BerandaHits
Sabtu, 15 Agu 2025 15:01

Bendera 'One Piece' adalah Kritik Berbalut Kreativitas, Respons dengan Hati Jernih!

Ketua DPR RI Puan Maharani. (Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso via Detik)

Ketua DPR Puan Maharani mengkritik upaya represif pemerintah dalam menyikapi aspirasi masyarakat dalam Sidang MPR, Jumat (15/8). Melalui pidatonya, dia mengatakan bahwa sindiran seperti bendera One Piece adalah kritik berbalut kreativitas yang harus direspons dengan hati yang jernih.

Inibaru.id - Sindiran masyarakat di media sosial seperti tagar “kaburajadulu” untuk menyikapi berbagai karut marut di negeri ini hingga berkibarnya bendera One Piece menjelang peringatan HUT ke-80 Indonesia acap disikapi para pemangku kebijakan secara represif, bahkan arogan.

Alih-alih menjadikannya sebagai kritik untuk berbenah diri, sebagian pejabat publik justru memilih membela diri dengan menganggapnya semata olok-olok. Namun, Ketua DPR Puan Maharani sepertinya kurang sepakat dengan itu.

Dalam pidato Sidang Tahunan MPR dan Sidang MPR bersama DPR dan DPD di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025), dia memandang fenomena ini bukan sekadar olok-olok, melainkan bahasa kiwari (kekinian) yang digunakan rakyat untuk menyuarakan keresahan mereka.

"Dalam demokrasi, rakyat harus memiliki ruang yang luas untuk berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat, dan menyampaikan kritik," tegasnya.

Kritik dalam Bentuk yang Lebih Kreatif

Menurut Puan, kini kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya media sosial, sebagai corong suara publik. Kritik tajam seperti Indonesia Gelap hingga lelucon politik "Negara Konoha" menyebar luas di ruang digital. Ini adalah bahasa kritik.

"Aspirasi rakyat itu disampaikan dengan gaya bahasa mereka sendiri. Jadi, bagi para pemegang kekuasaan, suara rakyat itu bukan sekadar kata atau gambar, tapi ada pesan. Di balik setiap pesan ada keresahan. Nah, di balik keresahan itu ada harapan," tegas Puan.

Di hadapan tamu undangan yang hadir, yang merupakan para pejabat negara dan bekas pemimpin negara, dia pun mengajak semuanya untuk lebih bijak menyikapinya. Nggak hanya mendengar, tapi juga memahami apa yang tengah terjadi.

“Tidak hanya asal menanggapi, tetapi merespons dengan hati yang jernih dan pikiran yang terbuka. Kita semua berharap, apa pun bentuk dan isi kritik yang disampaikan rakyat tidak menjadi bara yang membakar persaudaraan,” tegasnya.

Berbagai Kritik yang Beredar di Ruang Digital

Bendera One Piece banyak dipasang bersanding dengan Merah-Putih sebagai bentuk kritik berbalut kreativitas. (Pontianakinformasi)

Di dunia yang semakin demokratis, menyuarakan kritik di ruang digital menjadi cara baru yang dilakukan masyarakat dunia, nggak terkecuali Indonesia. Jangkauan informasi yang luas membuat kritik lebih mudah tersebar, yang kemudian viral dan menjadi gerakan massa.

Berikut adalah sejumlah kritik untuk pemerintah Indonesia yang beredar di ruang digital belakangan ini:

1. Hashtag #KaburAjaDulu

Hastag atau tagar itu viral di media sosial sebagai respons terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah yang dianggap nggak berpihak pada masyarakat. Kritik yang sudah bergulir sejak tahun lalu ini nggak lepas dari program "makan gratis" yang justru mengorbankan sektor lain.

Subsidi makan yang menjadi program andalan Presiden RI Prabowo Subianto, meski sebetulnya positif, dianggap mengorbankan sektor pendidikan, hingga muncullah gerakan nyata brain drain atau merantaunya orang-orang berpendidikan tinggi ke luar negeri demi peluang hidup yang lebih baik.

2. Indonesia Gelap

Aksi protes yang didominasi para mahasiswa di media sosial ini merupakan representasi dari kritik terhadap pemangkasan anggaran pendidikan, khususnya program KIP Kuliah, serta kekhawatiran kebijakan populis yang tidak mempertimbangkan dampaknya terhadap akademisi dan generasi muda.

Aksi yang juga diikuti oleh para influencer, selebritas, sineas, pemusik, dan para pesohor lain di Indonesia. ini mencerminkan keresahan tentang masa depan pendidikan, ketimpangan, dan kekuasaan yang dianggap transparan.

3. Negara Konoha

Sindiran yang mengambil referensi dari anime Naruto ini telah mencuat sejak lama, tapi kian besar selama kontestasi Pemilu 2024 lalu. Perlu kamu tahu, Negara Konoha adalah desa ninja dengan sistem klan dan hierarki kuat dalam anime populer tersebut.

Di Indonesia, istilah ini digunakan untuk menyindir pemerintahan yang dianggap terlalu elitis atau tertutup, yang seolah politik hanya berlangsung dalam lingkaran tertutup, bukan untuk kepentingan publik. Gerakan tersebut kian meluas setelah tuduhan politik dinasti muncul di negeri ini pada Pemilu 2024 lalu.

Istilah Negara Konoha biasanya digunakan untuk mengganti kata "Indonesia" saat melontarkan kritik, mengungkapkan sindiran, atau membuat lelucon "tepi jurang" di ruang publik.

4. Bendera One Piece

Ini merupakan gerakan unik yang hingga kini masih banyak dilakukan masyarakat, meski kerap mendapatkan ancaman bahkan tindakan represif dari pihak berwajib, yakni mengibarkan bendera berwarna dominan milik bajak laut Topi Jerami yang dipimpin Monkey D Luffy dalam serial anime One Piece,

Seperti Naruto, anime waralaba asal Jepang ini juga cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Bendera One Piece bermunculan nggak lama setelah Presiden RI memberi instruksi untuk mengibarkan Merah-Putih dalam menyambut peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Kritik visual ini dimunculkan oleh berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga pengemudi truk, sebagai protes terhadap korupsi, pengangguran, dan kebijakan kontroversial yang dikeluarkan pemerintah.

Bendera ini dipandang sebagai ekspresi kebebasan berekspresi dan ketidakpuasan terhadap situasi politik yang mereka anggap menunjukkan ketidakadilan. Pemerintah bereaksi keras, meski ada yang menyatakan bahwa hal itu merupakan bagian dari kebebasan berekspresi yang dijamin konstitusi.

Pidato yang disampaikan Puan Maharani dalam Sidang Tahunan MPR ini sudah sepatutnya dilakukan. Sebagai wakil rakyat, dia memang harus merepresantasikan suara masyarakat, bukan? (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: