BerandaHits
Kamis, 16 Feb 2022 09:00

Bukan Pasar dan Nggak Ada Kambing, Kok Disebut Pasar Kambing Semarang?

Patung Kambing, satu-satunya penanda tersisa dari kisah legendaris Pasar Kambing Semarang. (Asumsi/Fariz Fardianto)

Di sebuah pertigaan yang ada di Kota Semarang, ada Pasar Kambing. Nah, di lokasi tersebut hanya ada bangunan, ruko, dan rumah-rumah penduduk. Nggak terlihat juga kambing berjejeran di sana. Lantas, kok disebut Pasar Kambing?

Inibaru.id – Warga Kota Semarang, Jawa Tengah, pasti sangat akrab dengan daerah bernama Pasar Kambing. Sebenarnya, area ini adalah sebutan untuk pertigaan di antara Jalan MT Haryono, Jalan Tentara Pelajar, dan Jalan Dokter Wahidin. Tapi ya kalau dipikir-pikir, di sana nggak ada pasar dan nggak cocok untuk kambing karena nggak ada hamparan rumput untuk mereka makan. Lantas, kok disebut sebagai Pasar Kambing, ya?

Satu-satunya penanda yang membuat wilayah tersebut ‘pantas’ disebut sebagai Pasar Kambing adalah patung kambing dengan tinggi 50 cm. Sayangnya, ukurannya kecil dan kondisinya sudah usang sehingga nggak banyak orang yang menyadari keberadaan patung tersebut. Padahal, patung ini menandakan adanya sejarah kalau di lokasi tersebut dulu adalah salah satu pusat perdagangan kambing terbesar di Jawa Tengah.

Kabarnya, pasar ini mulai eksis pada 1970-an. Beda dengan zaman sekarang di mana di pertigaan tersebut sudah dipenuhi bangunan dan permukiman, Pasar Kambing dulu berdiri di sebuah lahan kosong di pinggir jalan.

Pada masa jayanya, yakni 1980-an sampai 1990an awal, berbagai macam kambing dijajakan di sini. Bahkan, setiap kali menjelang Hari Raya Iduladha, pedagang dari berbagai tempat seperti Semarang, Grobogan, Kudus, Magelang, atau Ambarawa memenuhi wilayah tersebut untuk menjual hewan ternaknya. Saking ramainya Pasar Kambing, dulu deretan pedagang hewan ternak bisa dilihat dari wilayah yang kini menjadi Java Mall hingga ke Pasar Mrican.

Pasar Kambing kini dipenuhi rumah dan ruko. (Screenshot Google Street View)

Sayangnya, mulai 1995, pasar ini mulai semakin surut pamornya. Tempat kambing-kambing dijual mulai berganti menjadi ruko. Para pedagang pun semakin terdesak, sementara para pembeli semakin hilang minatnya untuk membeli kambing di sana.

Rukardi Achmadi, seorang pemerhati sejarah Kota Semarang menyebut salah satu faktor penyebab meredupnya pasar ini adalah karena pasar ini muncul secara alamiah, bukannya karena dibuat oleh pemerintah. Jadi, lahan kosong yang sebelumnya dijadikan pasar pun bisa dengan mudah berganti menjadi bangunan lain dan akhirnya lambat laun membuat pasar menghilang.

Ditambah dengan aturan dari Pemkot Semarang pada 1995 yang melarang warga berjualan kambing di tepi jalan pun akhirnya membuat pedagang nggak lagi bisa berjualan di sana. Apalagi, Pemkot sama sekali nggak menyiapkan lahan pengganti bagi mereka untuk berdagang. Otomatis, hilang sudah pasar tersebut.

“Saya harap, patung kambing dibangun lagi sehingga terekspos oleh generasi lebih muda. Selain itu, di sini diberi keterangan kalau dulu lokasi ini pernah jadi sentra pasar kambing Jawa Tengah sehingga nilai historis kawasan ini nggak hilang begitu saja,” saran Rukardi, Rabu (24/7/2019).

Jadi itu alasan mengapa ada daerah bernama Pasar Kambing di Semarang, ya Millens. (Hal/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: