BerandaFoto Esai
Senin, 19 Jan 2025 09:47

Membesuk Penjara Mlaten Semarang, si Tua Renta yang Sekarang Malih Rupa

Setelah ditutup cukup lama, bangunan bersejarah di Jalan Dr Cipto Semarang yang dikenal sebagai Penjara Mlaten kembali dibuka dan direvitalisasi menjadi Rutan Kelas I Semarang.

Menjadi bagian dari saksi bisu Pertempuran Lima Hari di Semarang, Penjara Mlaten, si tua renta yang cukup lama mangkrak kini malih rupa setelah beralih fungsi menjadi Rutan Kelas I Semarang.

Inibaru.id - Sewaktu menulis tentang spot bersejarah di Jalan Dr Cipto Semarang untuk Inibaru.id pada 2019 lalu, ada satu tempat yang gagal saya jangkau, yakni Penjara Mlaten.

Kala itu, statusnya sebagai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) membuat izin peliputan begitu berbelit, sehingga saya memutuskan untuk menangguhkannya.

Kesempatan menyambangi Penjara Mlaten akhirnya datang juga setelah beberapa waktu lalu saya bertemu Kepala Rutan Kelas I Semarang Eddy Junaedi. Kebetulan, Penjara Mlaten saat ini dialihfungsikan menjadi "hotel prodeo" di bawah kekuasaannya.

Oya, saya tertarik pada Penjara Mlaten karena bangunan ini adalah salah satu saksi bisu Pertempuran Lima Hari (Pertempuran Semarang) di Kota Lunpia yang melibatkan pasukan Jepang dengan pemuda dan militer Tanah Air pada 15-20 Oktober 1945.

Sedikit yang saya tahu, Penjara Mlaten sudah berdiri sejak masa penjajahan Belanda, yang diperuntukkan bagi para tahanan pria bumiputera. Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, tempat ini menjadi kamp pengasingan orang Belanda di Indonesia.

Telah Lama Dikosongkan

Terletak di Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Penjara Mlaten bersisian dengan Rumah Deret; bangunan ikonik yang konon dulunya merupakan bagian dari penjara ini. Sementara, di seberangnya ada Gedung Sobokartti, bangunan bersejarah lain yang kini difungsikan sebagai sanggar tari dan kesenian.

Eddy Junaedi mengatakan, Penjara Mlaten sudah berdiri sejak 1881 semasa penjajahan Belanda. Setelah menjadi Rupbasan, tempat ini cukup lama kosong. Barulah pada Oktober 2023 lalu Kemenkumham Kanwil Jateng memutuskan untuk memakai kembali bangunan ini.

"Bangunan eks-Penjara Mlaten ini sekarang menjadi Rutan Kelas I Semarang; berfungsi sebagai tempat penahanan, meski bersifat sementara atau titipan, sebelum dibawa ke penjara pusat," tuturnya saat mengajak saya berkeliling gedung.

Lantaran terbengkalai cukup lama, Eddy mengatakan, Penjara Mlaten tampak karut marut dengan bangunan masih tertutup seng. Pada bagian belakang, bangunan tua bekas penjara tampak masih berdiri, tapi rapuh, seperti tinggal menunggu waktu saja untuk ambruk.

"Bangunan ini tadinya penuh belukar; sampah berserakan di mana-mana. Tapi, sekarang sudah dibersihkan. Saat ini kami masih melakukan renovasi dan revitalisasi untuk bangunan tuanya," ungkap Eddy sembari menunjuk beberapa bagian yang tampak masih dibenahi.

Rutan Mulai Beroperasi

Beberapa blok sel lama di Penjara Mlaten ini temboknya memang tampak sudah rapuh dan harus direnovasi. Namun, bukan berarti seluruh bangunan nggak berfungsi. Ada juga bangunan baru yang sudah beroperasi, khususnya untuk menampung tahanan, yakni Gedung Yudhistira.

Gedung tiga lantai ini sepenuhnya berfungsi sebagai sel tahanan, tapi belum sepenuhnya terisi. Baru ada 240 tahanan yang menghuni Rutan Kelas I Semarang ini, yang didominasi kasus narkoba. Karena bukan bangunan lama, menurut saya nggak ada yang menarik dari gedung ini, kecuali cerita horornya. Ha-ha.

Eddy mengungkapkan, beberapa blok penjara lama yang rapuh akan dirobohkan, kecuali dua gedung. Namun, karena kondisinya nggak memungkinkan, kedua bangunan nggak akan dijadikan sebagai ruang tahanan, tapi tempat ibadah.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya. Bangunan yang kami pertahankan akan kami jadikan tempat ibadah," tuturnya.

Bangunan Lama Rusak Parah

Sedikit gambaran, kompleks Penjara Mlaten yang lama berupa sebidang halaman luas yang dikelilingi sejumlah bangunan. Andai terawat baik, saya bayangkan area ini mirip penjara di luar negeri yang khas dengan halaman luas berteralis yang dikelilingi gedung-gedung tua menjulang.

Namun, genangan air dan puing-puing bangunan yang terserak di mana-mana menyulitkan kami menjangkau sisi timur. Hanya sisi utara yang bisa kami jangkau, yakni tempat dua gedung tua yang kata Eddy akan dijadikan sebagai tempat ibadah.

Bagian dalam kedua bangunan tersebut masih terlihat seperti bentuk aslinya, berupa sel-sel berukuran besar yang saya duga dulunya merupakan sel bangsal untuk menampung banyak tahanan sekaligus. Bangunannya cukup kokoh, meski menurut saya memang nggak "aman" untuk dijadikan sebagai ruang penjara.

Ah, kesal rasanya mengetahui hanya kedua bangunan ini yang bisa dipertahankan, sedangkan sebagian besar lainnya harus dirobohkan. Namun, saya tahu bahwa merawat gedung tua, sebagaimana banyak bangunan tua di Kota Lama, bukanlah perkara gampang, apalagi untuk merevitalisasinya agar berfungsi kembali.

Jadi, mau gimana lagi? Paling nggak, masih ada yang tersisa dari Penjara Mlaten, kan? (Murjangkung/E03)

Terus tergenang air serta dipenuhi puing-puing bangunan membuat sebagian besar bangunan Penjara Mlaten nggak lagi bisa digunakan dan sulit direvitalisasi.
Bagian dalam bangunan lama Penjara Mlaten akan dipertahankan.
Beberapa pekerja proyek tengah merevitalisasi bangunan lama Penjara Mlaten yang masih bisa terselamatkan.
Gedung Yudhistira, bangunan tiga lantai untuk sel utama yang dibangun setelah Penjara Mlaten difungsikan sebagai Rutan Kelas I Semarang.
Rutan Kelas I Semarang yang merupakan bekas Penjara Mlaten telah beroperasi, tapi Gedung Yudhistira yang menjadi bangunan sel utama belum sepenuhnya terisi.
Jemuran para tahanan; saat ini 'hanya' 240 tahanan yang menghuni Rutan Kelas I Semarang.
Kepala Rutan Kelas I Semarang Eddy Junaedi menunjukan bangunan bekas Penjara Mlaten sudah nggak lagi bisa digunakan.
Agar bisa difungsikan sebagai Rutan Kelas I Semarang, beberapa bangunan baru didirikan di kompleks Penjara Mlaten.
Dengan kondisi bangunan yang nggak terawat dan ditumbuhi belukar, sebagian besar bangunan lama Penjara Mlaten nggak lagi bisa dijangkau, apalagi digunakan.
Kendati telah dipenuhi belukar, dua bangunan tua di Penjara Mlaten ini akan dipertahankan untuk dijadikan sebagai tempat ibadah.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: