Inibaru.id - Menurut peneliti astronomi dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), gerhana matahari hibrida merupakan fenomena langka yang jarang terjadi di wilayah yang sama. Gerhana matahari ini mengalami dua fase sekaligus, yaitu fase cincin dan fase total. Fenomena ini akan membuat langit menjadi gelap di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di bagian timur.
Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Antariksa BRIN Johan Muhammad menyampaikan, terjadinya gerhana Matahari hibrida disebabkan oleh berubahnya jarak antara permukaan Bumi yang melengkung dengan Bulan sebagai objek yang menghalangi Matahari saat gerhana.
Menurut Johan, Gerhana Matahari Hibrida merupakan gerhana yang sangat spesial karena jarang terjadi.
"Gerhana Matahari total secara singkat akan teramati di wilayah Indonesia bagian timur, sekitar satu menit. Sementara, daerah Indonesia lainnya akan mengalami gerhana matahari parsial. Gerhana matahari ini akan teramati sebagai gerhana matahari cincin di wilayah selatan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik," jelas Johan.
Sebagian lintasan Gerhana Matahari Total 2023 akan melewati wilayah lautan seperti Laut Timor dan Laut Banda. Johan menuturkan, daratan yang dilalui jalur gerhana matahari total adalah sebagian Timor Leste dan beberapa daerah di Papua Barat.
"Sebelumnya, kami telah melakukan simulasi prakiraan penampakan Gerhana Matahari 2023 dengan menggunakan data efemeris bulan dan matahari yang diintegrasikan menggunakan pemprograman komputer, sehingga visualisasinya dapat ditampilkan sesuai dengan waktu dan lokasi pengamat berada," terangnya.
Berdasar prakiraan tim BRIN, alur gerhana matahari total yang akan terjadi di Biak adalah sebagai berikut; Mulai gerhana sebagian pada pukul 12.20 WIT, gerhana total pada pukul 13.56 WIT, puncak gerhana total pukul 13.57 WIT, akhir gerhana total pada pukul 13.57 WIT, dan akhir gerhana sebagian pada 15.26 WIT.
Johan menambahkan, adapun gerhana matahari sebagian dapat diamati dari Lampung dan Jakarta, yaitu mulai pukul 09.31 WIB, puncak gerhana sebagian pada pukul 10.44 WIB, dan akhir gerhana sebagian pukul 12.02 WIB.
Oh ya, sebagai informasi, jika kamu penasaran ingin menyaksikan fenomena spesial tersebut, pastikan kamu nggak melihatnya secara langsung ya, Millens. Kamu perlu menggunakan filter khusus matahari.
"Alat yang dapat digunakan untuk mengamati gerhana matahari adalah teleskop yang dilengkapi filter matahari, kacamata khusus gerhana matahari, kamera DSLR lensa telefoto yang dilengkapi filter matahari dan kamera pin hole (lubang jarum)," terang Johan.
BRIN Lakukan Penelitian
Dengan adanya fenomena ini Pusat Riset Antariksa BRIN akan melaksanakan pengamatan dan penelitian di Biak dengan membentuk 3 tim khusus. Tim pertama akan melakukan penelitian matahari yaitu melakukan prediksi penampakan korona dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence, serta analisis bentuk korona untuk mengetahui fase aktivitas Matahari.
Tim kedua melakukan penelitian ionosfer dimana mereka akan meneliti dampak gerhana matahari terhadap kondisi ionosfer di Indonesia. Sementara tim peneliti ketiga akan melakukan penelitian geomagnet yakni meneliti dampak gerhana terhadap aktivitas geomagnet.
"Penelitian-penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak gerhana yang dapat berpengaruh pada teknologi-teknologi di Bumi yang berbasis teknologi antariksa seperti navigasi dan telekomunikasi,” papar Johan.
Tak berhenti di situ, Johan juga menuturkan bahwa penelitian-penelitian tersebut dapat jadi momentum untuk melakukan validasi model-model antariksa yang selama ini telah dibuat. Pengujian ini tentu sangat penting untuk mengetahui seberapa baik model yang ada sehingga dampak negatif cuaca antariksa dapat diantisipasi secara akurat. (Ike Purwaningsih/ E03)
