BerandaHits
Senin, 11 Jun 2023 14:00

Dear PSSI, Pesepak Bola Perempuan Butuh Kompetisi

Salah satu pemain Persis Solo Women sedang menguasai bola ketika berhadapan dengan Pakuan City Bogor. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Di Indonesia, sepak bola perempuan belum terlalu diperhatikan. Tidak adanya kompetisi Liga Putri jadi bukti kalau PSSI belum serius menggeliatkan olahraga dari kaki ke kaki di kalangan kaum hawa.

Inibaru.id - Sebagai pesepak bola perempuan, Vio Risky menaruh harapan besar kepada federasi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk kemajuan sepak bola perempuan. Sayangnya, impian Vio masih jauh panggang dari api. Ketidakpastian kapan Liga Putri bergulir, sering kali membuat perempuan yang akrab disapa Vio cemas.

"Makin ke sini makin nggak jelas. Misalnya tahun kemarin kita dijanjikan bakal ada liga. Tapi sampai detik ini belum ada sama sekali," keluhnya pada Inibaru.id saat ditemui di Lapangan Wonolopo, Mijen, Kamis (1/6/2023).

Perempuan kelahiran Belitung Timur menganggap pesepak bola perempuan di Tanah Air seperti tidak memiliki masa depan. Padahal olahraga yang dimainkan dari kaki ke kaki tersebut tidak memandang satu jenis kelamin.

"Nasib kita sekarang itu masih abu-abu. Saya minta tolong ke pak Erick untuk menaikkan pamor sepak bola perempuan. Jangan sepak bola laki-laki aja yang diperhatikan," ungkap Vio.

Perlu Jam Terbang

Jam terbang pertandingan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pesepak bola. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Pemain yang beroperasi di sektor pertahanan itu ternyata telah merasakan asam garam berbagai turnamen Internasional bersama Garuda Pertiwi sedari tahun 2018. Menurut Vio, Timnas Perempuan masih kesulitan bersaing di tingkat Asean.

"Kami butuh kompetisi Liga Putri. Piala Pertiwi dan turnamen-turnamen mini di daerah itu menurut saya kurang mengangkat mental," tegasnya.

Selain tidak adanya kompetisi dan pembinaan berjenjang, menurut Vio, ketidakberdayaan Timnas Perempuan menghadapi negara-negara seperti Thailand, Vietnam, Myanmar dan lainnya dikarenakan persiapan yang minim.

"Aku tidak menjelekkan timnas. Biasanya persiapan dan latihan untuk ajang internasional hanya seminggu. Kalau menurut saya itu kurang. Minimal pemusatan latihan sekitar 3-6 bulan. Saya yakin kita bisa bersaing," tutur Vio.

Vio percaya banyak perempuan-perempuan di daerah memiliki potensi menjadi pesepak bola hebat. Tinggal federasinya mau tidak memperhatikan lebih untuk menggeliatkan sepak bola perempuan.

"Kalau bisa sih pelatih timnas perempuan juga sekelas Shin Tae-yong," harapnya.

Perlu Kerja Keras dan Konsiten

Seorang wasit tengah memberi arahan kepada kapten Persis Solo Women (merah) dan Pakuan City Bogor (ungu) sebelum bertanding. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Sepakat dengan Vio, pemain Persis Solo Women lainnya Shafira Ika Putri mengungkapkan kalau sepak bola perempuan di Indonesia tidak ada perkembangan yang berarti. Wadah atau ruang yang minim jadi tantangan terbesar yang harus dihadapi kaum hawa apabila memiliki cita-cita jadi pesepak bola.

"Saya suka main bola sudah 10 tahun. Jadi pesepak bola gampang-gampang susah. Di sini wadah agar perempuan bisa main bola masih sedikit," ucap perempuan yang biasa disapa Ika tersebut.

Perempuan berusia 20 tahun itu juga menyoroti kapan Liga Putri digulirkan. Diakuinya, Persis Solo merupakan klub yang masih konsisten memberikan pembinaan yang tertata rapih.

"Kita setiap Senin sampai Sabtu latihan. Tapi nggak ada kompetisi itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemain. Ini juga jadi bukti kalau federasi belum memperhatikan sepak bola perempuan," katanya.

Sama seperti Vio, Ika juga salah satu pesepak bola yang telah banyak memperkuat garuda pertiwi di ajang Internasional. Kata Ika salah satu rahasia agar meningkatkan kemampuan mengolah sih kulit bundar adalah konsisten.

"Semua perempuan kalau punya tekad, disiplin dan kerja keras punya kesempatan yang sama membela timnas. Tiga hal di atas harus konsisten. Lalu dibarengi dengan makan yang teratur dan istirahat yang cukup," tandasnya.

Melihat semangat dan kerja keras mereka, rasanya federasi nggak adil jika tidak segera menggulirkan Liga Putri. Karena kompetisi sangat penting untuk perkembangan para pemain. Setuju nggak Millens? (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024