BerandaFoto Esai
Senin, 1 Okt 2023 09:57

Bernostalgia di Tengah Besarnya Perputaran Uang Pasar Sentiling Semarang

Suasana sore di Pasar Sentiling 2024 yang berlokasi di area parkir Metro Point Kota Lama Semarang.

Pasar Sentiling menjadi event tahunan yang selalu dinantikan pelaku UMKM di Kota Semarang karena besarnya peluang dan perputaran uang di sana.

Inibaru.id - Keriuhan Pasar Sentiling telah resmi berakhir seiring dengan ditutupnya Festival Kota Lama Semarang pada 17 September 2023 lalu. Sejak menjadi bagian dari festival tahunan tersebut pada 2018, pasar bertajuk "kuliner nostalgia" ini menjadi salah satu spot paling dinantikan pengunjung.

Nggak hanya pengunjung, Pasar Sentiling juga ditunggu para pelaku UMKM karena di situlah mereka punya kesempatan untuk mendulang rupiah lebih besar sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Hal itu wajar, karena sejak dibuka pada 7 September lalu, pasar ini telah begitu menyedot perhatian pembeli.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Penanggung Jawab Pasar Sentiling Febriyanto Rachmat. Dia mengatakan, dari tahun ke tahun, antusiasme pengunjung selalu luar biasa, nggak terkecuali kali ini. Jadi, perputaran ekonomi untuk tahun ini kemungkinan nggak jauh berbeda dengan sebelumnya.

"Tahun lalu (perputaran ekonomi) mencapai Rp3 miliar. Merujuk angka itu, kemungkinan tahun ini bakal ada perputaran sebesar itu juga," tutur Febriyanto, sapaan akrabnya. "Untuk sekelas UMKM, ini cukup bagus dan bisa mendongkrak pendapatan."

Semula Hanya Empat Hari

Untuk yang belum tahu, sudah tujuh tahun Pasar Sentiling menjadi bagian dari Festival Kota Lama Semarang yang tahun ini memasuki usia ke-12. Semula, pasar UMKM yang diinisiasi Toko Oen, salah satu tempat makan legendaris di Semarang ini hanya berlangsung selama empat hari.

Namun, peminat yang begitu besar membuat durasi Pasar Sentiling terus ditambah. Febriyanto mengungkapkan, untuk tahun ini Pasar Sentiling berlangsung selama 11 hari, menggabungkan kuliner legendaris lokal dengan luar kota Semarang.

"Pembagiannya fifty-fifty. Sebagian kuliner lokal, sebagian luar kota," terang Febrianto.

Pembagian tenant tersebut, dia melanjutkan, dipilih melalui proses seleksi yang ketat agar pengunjung memperoleh pengalaman terbaik sepulang dari Pasar Sentiling. Seluruh tentant menjangkau semua kalangan sosial dan dikurasi berdasarkan rasa autentik terbaik yang mereka miliki.

Kuliner-Kuliner Legendaris

Pemilik tenant kuliner legendaris Es Puter Cong Lik Septian mengaku bersyukur karena bisa menjadi bagian dari event Pasar Sentiling tahun ini. Dia senang lantaran dagangannya selalu laku keras. Dalam sehari, rata-rata es krim khas Kota Lunpia ini bisa terjual hingga lebih dari 50 porsi.

"Yang paling laku (es puter) varian durian kelapa dan alpukat kelapa. Dibanding event lain di Semarang yang pernah saya ikuti, Pasar Sentiling memang paling bagus penjualannya," terang Septian.

Setali tiga uang, penjual kue putu Mahendra juga mengaku ketiban pulung lantaran menjadi bagian dari event Pasar Sentiling tahun ini. Omzetnya mencapai Rp3 jutaan sehari dan terbilang stabil selama event berlangsung.

"Masih bagus tahun kemarin (penjualannya) karena sehari (omzet) bisa Rp7 juta; tapi tetap bersyukur karena masih bisa bersaing dengan kuliner-kuliner lain," aku Mahendra.

Memperkenalkan Kuliner Tradisional

Meski mengalami penurunan dari segi pendapatan, Mahendra nggak mau ambil pusing. Tujuannya datang jauh-jauh dari Magetan, Jawa Timur, ke event ini adalah memperkenalkan kuliner tradisional ke anak muda, tentu saja sembari tetap mendulang untung.

"Dulu kue putu banyak disukai. Namun, setelah muncul kuliner-kuliner kekinian, peminatnya jadi berkurang," tuturnya. "Tapi, saya bertahan dengan mencoba terus menawarkan varian lain seperti isian coklat dan nangka."

Gayung pun bersambut. Pasar Sentiling rupanya juga dimanfaatkan pengunjung untuk bernostalgia dengan kuliner zadul yang mungkin hanya bisa mereka temukan semasa kecil. Deska Riftiana, misalnya, sengaja mengunjungi Pasar Sentiling untuk hunting kuliner yang sudah sulit dia temukan di daerahnya.

Meski semula nggak terencana, kedatangan Deska bersama ketiga kawannya ke Pasar Sentiling berakhir dengan perburuan kuliner yang mengasyikkan. Di tangannya, perempuan asal Blora itu menenteng kue putu, kudapan zadul dari tepung beras berisi gula jawa yang dibalut kelapa parut.

"Ini (kue putu) adalah jajanan favoritku sewaktu kecil. Dulu ada penjual yang keliling, tapi sekarang susah. Nah, pas lihat di Pasar Sentiling, aku senang. Jadi, langsung beli, deh!" serunya, lalu tersenyum senang.

Penjual dan pembeli di Pasar Sentiling disatukan dalam tajuk yang sama, yakni keinginan mengenang kuliner tradisional yang bikin bernostalgia. Semua senang. Lebih senang lagi karena ada perputaran uang yang besar di sana. So, sampai jumpa tahun depan! (Fitroh Nurikhsan/E03)

Pengunjung sedang menikmati menu kuliner buruannya di Pasar Sentiling.
Para pedagang sudah mulai menata dagangan di Pasar Sentiling sejak siang hari.
Transaksi antara penjual dan pembeli di Pasar Sentiling menggunakan kartu yang sediakan panitia.
Selain kuliner Semarang, kamu bisa menemukan aneka menu legendaris dari berbagai kota di Pasar Sentiling.
Pasar Sentiling menjadi tempat yang cocok sebagai wisata keluarga.
Untuk menarik minat pengunjung, Pasar Sentiling juga memberikan diskon dengan syarat-syarat tertentu.
Selama 11 hari beroperasi mulai pukul 15.00 hingga 22.00 WIB, Pasar Sentiling telah meningkatkan penjualan para pelaku UMKM di Kota Semarang dan sekitarnya.
Jajanan tradisional seperti serabi masih bisa kalian temukan di Pasar Sentiling.
Pembuatan Es Puter Cong Lik yang dikalukan dengan cara tradisional.
Suasana sore di Pasar Sentiling 2024 yang berlokasi di area parkir Metro Point Kota Lama Semarang.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024