Inibaru.id – Sekilas nggak ada yang berbeda dengan Jembatan Bantengan di Jalan Klaten-Karanganom, Kecamatan Karanganom, Klaten, Jawa Tengah. Namun, jika kita menilik sejarah, lokasi ini punya cerita gelap. Soalnya, pada zaman dahulu, jembatan ini jadi tempat tahanan PKI dieksekusi mati tanpa didahului proses pengadilan.
Jembatan dengan panjang sekitar 25 meter dan lebar 6 meter itu berada di jalan kabupaten, Millens. Jembatan ini menghubungkan dua desa yaitu Desa Tarubasan, Kecamatan Karanganom di sebelah utara, dengan Desa Tempursari, Kecamatan Ngawen di sebelah selatan.
Adapun jarak dengan Dusun Polodadi, Desa Tarubasan di utaranya sekitar 100 meter. Sedangkan jarak dengan Dusun Gatak, Desa Tempursari di selatan lebih jauh yaitu sekitar 200 meter.
Jeda antara jembatan dengan dusun terdekat merupakan sawah dan tegalan. Di kanan dan kiri badan jembatan ditumbuhi semak dan rumpun bambu.
Di sana juga terdapat tempat pembuangan sementara (TPS) sampah, tepatnya bagian utara ujung jembatan, di sisi timur. Seperti sebagian besar tempat pembuangan sampah umum banyakan di Indonesia, aroma busuk bakal menusuk hidung jika sampah belum diambil petugas Pemkab Klaten.
"Kalau sampah belum diambil ya bau. Di situ dulu tempat tahanan PKI ditembaki," ungkap Sartono (70) warga Desa Tarubasan di lokasi, dilansir Detik, Jumat (23/9/2022).
Sartono bercerita, ketika peristiwa tersebut terjadi, dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia masih ingat rupa awal jembatan yang kini terbuat dari tembok tersebut.
"Dulu tidak begitu, tapi jembatan sesek terbuat dari bambu dan kayu. Tapi saya belum pernah lihat saat ditembaki, tidak berani," jelas Sartono.
Lokasi yang dijadikan tempat eksekusi, papar Sartono, ada di utara dan selatan jembatan. Dilansir Wahananews, Minggu (25/9/2022) Priyo Suharjo (74) mengatakan sejak dulu nama jembatan itu Bantengan.
"Jembatan bambu, menurun jalannya. Sejak dulu juga namanya Bantengan," kata Priyo.
Dibariskan di Jembatan
Masih melansir Wahananews, para tahanan yang disinyalir terlibat dalam G30S PKI diturunkan dari truk dan diminta berjalan menuju bawah jembatan. Mereka lantas diminta berbaris dan ditembak.
"Mereka diminta berdiri di cekungan, di bawah kanan kiri jembatan. Ya kadang ada 10 atau 15 orang yang ditembak, turunnya (dari truk) di pojok desa itu lalu disuruh jalan kaki (sampai ke jembatan)," kenangnya.
Dia juga mengungkapkan, setelah ditembak, mayat-mayat ini dikubur sekenanya. Hal ini menyebabkan bau anyir yang menyengat. Karena mengganggu, warga waktu itu berinisiatif untuk mengubur dengan lebih baik. Meski sudah dikubur, kata Priyo tempat itu masih bau.
Ketua BPD Desa Tarubasan, Kecamatan Karanganom, Kusdiyono, mengungkapkan pernah ada keluarga tahanan PKI hendak membuat taman di lokasi eksekusi.
"Dulu ada keluarga eks PKI mau membuat taman tapi tidak disetujui. Sebab saat itu sedang bingung mencari lokasi TPS sampah," jelas Kusdiyono kepada Detik.
Akhirnya dipilihlah lokasi TPS di sekitar jembatan hingga saat ini. Wah, nggak nyangka ya sebelum bau busuk sampah, di bawah jembatan ini pernah tercium anyir yang menyengat dari mayat orang-orang yang diduga terlibat G30S PKI. (Siti Zumrokhatun/E07)