BerandaHits
Kamis, 27 Apr 2022 11:44

Ekspor Minyak Goreng Dihentikan, Mungkinkah Harganya Bisa Kembali Murah?

Ilustrasi: Pemerintah melarang ekspor minyak goreng demi menurunkan harganya di pasaran. (Inibaru.id/ Diah Novi)

Per Kamis (27/4/2022), pemerintah resmi melarang ekspor minyak goreng demi menurunkan harganya di pasaran Tanah Air. Lantas, mungkinkah harga minyak goreng bisa kembali murah?

Inibaru.id – Per Kamis (28/4/2022) pukul 00.00 WIB nanti, pemerintah secara resmi memulai larangan ekspor refined, bleached, deodorized (RBD) palm olein alias bahan baku minyak goreng. Tapi, apakah dengan adanya larangan ini, harga minyak goreng bisa kembali murah?

Selain itu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto juga menyebut tiga kode HS minyak goreng sawit nggak boleh diekspor, yakni HS 1511.90.36, 11511.90.37, serta 1511.90.39.

“Jadi sekali lagi ditegaskan yang dilarang RBD palm olein yang HS-nya ujungnya 36, 37, dan 39. Jangka waktu larangan ekspor sampai minyak goreng menyentuh target 14 ribu secara merata di seluruh Indonesia,” terang Airlangga, Selasa (26/4/2022).

Meski punya tujuan yang baik, pengamat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori justru pesimis kebijakan pemerintah bisa menekan harga minyak goreng hingga Rp 14 ribu per liter. Soalnya, harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional masih tinggi. Selain itu, kebijakan yang diambil pemerintah ini juga dianggap melawan arus dan nggak populer bagi para produsen minyak goreng.

“Kalau harga CPO tidak turun, maka harga turunannya, RBD palm olein yang setengah jadi atau minyak goreng yang produk jadi tetap akan mahal. Sulit tekan harga ke Rp 14 ribu kalau CPO masih mahal,” tegas Khudori di hari yang sama.

Di sisi lain, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus juga menyebut produsen minyak goreng akan mencari celah dari larangan ini sehingga nggak akan membuat harga minyak goreng belum tentu bisa turun di pasaran Tanah Air.

Pengamat menilai harga minyak goreng sulit diturunkan. (id.carousell/@myedo88)

“Ketika ekspor DBD dilarang dan CPO tidak, ya mereka (produsen minyak goreng) bisa saja langsung jual CPO-nya ke luar. Apalagi pembeli kita seperti India, dia lebih suka beli dalam bentuk CPO ketimbang produk hilirnya. Lalu, apa ada jaminan perusahaan bakal maksimal mengalirkan CPO-nya di dalam negeri untuk diproses menjdai RBD menjadi minyak goreng?” terang Heri.

Senada dengan Heri, peneliti Indef lainnya Nailul Huda menyebut harga keekonomian minyak goreng ada di angka Rp 20 ribu per liter. Sementara itu, harga di pasaran mencapai Rp 25 ribu per liter. Baginya, kebijakan pemerintah masih belum bisa memaksa produsen membanjiri bahan baku minyak goreng ke pabrik-pabrik serta pasaran.

“Masalahnya adalah para pemain besar ini tidak mau menggelontorkan barangnya ke pasar,” ungkap Huda.

Huda pun menyarankan pemerintah kembali menetapkan harga eceran tertinggi (HET). Tapi nggak langsung Rp 14 ribu per liter, melainkan bertahap dengan harga Rp 16 ribu sampai Rp 20 ribu per liter. Selain itu, pemerintah bisa menetapkan batas wajib seberapa banyak komoditas minyak goreng di pasar domestik sampai 20 persen.

Dia juga meminta pemerintah lebih tegas dengan memberlakukan ancaman pencabutan izin lahan hak guna usaha (HGU) pada pengusaha-pengusaha sawit yang dianggap nggak mau diajak bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi krisis minyak goreng ini.

“Cabut saja HGU perusahaan yang terlibat mafia minyak goreng. Otomatis mereka kehilangan asetnya, bukan cuma pangsa ekspornya,” saran Huda.

Kalau menurutmu, mungkin nggak sih harga minyak goreng kembali murah, Millens? (Cnn/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: