BerandaHits
Rabu, 4 Okt 2022 09:35

Di Luar Negeri Milky Way, Kok di Indonesia Namanya Bima Sakti?

Istilah Milky Way ada sejak zaman Yunani Kuno yang percaya dengan mitologi dewa-dewa. (Kelaspintar)

Istilah internasional untuk galaksi di mana planet kita berada adalah Milky Way yang jika diartikan adalah jalur atau jalan susu. Tapi, orang Indonesia justru menyebut galaksi ini menjadi Bima Sakti. Seperti apa ya sejarah penamaannya?

Inibaru.id – Terkadang, sejumlah istilah di luar negeri di alih-bahasakan dengan istilah Bahasa Indonesia dengan sangat unik. Salah satu yang cukup mencolok adalah perbedaan dari penamaan galaksi tempat planet kita berada, Bima Sakti.

Dilansir dari Universe Today, galaksi Bima Sakti punya diameter 100 ribu sampai 120 ribu tahun cahaya. FYI, satu tahun cahaya itu sama saja dengan 9,461 triliun kilometer. Jadi, ukuran galaksi ini sebenarnya sangat luas. Pantas saja kalau kita melihat langit yang cerah di malam hari, terkadang galaksi ini bisa terlihat sangat jelas dan cantik.

Balik lagi ke soal penamaan galaksi ini. Kalau dipikir-pikir, baik itu Milky Way atau Bima Sakti sebenarnya sama-sama nggak nyambung dengan perbintangan, ya Millens? Logikanya, kok bisa kumpulan miliaran planet, bintang, dan berbagai benda luar angkasa disebut dengan "jalur susu"?

Ternyata penamaan itu sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Orang Yunani Kuno percaya dengan mitologi dewa-dewa. Cerita soal Dewa Zeus melatarbelakangi kemunculan istilah Milky Way ini.

Jadi, ceritanya Dewa Zeus sengaja menempatkan anaknya, Heracles, di sisi istrinya, Hera, agar anaknya bisa menyusui sembari tidur. Masalahnya, Hera nggak suka dengan anak tirinya. Begitu terbangun dan menyadari Heracles menyusu, dia langsung menariknya dengan paksa. Air susu dari tubuhnya kemudian terciprat hingga ke angkasa dan terciptalah Milky Way.

Bentuk galaksi Bima Sakti yang mirip seperti kabut putih dililit naga jadi inspirasi penamaannya. (Infoastronomy)

Pada masa Romawi Kuno, penyebutan untuk galaksi tersebut adalah "Via Lactea". Artinya juga sama, yaitu jalan atau jalur susu. Bahkan kalau kamu cermati, istilah "galaxy" juga merupakan turunan dari istilah susu yang sudah ada sejak zaman Yunani Kuno.

Nah, kalau di luar negeri orang menyebutnya dengan Milky Way, kok di Indonesia namanya jadi Bima Sakti? Susu dan tokoh pewayangan tentu sama sekali nggak terkait, bukan? Rupanya, dalam menamakan galaksi tempat kita tinggal ini orang Indonesia nggak terinspirasi dari budaya barat.

Menurut Kontan, Kamis (21/7/2022), orang Jawa zaman dahulu mempercayai mitologinya sendiri dalam bentuk tokoh pewayangan. Saat mereka melihat ke angkasa, mereka melihat sekumpulan bintang yang mirip seperti kabut putih dan dikelilingi alur berwarna hitam.

Hal ini mirip seperti cerita dalam lakon pewayangan Bima Suci. Sekilas penampakan galaksi menyerupai Bima yang berupa kabut putih dikelilingi atau dililit oleh naga berwarna hitam. Sejak saat itulah, orang Jawa mengenal istilah Bima Sakti untuk menyebut galaksi tersebut.

Menarik juga sejarah penamaan Bima Sakti di Indonesia ya, Millens? Omong-omong, di tempatmu, masih bisa melihat bintang di malam hari atau sudah kalah dengan polusi cahaya, nih? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: