BerandaAdventurial
Kamis, 8 Feb 2023 11:00

Watu Ambal, Tangga Berusia Ribuan Tahun di Lereng Gunung Sumbing

Situs Watu Ambal yang ada di Gunung Sumbing. (Arcomsoekarno)

Situs Watu Ambal sempat diduga sebagai puncak candi karena lokasinya ada di sebuah bukit curam di lereng Gunung Sumbing. Tapi, nggak ada satu pun reruntuhan candi di sana. Lantas, apa sih fungsi dari situs ini?

Inibaru.id – Selalu ada hikmah dari adanya cobaan. Hal ini benar-benar berlaku untuk bencana tanah longsor yang terjadi pada 15 April 1866 di Desa Tlahap, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Bencana ini justru menyingkap tangga kuno dengan usia yang diyakini telah mencapai ribuan tahun. Sebutan untuk tangga kuno tersebut adalah Watu Ambal.

Awalnya, hanya sekitar 20 anak tangga yang terlihat di lereng Gunung Sumbing tersebut. Setelah digali oleh utusan pemerintah Hindia Belanda, 82 anak tangga kemudian tersingkap. Setelah itu, terungkap pula situs kuno dengan arca, lingga, yoni, dan prasasti yang nggak kalah misterius.

Situs ini cukup populer di kalangan warga setempat. Hal ini diamini oleh Asro Utomo, laki-laki berusia 54 tahun yang berprofesi sebagai petani.

“Saya sudah mengetahui situs ini sejak usia 10 tahun, sekitar 44 tahun yang lalu,” ungkapnya sebagaimana diungkap dalam sebuah blog berisi tempat-tempat bersejarah Arcomsoekarno.

Diduga Sebagai Bagian Puncak Candi

Tangga di situs Watu Ambal. (YouTube/Asisi Channel)

Ada beberapa faktor yang membuat situs ini terlihat misterius. Situs ini dibangun di atas lereng bukit yang sangat curam. Tangganya juga dibuat dengan batuan andesit, persis seperti bahan candi-candi yang dibangun pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno seperti Borobudur atau Prambanan. Selain itu, tangga kuno menghubungkan puncak bukit dengan aliran sungai yang persis ada di bawahnya.

Selain itu, keberadaan dua lingga semu juga membuat banyak orang menduga jika bukit tersebut adalah puncak candi. Soalnya, berdasarkan kebiasaan khas peninggalan Mataram Kuno, lingga semu berfungsi sebagai batas atau patok tempat suci. Masalahnya nggak ada satu pun sisa reruntuhan candi di sana.

Sejumlah peneliti kemudian mengeluarkan kemungkinan lain, yaitu tangga Watu Ambal berperan sebagai sarana para warga untuk menemui pertapa dari atas bukit. Warga jadi bisa memberikan kebutuhan sehari-hari kepada para pertapa atau menitipkan persembahan bagi para dewa.

Dugaan ini nggak sembarangan karena didasari oleh informasi dari situs-situs lainnya yang juga berbentuk tangga, yaitu Watu Kelir yang ada di Kebumen serta Ondo Budho yang ada di Dieng. Fungsi kedua situs ini adalah sarana bagi warga untuk mencapai tempat suci.

Mitos Hitungan Anak Tangga yang Nggak Pernah Sama

Ada hal unik lain yang bisa kamu temui dari situs Watu Ambal. Banyak pengunjung yang mengaku jika hasil perhitungan anak tangga yang mereka lakukan saat naik dan turun berbeda. Biar sama, mereka harus merapalkan doa-doa tertentu.

Jika kemudian mereka mampu mendapatkan hitungan yang sama baik itu saat naik atau turun tangga, konon keinginannya bakal dikabulkan. Hal yang sama juga dikabarkan bisa terjadi jika wisatawan mau bersimpuh di depan lingga semu lalu memeluknya secara berurutan.

Sayangnya, situs Watu Ambal belum diurus dengan baik sampai sekarang. Lokasinya pun nggak mudah dicapai wisatawan. Semoga saja hal ini bisa segera diperbaiki dan akan banyak lagi informasi yang bisa digali ya, Millens. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024