BerandaHits
Kamis, 22 Jan 2020 13:04

Dewas TVRI: Liga Inggris Era Kepemimpinan Helmi Yahya Nggak Sesuai Jati Diri Bangsa

Rapat Dewan Pengawas TVRI di Senayan. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Helmy Yahya diberhentikan dari jabatannya sebagai Direktur Utama TVRI oleh Dewan Pengawas. Alasannya karena beberapa tayangan seperti Liga Inggris dan Discovery Channel nggak sesuai dengan jati diri bangsa.

Inibaru.id - Liga Inggris yang ditayangkan oleh TVRI menuai kritik dari Dewan Pengawas (Dewas). Pertandingan sepak bola bergengsi yang hak siarnya dibeli oleh Helmy Yahya saat dirinya menjabat sebagai Direktur Utama itu dianggap nggak sesuai jati diri bangsa.

Melansir Kompas, Rabu (22/1/20), Ketua Dewas TVRI Arief Hidayat Thamrin menjelaskan, program prioritas yang ditayangkan oleh TVRI seharusnya berisi konten edukatif dan menjunjung nilai-nilai keindonesiaan.

"Tupoksi TVRI sesuai visi misi TVRI adalah televisi publik. Kami bukan swasta, jadi yang paling utama adalah edukasi, jati diri, media pemersatu bangsa," kata Arief, Rabu (22/1),saat rapat bersama Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dewas TVRI menyebut, hak siar Liga Inggris menimbulkan risiko utang (gagal bayar). Anggota Dewas Pamungkas Trishadiatmoko menjelaskan, potensi utang yang ditimbulkan mirip dengan krisis keuangan yang dialami PT Asuransi Jiwasraya.

"Saya akan sampaikan kenapa Liga Inggris itu menjadi salah satu pemicu gagal bayar ataupun munculnya utang skala kecil seperti Jiwasraya," kata Moko.

Helmy sempat berujar jika Liga Inggris disiarkan tanpa bayar, tapi kenyataannya tayangan Liga Inggris menelan biaya Rp 126 miliar selama kontrak tiga sesi (2019-2022). Setiap sesi menghabiskan biaya 3 juta USD untuk 76 match atau setara Rp 552 juta dalam satu kali pertandingan.

"Kalau diekuivalen program rata-rata di TVRI yang disampaikan kepada kami 15 juta per episode. Ini bisa membiayai 37 episode atau dua bulan program lainnya," ujar Moko.

Di sisi lain, Helmy Yahya menjelaskan Liga Inggris merupakan program unggulan bagi TVRI. Liga Inggris berhasil didapatkan hak siarnya setelah bekerja sama dengan Mola TV. Dewas TVRI pun telah menyetujui terkait hak siar tersebut.

"Semua stasiun di dunia ingin memiliki sebuah program killer content, monster content, atau locomotive content yang membuat orang menonton TVRI," kata Helmy Yahya dalam konferensi pers pada 17 Januari lalu.

Banyak Siaran Asing

Arief menambahkan, selama kepemimpinan Helmy Yahya banyak siaran asing yang beredar. Selain Liga Inggris tayangan Discovery Channel juga dianggap kurang dekat dengan kekayaan margasatwa Indonesia. Masih banyak alternatif tayangan lain yang pas disajikan untuk masyarakat.

"Discovery Channel kita nonton buaya di Afrika, padahal buaya di Indonesia barangkali akan lebih baik," kritik Arief.

Padahal baginya TVRI adalah saluran TV publik yang berbeda dengan swasta. TVRI nggak mengejar rating dan share. Helmy Yahya dianggap nggak bekerja yang sesuai dengan visi-misi TVRI, karena mengejar rating dan share.

Alasan-alasan inilah yang disampaikan oleh dewan pengawas terkait pemberhentian Helmy Yahya dari jabatannya sebagai Direktur Utama.

Bagaimana pendapatmu, Millens? Sepakatkah dengan pemberhentian Helmy Yahya? (MG26/E06)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: