inibaru indonesia logo
Beranda
Foto Esai
Minggu, 13 Okt 2024 09:00
Klenteng 'Dewa Langit' Welahan, Rumah Pusaka Ratusan Tahun dari Tiongkok
Bagikan:
Tempat penyimpanan pusaka utama sekaligus beribadah kepada Dewa Langit.
Meski telah berusia ratusan tahun, Klenteng Dewa Langit Welahan atau Hian Thian Siang Tee masih terlihat kinclong karena mengalami pengecatan secara berkala. 
Lukisan sepasang Men Shen (Dewa Pintu di Klenteng Welahan terlihat gagah menjaga pusaka dari gangguan roh jahat. 
Tempat pemujaan Maitreya atau Buddha Tertawa di Klenteng Welahan.
Ornamen serba merah menjadi bagian nggak terpisahkan dari Klenteng Welahan. 
Patung dewa sedang bertapa di dalam gua yang sedang direnovasi.
Di kompleks Klenteng Welahan, ada area outdoor yang bisa dipakai untuk duduk-duduk santai. 
Selain pusaka, Klenteng Welahan juga memiliki alat musik tradisional yang dimainkan pada momen tertentu.
Maitreya atau Buddha Tertawa diletakkan di tengah kolam.
Vihara atau kuil Buddha di Klenteng Welahan berlokasi di bagian belakang bangunan.

Klenteng Dewa Langit Welahan atau Hian Thian Siang Tee. 

Sudah ratusan tahun usianya, tapi Klenteng 'Dewa Langit' Hian Thian Siang Tee di Welahan tetap glowing karena masih terus beroperasi hingga kini.

Inibaru.id - Pada jam-jam sibuk, Pasar Welahan menjadi salah satu tempat paling padat di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Namun begitu, nggak banyak yang tahu bahwa wilayah ini menyimpan salah satu klenteng tertua di Indonesia. Kelenteng Hian Thian Siang Tee namanya.

Sedikit informasi, Hian Thian Siang Tee adalah Dewa Langit bagian utara yang berkedudukan sangat tinggi dalam ajaran Tao. Di Welahan, ada dua klenteng besar yang menjadi tempat ibadah masyarakat, yakni Kelenteng Hian Thian Siang Tee (Dewa langit) dan Kelenteng Hok Tek Bio (Dewa Bumi).

Nah, khusus untuk Klenteng Hian Thian Siang Tee, masyarakat setempat biasa menyebutnya Klenteng Welahan saja. Lokasinya berada di dalam Gang Pinggir yang selalu ramai orang, sekitar 50 meter ke selatan dari Pasar Welahan.

Dalam sebuah referensi, klenteng ini diperkirakan berangka tahun 1600-an. Namun, Sekretaris Yayasan Klenteng Welahan Suwoto mengatakan, Hian Thian Siang Tee baru berdiri pada abad ke-18, yang dibangun sebagai bentuk terima kasih atas kesembuhan seorang biksu.

Menyimpan Pusaka Kuno

Suwoto menerangkan, Klenteng Welahan dikenal luas oleh masyarakat Tionghoa karena menyimpan pusaka-pusaka kuno dari Tiongkok yang telah berusia ratusan tahun, di antaranya adalah sebilah pedang kuno (po kiam) dan selembar kertas halus bergambar Hian Thian Siang Tee (sien tjiang).

Dikutip dari buku Kajian Naskah Akademik Klenteng Welahan Kabupaten Jepara, pusaka itu dibawa oleh seorang ahli pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe yang akan melakukan perjalanan untuk menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu mendarat di Jawa, bernama Tan Siang Djie.

Dalam perjalanan, Tan Siang Hoe bertemu seorang hweeshio (pendeta Tao) yang sakit keras. Tan Siang Hoe pun merawat dan memberikan pertolongan hingga sembuh. Sebagai balas budi, sang biksu memberi bingkisan berupa sekantong benda pusaka kepada Tan Siang Hoe.

Setiba di Jawa, Tan Siang Hoe menyerahkan pusaka tersebut, yang berisi satu patung ular dan kura-kura, sehelai sien tjiang, sebilah po kiam, satu hio lauw (tempat abu), dan satu jilid Tjioe Hwat (buku ramalan), kepada Tan Siang Djie.

Tempat Pengobatan

Suwoto mengungkapkan, Tan Siang Hoe awalnya berlabuh di Semarang, lalu menempuh perjalanan darat hingga tiba di kediaman Tan Siang Djie. Lokasi tepatnya diperkirakan berada di sebelah Pabrik Rokok (PR) Norojono saat ini.

"Kantong berisi pusaka itu dititipkan ke rumah seorang warga di Gang Pinggir. Namun, kemudian banyak yang datang untuk berobat di rumah tesebut, maka dibangunlah klenteng di rumah ini," ulasnya. "Seiring bertambahnya umat, dibangunlah altar hingga jadi seperti sekarang."

Klenteng Hian Thian Siang Tee mudah dikenali dari bangunannya yang bercat merah dan dua patung naga berukuran besarnya yang tampak garang di atas pintu gerbang. Kedua naga tersebut, Suwoto menjelaskan, melambangkan kekuatan dan persatuan.

"Lalu, ada bola api di tengah kedua naga; itu menandakan perebutan kekuasaan," jelasnya. "Jadi, ibarat manusia itu hidup saling berebut kekuasaan dan kekayaan."

Klenteng Lima Kimsin

Perlu kamu tahu, konsep klenteng (atau bio dalam bahasa Hokkian) hanya ada di Indonesia, yang dibuat sebagai tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional orang Tionghoa. Di dalamnya ada beberapa kepercayaan. Pun demikian dengan Klenteng Welahan.

"Klenteng ini punya lima Kimsin (patung dewa); yaitu Kongco atau Dewa Hian Thian Siang Tee sebagai tuan rumah, lalu Kongco Kwan Tee Kun dan Khong Hu Cu," terangnya. "Selain itu ada Sang Buddha Utama di bagian tengah dan Makco (Dewi) Kwan Im di sisi kiri."

Selain itu, Suwoto mengimbuhi, pada bagian belakang klenteng juga berdiri patung Buddha Maitreya (Buddha Tertawa) yang dikelilingi danau kecil dan hewan-hewan melata. Ini menjadi gambaran bahwa manusia yang tidak menjalankan perintah dari lahir akan terlahir kembali ke alam setan atau karma.

Wah, filosofis sekali ya, Millens? Kalau ada kesempatan mampir ke Pasar Welahan, sempatkan untuk menengok benda-benda pusaka di Klenteng "Dewa Langit" Welahan ini ya! (Alfia Ainun Nikmah/E03)

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved