BerandaHits
Jumat, 25 Jan 2024 10:37

Baliho Caleg Berpotensi Jadi Sampah Visual dan Ancam Keindahan Kota

Ilustrasi: Bendera dan baliho caleg yang ada saat ini berpotensi menjadi sampah visual pascapemilu. (VOA/Antara)

Kota yang sudah tertata rapi belakangan menjadi ramai dan penuh dengan baliho caleg di sana-sini. Saat pesta demokrasi usai, para caleg itu hendaknya membereskan sampah baliho agar nggak merusak keindahan kota.

Inibaru.id - Musim kampanye seperti ini, bendera, baliho, pamflet yang berisi foto dan visi misi para caleg sudah jadi pemandangan yang lazim di jalan-jalan. Bertujuan untuk memberi tahu kepada masyarakat tentang informasi terkait caleg bersangkutan, sayangnya alat peraga kampanye (APK) itu nggak terorganisir dengan baik dan justru bakal jadi sampah visual pascapemilu.

Tampaknya, jumlah APK yang sangat banyak di jalan-jalan membuat keresahan tersendiri bagi kelompok pegiat lingkungan hidup Pandawara Group. Mereka memberi imbauan pada semua partai politik di periode kampanye Pemilu 2024 agar bertindak sesuai misi yang mereka bawa soal lingkungan, khususnya pengolahan sampah.

"Untuk seluruh partai politik yang sedang berkampanye untuk Pemilu tahun 2024, alangkah baiknya, setelah masa kampanye selesai, kami yakin, seluruh partai politik nantinya bisa mengolah dan merapikan kembali banner maupun bendera dari hasil kampanye itu sendiri," kata mereka dalam unggahan video pendek di media sosial pada Senin, 22 Januari 2024.

Imbauan yang disampaikan Pandawara Group memang sudah semestinya. Sebab, Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) menyoroti produksi sampah visual meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena kampanye Pemilu 2024 ini. Selain hanya akan menjadi puluhan ton sampah, APK di jalanan itu juga bisa mengganggu pengguna jalan.

Merusak Keindahan Kota

Ilustrasi: Baliho biasanya terbuat dari bahan plastik yang sulit terurai oleh alam. (Terasmaluku/Priska Birahy)

Sebenarnya, isu sampah visual bukan masalah baru di negeri ini. Tapi, dengan adanya tahun politik, isu lama yang belum terpecahkan ini semakin membutuhkan penanganan serius. Kenapa?

Pertama, bahan pembuatan baliho yang umumnya terbuat dari plastik atau bahan sintetis lainnya sulit terurai oleh alam. Ini berarti baliho-baliho yang nggak lagi diperlukan akan menjadi sampah yang bertumpuk dan mencemari lingkungan.

Kedua, proses produksi baliho juga dapat menyumbangkan dampak buruk terhadap lingkungan, mulai dari penggunaan sumber daya yang besar hingga polusi akibat limbah produksi.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya para caleg melakukan kampanye yang lebih menarik dan berkelanjutan. Mereka harus tahu estetika kota yang indah dan lingkungan yang sehat adalah hak masyarakat yang nggak boleh diabaikan.

Menurut Prof Bakti Setiawan, Dosen Fakultas Teknik UGM, keberadaan sampah visual seringkali mengganggu keindahan kota, dan masyarakatlah yang seharusnya menyadari akan ketidaknyamanan tersebut.

Evaluasi seputar tata perkotaan perlu dikaji lebih mendalam, bukan hanya tentang letak bangunan yang bersifat permanen, namun juga letak iklan-iklan yang strategis agar nggak mengganggu fungsi sarana dan visual perkotaan.

“Setiap orang memiliki hak atas kota yang lebih cantik, termasuk dari sisi sampah visual. Jadi karena ini juga mulai diperhatikan, saya kira gerakan ini perlu diteruskan untuk menjaga kota kita,” ujar Bakti, dikutip dari website UGM (19/1/2024).

Ya, semoga saja para caleg baik yang nanti menang ataupun kalah sama-sama bertanggung jawab atas baliho-baliho yang sudah terpajang di jalan. Kota yang sudah rapi dan bersih harus kembali seperti semula tanpa ada tumpukan baliho plastik yang terbengkalai. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024