumu sudah tercapai. Begitupun dengan mimpi, jika mimpimu nggak tercapai kamu akan kecewa nantinya.

“Maka isilah dengan tanggung jawab. Jika kita punya rasa tanggung jawab yang mumpuni, insyallah, hidup kita tidak akan sia-sia,” tutup Noe.

Noe Letto menjadi salah satu daya tarik peserta Belajar Bareng. (Inibaru.id/ Audrian F)

Kemudian Guspar Wong, budayawan Semarang ini nggak jauh-jauh dari apa yang disampaikan Noe dan cenderung mengambil kesimpulan dari kedua pembicara yang terlebih dahulu berbicara.

Dia menekankan kepada semua peserta untuk jangan merasa lebih baik dari orang lain. “Kesempurnaan yang diberi oleh Allah akan menghasilkan sesuatu yang tidak sempurna. Sebaliknya jika ada ketidaksempurnaan malah bisa menghasilkan sesuatu yang sempurna. Contohnya orang-orang yang tak punya tangan tapi bisa bermain gitar dengan menggunakan kaki dan masih banyak lagi yang seperti itu,” kata Guspar

Acara kemudian berkahir karena waktu menunjukan waktu berbuka. Sebelum ditutup, peserta mendapat bonus lagu “Ruang Rindu” yang dinyanyikan langsung oleh Noe dengan iringan musik dari Wakijo lan Sedulur.

Wah, banyak ilmu yang didapat dari ketiga pembicara itu ya. Nggak hanya sprirtualitas, intelektualitasmu juga harus diasah ya, Millens! (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025

Mereka yang Terlibat dalam Suap Putusan 'Onslag' Kasus Korupsi Minyak Goreng

15 Apr 2025

Harus Bagaimana Agar Ambulans Nggak Lagi Kena Tilang ETLE?

15 Apr 2025

Warga Semarang Sambut Gembira Penghapusan Denda Pajak Kendaraan

15 Apr 2025

Berasal dari Tradisi Eropa, Kelinci Paskah Jadi Simbol Kesuburan

15 Apr 2025

Alasan Sejumlah Asosiasi Jurnalis Menolak Program Rumah Subsidi Wartawan

16 Apr 2025

'Burning'; Ketika Ending Sebuah Film Justru Bikin Bingung Penontonnya

16 Apr 2025