Inibaru.id - Di Santrendelik, Semarang, Kamis malam menjadi lebih dari sekadar waktu untuk bersantai. Setiap pukul 7 malam, tempat ini dipenuhi jamaah yang datang dengan satu tujuan: mengejar ilmu dan wawasan melalui kajian "Nongkrong Tobat."
Malam itu, Kamis (8/8) tema yang diusung bukan main-main, "Darurat Fatherless," sebuah isu yang tengah menjadi perhatian, terutama di kalangan anak muda yang semakin sadar akan pentingnya peran ayah dalam hidup mereka.
KH Fahrurozi, yang menjadi pembicara dalam kajian tersebut, mengungkap bahwa istilah "fatherless" bukan hanya tentang kehilangan figur ayah secara fisik, tetapi juga kurangnya peran ayah dalam kehidupan anak-anak.
Hal ini bisa terjadi karena sang ayah telah tiada, terlalu sibuk bekerja, atau sering meninggalkan rumah dalam waktu yang lama. Ustadz Fahrurozi juga menceritakan pengalaman pribadinya ketika pergi haji selama 40 hari dan meninggalkan anaknya yang masih berusia dua tahun.
“Saat saya pulang, anak saya tidak mengenali saya lagi," ujarnya dengan nada prihatin. Ini menjadi bukti betapa pentingnya kehadiran seorang ayah dalam membentuk ikatan emosional dengan anak-anaknya.
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa tanggung jawab mendidik anak tidak sepenuhnya bisa diserahkan kepada ibu. Ayah perlu meluangkan waktu untuk berperan aktif, meski dalam keterbatasan waktu.
"Kalau memang tidak bisa mendidik langsung, ayah bisa menitipkan anak ke tempat yang bisa menggantikan peran tersebut, seperti rumah kiai atau pondok pesantren," sarannya.
Namun, sebagai anak, kita juga tidak bisa menuntut ayah untuk menjadi sosok yang sempurna. Ayah memiliki tanggung jawab besar di luar rumah yang juga harus dipenuhi.
"Baik ada ayah secara fisik atau tidak, jika kita sejak kecil sudah kehilangan figur ayah, itu bukan berarti kita akan gagal dalam hidup," tambahnya, memberi penguatan kepada jamaah yang hadir.
"Yakinlah, kita bisa berjuang. Jika ada figur ayah secara fisik, bersyukurlah. Namun, jika tidak, apapun sebabnya, kita tidak boleh pasrah atau menyerah," tandasnya.
Kajian Nongkrong Tobat malam itu meninggalkan kesan mendalam bagi para jamaah. Mereka pulang dengan pemahaman baru tentang pentingnya peran ayah dalam kehidupan, serta keyakinan bahwa setiap ujian yang dihadapi dalam hidup adalah bagian dari perjuangan yang patut disyukuri. (Rizki Arganingsih/E10)