BerandaHits
Sabtu, 23 Agu 2024 15:22

Bangkit dari Luka: Menghadapi Ujian dari Sosok Ayah

Ilustrasi: Perasaan sedih dan kecewa anak perempuan yang tidak mendapati peran ayah dalam hidupnya. (istockphoto.com/ deepart836)

Bagi beberapa anak, khususnya anak perempuan, menghadapi luka akibat perilaku ayah yang tidak bertanggung jawab atau bahkan menyakiti keluarga itu tidak mudah. Namun, ada cara yang dapat dilakukan agar bisa bangkit dari luka itu.

Inibaru.id - Setiap manusia pasti memiliki cerita dalam hidupnya. Cerita itu bisa tentang canda tawa atau juga air mata, karena dalam menjalani kehidupan, pasti nggak luput dari yang namanya ujian. Ujian juga bisa datang dari mana saja. Bahkan terkadang, ujian itu datang dari orang terdekat yang yang seharusnya menjadi pelindung, pengayom, dan teladan.

Bayangkan, bagaimana rasanya ketika sosok ayah yang seharusnya menjadi pahlawan, justru menjadi sumber dari semua kesedihan? Bagi sebagian dari kita, ini bukan sekadar bayangan, tapi kenyataan pahit yang harus dihadapi.

Bagi seorang anak, terlebih anak perempuan, peran seorang ayah sangatlah penting. Tetapi, ketika ayah tersebut justru menjadi sumber duka dengan tidak bertanggungjawab terhadap keluarga, tidak menafkahi secara materi atau bahkan berselingkuh, luka itu akan terus membekas.

Kepercayaan pada sosok ayah yang dirusak ini bisa membuat sang anak kecewa dan trauma. Trauma itu juga bisa menghantui sang anak ketika harus memilih pasangan hidup.

Tapi jangan khawatir, menurut KH Fahrurrozi, pembicara dalam kajian Nongkrong Tobat di Semarang, teruntuk anak perempuan yang mengalami ujian seperti itu, nggak perlu khawatir akan jodoh. Masih banyak laki-laki baik di luar sana yang layak dijadikan pasangan hidup, kok.

"Nggak perlu risau, masih banyak orang baik di muka bumi ini. Tinggal gimana kita nanti ikhtiar. Banyak kok orang yang mengalami masa lalu kurang baik kemudian dapat sesuatu yang baik di masa depan," ungkap ustadz dengan baju putih itu.

Tetap Tegar dan Berdoa

Ilustrasi: Perasaan benci muncul seharusnya hanya pada perbuatannya, bukan sosok ayah. (Istimewa)

Menurut Ustadz Fahrurrozi, kecewa yang dialami anak ketika mendapati ayah yang seperti itu adalah wajar. Sangat manusiawi untuk merasakan kekecewaan. Namun, yang terpenting adalah tetap mendoakan sang ayah.

"Kecewa itu boleh dan sangat wajar. Tapi tetap ayahnya didoakan semoga bisa menjadi lebih baik ke depannya. Karena orang bisa bertaubat kapan saja," jelasnya.

Tentu saja, perasaan benci itu bisa muncul. Tapi Ustadz Fahrurrozi mengingatkan bahwa kita seharusnya hanya membenci perbuatannya, bukan sosok ayah itu sendiri.

Lalu jika orang-orang membicarakan sang ayah yang negatif, ustadz menyarankan agar kita tutup telinga saja dan tidak menghiraukannya.

“Misal ada yang menjelekkan ayahmu karena perbuatan buruknya, sekalipun itu ayahmu sendiri, tutup telinga saja! Yang penting kita tetap melaju. Berprestasi, hingga nanti mencapai puncak sukses!"

Hari ini, mungkin kita merasa terpuruk karena perbuatan ayah yang tak bertanggung jawab. Tetapi, jangan biarkan itu menjatuhkan kita. Ustadz Fahrurrozi mengingatkan bahwa kita bisa memiliki kekuatan untuk mengubah rasa sakit itu menjadi sesuatu yang indah.

"Mungkin hari ini kita dianggap sampah karena ayah yang harusnya melindungi kita tapi justru tak bertanggung jawab pada kita. Tapi ingat, kita harus tetap tegar menghadapi dan percaya bahwa dengan bantuan Allah, kita bisa mengubah sampah itu menjadi emas," tandasnya.

Hidup ini penuh ujian. Kadang, ujian itu datang dari tempat yang tak pernah kita duga. Namun, bukan berarti kita harus terpuruk. Setiap luka bisa sembuh, setiap trauma bisa dilawan. Yang terpenting adalah tetap berdoa, tetap berusaha, dan percaya bahwa di balik semua kesedihan, ada kebahagiaan yang menanti! (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024